"Lo hamil?" Sarkas Rio menatap Niken yang kini duduk di sampingnya. Seusai Niken memberitahu bahwa dia hamil, Rio langsung menutup teleponnya dan mengendarai motornya menemui gadis itu di apartemen.
Niken menunduk tak berani menatap Rio. "Iya. Aku hamil." Jawab Niken mempertegas pertanyaan Rio.
"Anak kamu." Lanjutnya pelan bahkan nyaris berbisik.
Rio tertawa kecil mendengarnya. "Gue nggak sebego itu, Niken." Sinisnya kemudian. Membuat Niken langsung mendongak dan menatap Rio kesal.
"Tapi emang bener aku hamil anak kamu, Yo. Kamu nggak mau tanggung jawab, iya?"
Rio menaikkan sebelah alisnya. Menganggap bahwa ucapan Niken bukanlah hal yang perlu ia tanggapi dengan serius. "Lo bukan anak SD yang ngira ciuman bisa buat lo hamil, kan?"
Rio terkekeh sinis. "Nggak usah ngelawak lo."
"Tapi Rio, ini beneran calon anak kamu. Anak kita." Kekeh Niken seraya memegangi perutnya.
Rio menghela jengah lalu menatap Niken tajam. "Gue sadar dan inget kalau kita nggak pernah melakukan hal lebih selain ciuman, Niken? Jadi, apa yang buat lo ngotot kalau gue bisa hamilin lo?"
"Kita pernah mabuk waktu itu."
Rio mendengus. "Cuma lo. Gue nggak pernah mabuk sama lo."
Niken mulai terlihat panik dan juga gelisah. "Please Yo. Kamu harus tanggung jawab sama kehamilan aku. Aku cuma mau nikah sama kamu. Aku nggak mau nikah sama Gabriel!"
Rio kontan menatap Niken yang kini langsung terdiam. Dia terkesiap dan kaget dengan ucapannya sendiri. "Lo bilang apa tadi? Gabriel?"
Niken kontan menggeleng takut. "Nggak. Maksud aku-"
"JAWAB!" Bentak Rio marah. Kedua bahu Niken cengkeram kuat dan mengguncangnya dengan sekali hentakan.
"Yo-" Niken menatap Rio nanar dengan pandangan matanya yang tampak menyendu.
"Jawab, bitch! Maksud lo apa bilang Gabriel tadi? Lo pernah tidur sama dia? Heh? Jawab!" Rio masih terlihat sangat marah. Kedua matanya bahkan melotot tajam seakan menghujam habis wajah Niken yang kini tampak ketakutan.
"Yo, maaf. Aku nggak ada niatan khianatin kamu. Tapi, itu terjadi sebelum kita pacaran." Niken berusaha menjelaskan dengan wajah memelas. Berharap Rio mau memaafkannya dan bersedia menikahinya.
Rio tersenyum sinis. Lalu menarik tangannya dari bahu Niken. "Gue marah bukan karena tahu lo hamil, ya? Lo mau tidur sama siapapun juga gue nggak peduli!"
"Rio-" Lirih Niken tampak tidak percaya.
Tapi Rio terlihat sama sekali tak tersentuh atau kasihan melihat Niken yang kini menangis. "Kita selesai!"
"Nggak mau! Rio!" Seru Niken dengan tangisnya yang sudah pecah seraya meraih tangan Rio agar tidak pergi.
"Rio aku cinta sama kamu. Aku mohon jangan tinggalin aku. Please, Rio. Kamu tanggung jawab, ya? Aku janji nggak akan-"
"Gue dari awal cuma manfaatin lo. Gue juga nggak pernah sayang apalagi cinta sama lo." Rio mengatakan itu dengan pelan. Hingga membuat Niken terdiam lemas dan cekalan tangannya di lengan Rio mengendor. Dia, menatap Rio tak percaya yang kini menoleh lagi padanya dengan wajah datar.
"Lo deket sama Sintya Abimana, kan? Nyokap lo? Dan Chelsea, dia adik lo?" tanya Rio tersenyum miring. Dan wajahnya tampak menahan emosi. Terlebih ingat cewek macam apa yang ada di hadapannya saat ini.
Niken tersentak hingga kepalanya terasa berat mendengar apa yang baru saja Rio katakan. Dia menggeleng pelan. "Nggak, Yo. Ka-kamu beneran sayang sama aku, kan?" tanya Nijen penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...