27. Broken

475 61 116
                                    

Rio mendudukkan Ify di sofa ruang tamunya. Kemudian berjalan menuju lemari kaca yang ada di dekat dapur. Setelah berhasil mengambil kotak obat, Rio kembali menghampiri Ify yang masih diam di tempatnya.

Rio duduk di samping Ify. Memperhatikan luka di kening gadis itu yang tergores dan darahnya sudah mengering. Tanpa bertanya, Rio membersihkan luka itu dengan kapas yang ia beri alkohol. Rio mencuti pandang, menatap Ify yang tak menunjukkan ekspresi apa-apa. Lalu melanjutkan mengolesi kening Ify yang terluka itu dengan betadine salep. Setelah cukup, Rio menutup luka itu dengan plester.

Perhatian Rio beralih pada kedua lutut Ify yang juga tergores. "Jatuh di mana?" tanyanya kemudian.

Tapi, Ify enggan menjawab. Enggan juga menatap Rio. Membuat Rio menelan lagi rasa penasarannya. Bagi Rio, Ify terlalu tertutup dengan kehidupannya. Dan itu sangat mengusik pikiran Rio. Terlebih, Ify terlihat sama sekali tak mau jujur padanya.

Rio lanjut mengobati luka di kedua lutut Ify. Dia mendongak ketika Ify menggerakkan sedikit lututnya. Menjelaskan jika dia sedang menahan rasa sakitnya di sana. Tapi ketika Rio menatap Ify, wajahnya masih terlihat datar. Masih tidak mau menatapnya.

"Fy-" Rio meraih dagu Ify agar gadis itu membalas tatapannya. Tapi, Ify dengan cepat menepis tangannya. Dan pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat. Meski begitu, Rio bisa menangkap sorot mata menajam padanya.

Rio menghela panjang. Kemudian meletakkan kotak obatnya di atas meja. Lalu fokus menatap Ify yang menunduk menatap kedua kakinya.

"Aku salah apa, sih??" Lirih Ify pelan. "Salah aku apa sama kamu?"

"Nggak ada. Mungkin emang kita aja yang nggak cocok." Tanggap Rio membuat Ify langsung mendongak. Apa yang baru saja Rio katakan itu, seolah menjelaskan perasaan Rio padanya.

"Gue sayang Fy sama lo. Tapi, kita nggak bisa saling ngerti. Lo terlalu tertutup buat gue. Dan gue, terlalu jenuh ngadepin sikap lo."

Ify mengangguk paham. Tapi, tidak bisa Ify pungkiri bahwa hatinya kembali terluka. Perasaan yang Rio miliki saat ini, tidak sedalam perasaannya. Rio masih tertolong oleh logikanya. Tapi tidak dengan Ify. Sehingga, mudah bagi Rio untuk mengatakan semua hal itu.

"Kita baru jalan beberapa minggu. Tapi sering ribut karena masalah sepele. Lo selalu marah dan nggak mau jelasin kenapa. Gue capek kalau harus mikirin mau lo apa terus, Fy. Hidup gue juga bukan tentang lo."

"Kamu bilang mau berjuang buat aku." Tanggap Ify pelan.

Rio menatap Ify dalam. "Lo mau gue usaha kayak gimana? Nurutin semua kemauan lo?" Tanyanya pelan.

"Kenapa sih, Yo? Setiap kata yang keluar dari mulut kamu itu nyakitin banget?" Sahut Ify menekan suaranya yang hampir tertelan oleh tangis.

"Gue ngomong apa adanya, Fy. Dari awal gue udah bilang, gue nggak suka di atur. Lagian, beneran lo sayang sama gue? Kalau sayang nggak semudah itu lo pergi sama Deva tadi. Nggak semudah itu juga lo tadi mutusin gue."

Ify menggigit bibir bawahnya. "Jadi, semua ini salah aku? Kamu nyium Shilla itu juga salah aku? Iya? Heh?" pertahanan Ify luruh juga. Tangisnya tak bisa lagi ia tahan. Mengharapkan Rio minta maaf seperti malam itu, ternyata hanyalah angan untuk Ify.

 Mengharapkan Rio minta maaf seperti malam itu, ternyata hanyalah angan untuk Ify

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang