Rio sedang di periksa oleh dokter. Rio di periksa dengan cukup serius karena takut ada luka dalam di kepala cowok itu. Ada darah keluar dari kepala bagian belakang Rio yang di sadari oleh Ify. Membuat gadis itu semakin cemas dan panik. Tapi Rio justru tersenyum senang karena efek Ify mengatakan sayang padanya, membuat Rio tidak lagi merasakan sakit di setiap luka yang ada pada tubuhnya.
"Masih bisa percaya diri kamu di sini?"
Ify tersentak kaget dan langkahnya langsung terhenti. Dia baru saja dari toilet untuk mencuci wajahnya. Berniat kembali menemui Rio yang luka luarnya masih dalam proses pengobatan di ruang UGD. Ify pergi toilet tadi tepat setelah dokter memastikan bahwa tidak ada luka dalam kepala Rio yang perlu di khawatirkan. Membuat Ify benar-benar lega dan bersyukur untuk hal itu.
"Maksud lo?" Tanya Ify tak mengerti. Entah kesalahan apa yang sudah Ify perbuat sampai bisa membuat Shilla jadi membencinya seperti ini.
"Jangan pura-pura nggak sadar, Fy. Sebelumnya, hidup Rio selalu aman dan jauh dari masalah. Tapi, semenjak dia deket sama kamu-" Shilla menatap Ify kesal dengan dadanya terlihat naik turun yang seolah ingin meluapkan emosinya.
"Tiba-tiba ada orang yang mau nyelakai dia. Dan kamu masih nggak mau ngakui diri kamu sendiri itu pembawa sial buat orang-orang terdekat kamu? Sadar, Ify!" Shilla menggeleng dengan tatapan tak mengerti pada Ify.
"Coba mikir, Rio terluka begini karena siapa? Karena kamu!" Tekan Shilla menunjuk wajah Ify yang langsung terdiam. Rasa bersalah Ify sejak tadi yang belum mereda, kini semakin bertambah.
Dan apa yang Shilla katakan, terasa benar untuk ia pikirkan sekarang. Membuat Ify teringat pada Alvin yang meninggal karena kecelakaan. Sivia bahkan mengatakan rem mobil Alvin tidak berfungsi. Kejadian itu sama seperti apa yang baru saja ia alami bersama Rio. Apakah itu artinya, Rio akan kembali celaka jika mereka terus bersama?
"Bener kata anak-anak kalau kamu emang pembawa sial! Tapi masih aja nggak tahu malu!"
"Shilla!" sentak sebuah suara yang kini sudah berdiri di antara kedua gadis itu. Shilla dengan pandangan tak sukanya pada Ify. Sementara Ify terlihat tenang dengan kedua matanya memerah.
Ify jelas terlihat sedang menahan tangis. Dia merasa sangat bodoh sekali. Bodoh karena baru sadar bahwa apa yang mereka katakan mungkin benar. Dulu, Bunda pergi karena hanya pada Bunda Ify meminta perlindungan. Lalu Alvin dan sekarang Rio.
"Apa? Kamu mau belain dia? Jelas-jelas kamu juga tahu karena dia, Rio sampai kayak gitu. Kamu tahu sendiri, Rio itu nggak pernah punya musuh atau masalah sama orang. Tapi gara-gara-"
"Cukup, Shill. Kamu keterlaluan!" Gabriel menyentak lagi. Dan itu di luar kendalinya karena sikap Shilla kali tidak bisa dia benarkan.
"Kamu bentak aku?" Lirih Shilla menahan tangis dengan air matanya yang sudah mengalir.
"Gara-gara dia kamu bentak aku?" wajah Shilla semakin merah. Bercampur dengan tangis dan juga amarah.
Gabriel mengusap wajahnya frustasi. "Bukan gitu. Tapi kamu nggak harusnya bilang-"
"Bilang apa? Emang nyatanya gara-gara Ify, Rio jadi-"
"Cukup!" pekik Ify memejamkan matanya dan kedua tangannya terkepal kuat. Perlahan Ify membuka matanya. Dan air matanya jatuh satu persatu menatap Gabriel kemudian Shilla secara bergantian.
"Udah!" katanya bergetar. Dia menggeleng cepat.
"Jangan bahas lagi." Kemudian mengangguk sambil berusaha menguatkan diri.
"Iya ini salah gue. Semua emang karena gue!" Serunya sambil terisak.
Gabriel menatap Ify tak tega. "Nggak Fy. Ini bukan salah-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...