34. Call Me 'Dear'

475 59 179
                                    

Karena dua kali up. Aku mau reward dari kalian. Ramein part ini. Kalau gak rame besok gamau up wkwkwkw

❤❤❤❤❤❤

Ify berlari sekuat tenaga. Menghindari Rio yang ternyata masih mengejarnya. Ify terus belari menuruni anak tangga. Ingin kemana juga Ify tidak tahu. Dia butuh tempat sepi untuk menumpahkan tangisnya. Ify tidak menuju ke dalam kelasnya karena dia tidak yakin bisa mengikuti pelajaran dalam keadaan seperti hatinya yang sepeti ini. Ify tahu, ini bukan hal baik untuk di lakukan oleh pelajar. Tapi, Ify janji pada dirinya sendiri. Bahwa ini akan menjadi terakhir kalinya ia menangis karena Rio.

"Fy, tunggu!" Seru Rio berhasil meraih tangan Ify. Rio lantas menarik Ify untuk berlari menjauh dari beberapa guru yang sudah keluar dari ruangan untuk memulai mengajar. Rio terus menarik Ify untuk mencari tempat yang aman. Hingga pandangan Rio jatuh pada Ruang Osis yang tidak terkunci.

"Lepas." Lirih Ify menarik tangannya dari genggaman Rio. Dia berjalan menjauh dari Rio dan duduk di salah satu kursi yang tersedia. Ify langsung melipat kedua tangannya di atas meja. Membenamkan wajahnya di sana dengan tangis yang berusaha ia tahan.

Rio duduk di samping Ify. "Fy-"

Dia tersentak kaget karena Ify langsung menyampar tangannya. Membuat Rio menatap tangannya yang semula ingin menyentuh kepala Ify.

"Gue bilang jangan sentuh." Desis Ify tertahan. Menguatkan diri untuk membalas tatapan Rio yang kini terlihat bingung.

Rio mengangguk paham. "Oke. Tapi coba jelasin dulu lo kenapa?"

Ify menggiggit bibir bawahnya. "Niken siapa?" tanyanya langsung.

Rio cukup terkejut mendengar pertanyaan Ify. Tapi, dia berusaha untuk tetap tenang. "Lo tahu darimana soal dia?" tanyanya.

"Gue tanya siapa dia?" tanya Ify  mengabaikan pertanyaan Rio.

"Lo marah karena dia?"

Ify memejamkan matanya berusaha sabar. Menahan segala emosi yang ingin sekali ia ungkapkan. Ingin sekali Ify meluapkan amarahnya pada Rio. Tapi darimana Ify tidak tahu. Pikirannya terlalu kacau sekarang.

"Siapa dia, Rio?" Lirih Ify bergetar. Kembali membuka mata dengan air matanya yang terus mengalir. Sungguh! Ify benci ketika dia menjadi lemah seperti ini.

"Temen." Jawab Rio seadanya.

"Temen?" kekeh Ify menggelengkan kepalanya. "Terus sejak kapan lo temenan sama dia?"

"Penting buat lo tahu?" Rio balik bertanya. Dia mulai tidak sabar karena menurutnya Ify terlalu bertele-tele.

"Nggak sih." Sahut Ify berusaha tenang. Dia menghapus air matanya yang perlahan mulai berhenti.

"Tapi, gue cuma mau tau, berapa lama lo jadiin gue selingkuhan." Tajamnya.

"Maksud lo?" Rio terkejut dan juga bingung.

Ify tertawa pelan, menertawakan kebodohannya. "Nggak usah pura-pura lagi, Yo. Gue udah tahu semuanya. Tapi gue nggak nyalahin lo sepenuhnya, kok. Karena ini juga salah gue yang terlalu cinta sama lo."

"Fy lo ngomong apa, sih?" Rio semakin terlihat bingung.

Ify tersenyum kecil lalu menatap Rio setelah menarik nafas panjang. "Lo pacaran sama gue itu saat lo juga udah tiga bulan jadian sama Niken, kan?"

"Kata siapa?" sahut Rio tak terima.

"Sivia." Jawab Ify tanpa ragu. "Dan Sivia dari adik lo, Acha."

Rio tertawa kecil mendengar itu. "Dan lo percaya?"

Ify mengangguk yakin. "Iya. Gue percaya."

Ketenangan di wajah Rio pudar. Pandangannya mulai menajam karena tidak suka Ify menuduhnya seperti ini. "Dan lo nggak percaya sama gue?"

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang