Komeeenn jangan lupa komeeennnn oke? 🗣wkwkwkMakasihhhhhh 🙏🙏🙏
❤❤❤❤❤❤
"Deva!" Panggilan itu membuat membuat Deva tersenyum sinis. Dengan enggan dia menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kelasnya. Deva lantas menoleh. Memutar tubuhnya menghadap orang yang memanggil namanya, kini melangkah ke arahnya.
"Apa?" sahutnya malas.
Dia mendekatkan wajahnya untuk membisikkan tujuannya menemui Deva.
"Buat apa?" tanya Deva seraya menaikkan sebelah alisnya.
"Ada."
Deva mendengus sinis. "Harus jelas baru gue kasih."
Rio berdecak lalu mendekatkan lagi kepalanya untuk membisikkan sesuatu di telinga Deva.
"Apa jaminan gue bisa pegang omongan lo?" Deva masih belum bisa percaya.
"Lo bisa ikut. Dan itu bisa jauh lebih baik. Gimana?" tawar Rio tanpa ragu. Dia yakin Deva tidak akan menolaknya lagi.
"Oke!" Deva mengangguk setuju. "Gue kirim nanti."
Rio menepuk bahu Deva sekali. "Thanks." Ucapnya singkat.
"Gaperlu!" sahut Deva ketus kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke dalam kelas.
Rio mengedikkan bahunya kemudian berbalik untuk kembali ke kelasnya. Tepat ketika Rio berbalik, dia melihat Ify dan Alvin melangkah bersama. Ify terlihat terus berbicara sementara Alvin hanya tersenyum menanggapi ocehan gadis itu.
Dan Rio langsung memalingkan wajahnya saat melihat Alvin mengusap kepala Ify. Bersambut Ify yang tersenyum manis pada Alvin. Senyum yang langsung membuat dada Rio sedikit sesak. Dia tidak suka melihat senyum Ify di tujukan pada cowok lain.
Rio melanjutkan langkahnya saat Alvin dan Ify sudah melewatinya cukup jauh. Tanpa sadar, Rio menghela berat. Berusaha mengusir sesuatu yang saat ini bersarang di dadanya. Tapi, cukup susah karena bayangan senyum manis Ify dan tatapan lembut Alvin terus berputar dalam benaknya.
"Lo kenapa?" Rio berjalan mendekati Aren. Sambil menatap lutut gadis itu yang terluka hingga membuat jalannya tertatih.
"Jatuh di depan waktu turun dari motornya bang ojek." Jawab Aren bersungut. Jika ingat kejadian saat dia jatuh tadi, Aren malu sekali rasanya.
"Lagian bukannya ke UKS dulu." Kekeh Rio seraya membantu Aren membawakan tas cewek itu.
"Udah tadi. Tapi masih tutup jam segini." Tanggap Aren menahan senyumnya yang ingin mengembang. Jujur saja, Aren tahu sikap Rio memang baik pada semua cewek. Tapi, tetap saja Aren tidak bisa mengendalikan hatinya yang kini terbawa perasaan akibat sikap Rio.
"Tunggu bentar gue telepon April dulu." Rio lantas mengambil ponselnya dari saku celana.
"Halo Pril, di mana lo?"
"Otw ke kelas. Kenapa?"
"Langsung ke UKS, ya? Ada pasien buat lo."
"Cewek pasti, ya?" Tebaknya.
Rio mendengus jengah. "Penting banget ya pertanyaan lo?" sinisnya.
April selaku ketua PMR tertawa kecil di seberang. Dia dulu teman sekelas Rio saat kelas sepuluh. Sempat juga dia masuk dalam pesona Rio. Tapi untung April bisa menguasai hatinya. Jadi, sekarang sudah biasa saja jika berhadapan dengan Rio.
"Iyalah. Gue kan menanti hari di mana seorang Rio bisa tobat dan kembali pada jalan yang lurus."
"Hem iya Pril iya. Mending lo buruan ke UKS."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...