71. The Feel

1.3K 60 95
                                    

"RIO!"

Ify berteriak memanggilnya dengan nada super kesal. Membuat Rio langsung mematikan kompor dan berlari menyusul Ify yang ia tahu sejak tadi tengah sibuk merapikan tempat tidurnya. Dan sekarang Rio bingung apa kesalahannya hingga membuat Ify terlihat marah.

Mereka masih berada di gedung Cafe Rio. Tepatnya tempat tinggal Rio yang ada di lantai atas. Ify masih belum memberi Rio jawaban atas pertanyaannya tadi. Karena Ify langsung mengalihkan pembicaraan dengan ingin makan di bawah bersama teman-teman. Meski kecewa, tapi Rio berusaha mengerti dan mengikuti apa maunya Ify.

"Kenapa?" tanyanya mendekat. Terlihat sekali Rio bingung namun juga panik. Sambil berfikir dia melakukan hal apa tadi sampai membuat Ify jadi begini. Sepertinya tidak ada. Seingat Rio sejak tadi siang hingga malam ini, mereka terus bersama. Dan selama itu juga tidak ada perdebatan berat di antara mereka. Apa, ya?

"Ini apa?"

Kedua mata Rio sontak membulat ketika Ify menunjukkan layar ponselnya. Tepat di depan wajah Rio hingga terlihat pop up sebuah pesan yang baru saja masuk di sana.

"Aku bukan marah karena hal ini, ya? Tapi kesel banget ternyata omongan kamu itu bulshit!"

"Yang, aku bisa jelasin!" Seru Rio meraih tangan Ify yang baru saja melempar ponselnya di atas kasur. Hal itu dengan cepat Rio lakukan agar Ify tidak lebih dulu melangkah keluar.

"Nggak mau!" Sentak Ify mulai terlihat benar-benar marah.

"Dengerin dulu. Sumpah, yang. Itu tuh nggak beneran, aku cuma-"

"Apa? Iseng?" Sela Ify seraya berusaha melepas tangannya yang tidak kunjung berhasil.

"Isengnya kamu gitu banget, ya? Pake emot love segala. Ah tau ah! Kamu masih sama aja. Nyebelin! Lepasin, nggak?" meski galak, tapi kedua mata Ify terlihat memerah. Menandakan dia sedang menahan tangis.

"Bukan-" Rio terlihat kewalahan. Dia langsung menarik Ify hingga membuat Rio bisa memeluk kekasihnya. Rio peluk erat agar Ify yang terus mendorongnya tidak bisa melepaskan diri.

"Bukan gitu, yang. Dengerin dulu, please! Itu aku nggak iseng atau nggak sengaja. Tapi emang sengaja."

Bukannya tenang, Ify jadi tambah kesal mendengar Rio yang justru berbelit-belit. "Sengaja gimana? Sengaja main di belakang aku kayak dulu?"

Rio menghela frustasi. "Nggak, sayang. Nggak kayak gitu. Aku cuma pura-pura baik aja sama mereka. Buat nyari tahu gimana ceritanya mereka nyerang kamu dan meraka itu siapa aja."

"Alesan!" sentak Ify tak mau percaya.

Rio panik bukan main. "Sumpah, yang," bisiknya pelan sambil terus memeluk Ify.

"Kali ini aku mohon sama kamu buat percaya. Aku beneran nggak ada niatan macem-macem di belakang kamu." Pinta Rio pelan dan penuh penekanan. Terdengar putus asa tapi juga tetap ingin berusaha menjelaskan.

"Aku nggak bohong, Fy. Aku beneran cuma sayang sama kamu."

"Terus kenapa kamu bisa-bisanya bertindak kayak gitu?"

"Kamu nggak mau cerita, Fy. Dan aku juga nggak mau maksa kamu. Makanya aku nyoba nyari informasi ke mereka. Itu juga udah dari kemarin-kemarin."

"Oh jadi gitu? Selama kita jauh-"

"Nggak, yang." Sela Rio merajuk. Nada bicara Rio terdengar dia tengah ketakutan. "Beneran aku cuma nanya-nanya aja ke mereka  nggak lebih."

Ify diam tidak lagi memberontak tapi dia tetap kesal. "Udah dapet infonya?"

"Udah dari kemarin."

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang