62. Forgive Me

575 65 137
                                    

"Nih makan tuh bukti!" Rio melempar flashdisk ke arah Gabriel yang langsung di tangkap oleh pemuda itu. Meski kaget tapi Gabriel bisa cepat tanggap menyadari kehadiran Rio ketika pintu kamar Shilla terbuka.

"Jangan lupa, minta maaf sama cewek gue!" tandas Rio berlalu seraya menutup pintu kamar Shilla dengan kencang.

BRAK!

"Maaf, ya? Gara-gara aku, kamu sama Gabriel jadi berantem." Kata Ify menyambut Rio yang baru keluar dari kamar Shilla. Dia sedari awal memang mengikuti Rio tapi tidak ikut masuk.

"Kamu nggak salah!" Sahut Rio kesal bahkan reflek dia berbicara ketus dan hampir membentak. Rio masih sangat kesal dan bahkan ingin marah ketika melihat tingkah Shilla di rekaman cctv dapur. Sungguh! Rio sama sekali tidak menyangka jika Shilla bisa bersikap seperti itu. Rio benar-benar semakin tidak mengenal seperti apa sebenarnya sosok Shilla.

"Maaf, aku nggak maksud-" Rio menyesali nada bicaranya tadi. Dan kini ucapannya terhenti ketika Ify tiba-tiba memeluknya.

"Rio, jangan berubah lagi ya? Tetep seperti ini terus." Pinta Ify seraya menikmati detak jantung Rio yang kini bisa dapat ia dengar. Ify menyandarkan sisi wajahnya di dada Rio dengan nyaman.

Sebelum menjawab, Rio membalas pelukan Ify dengan lebih erat. "Iya. Tentu," Jawabnya kemudian dengan yakin.

"Rio."

"Hm." Bukan maksud malas menyahut, tapi Rio sedang konsentrasi menghirup aroma rambut Ify. Padahal itu bau shamponya, tapi kenapa tercium lebih wangi saat menempel di rambut Ify?

"Mau anterin aku ke suatu tempat, nggak?"

"Kalau nggak mau gimana?" tanya Rio sengaja menggoda.

Ify mendengus kemudian menjawab, "Ya udah aku pergi sendiri."

Rio tersenyum geli. "Bercanda, sayang. Mau kemanapun juga aku pasti anterin."

"Hm." Balas Ify malas.

Dan respon Ify kali ini membuat Rio terkekeh. "Emang mau di anterin kemana, sih?" tanyanya mulai penasaran.

"Aku mau ketemu seseorang. Aku kangen karena udah lama banget aku nggak nem-"

"Cewek apa cowok?" sela Rio terdengar kesal. Hati Rio terusik dan tidak suka saat Ify mengatakan tengah rindu pada seseorang. Perasaan Rio mulai tidak enak mengingat begitu banyak cowok yang selama ini ada di hidup gadisnya.

"Cewek."

Rio langsung menghela lega sekaligus bersyukur dalam hati karena dia tidak perlu pura-pura menahan emosi. "Siapa?" tanyanya sambil menahan senyum. Astaga, Rio merasa dirinya mulai gila sekarang.

"Ibu aku."

Rio diam mencerna jawaban Ify. Ibu, maksudnya?

"Ibu?" gumam Rio bertanya.

"Iya. Dia pemilik warung makan di deket gedung perusahaan Papa. Bunda sering ajak aku ke sana dulu. Makanya, aku jadi deket sama beliau. Mau nggak anterin aku ke rumahnya. Ini hari minggu, jadi dia pasti ada di kontrakannya."

Rio tersenyum lagi mendengar Ify mulai berbicara panjang lebar. Dan hal itu bisa menjadi alasan Rio untuk lebih bersyukur  hari ini. "Mau, sih. Tapi nggak gratis, ya?"

"Iya. Nanti aku yang beli bensinnya."

Rio langsung shock mendengar jawaban Ify. Demi apa! Bukan itu maksud Rio. Dia lantas melepas pelukannya mendorong bahu mungil Ify yang terasa pas dalam genggaman tangannya. Terlihat Rio tertawa kecil menatap Ify yang tampak bingung.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang