Sepertinya, sudah menjadi rutinitas Ify untuk menanggapi semua fans-nya ketika waktu istirahat telah tiba. Lihat saja, Ify yang baru ingin keluar langsung di hadang oleh Nisa dan ketiga temannya.
"Gue pikir lo nggak akan punya muka lagi buat nampakin diri di sekolah." Senyum sinis itu terlihat jelas di wajahnya. Nisa bersedekap menatap Ify penuh kebencian.
"Ternyata emang lo anaknya nggak tahu malu." Sambung Aya terkekeh sambil menatap Ify remeh.
"Aduh Ya, orang gila mana punya malu, sih. Inget nggak waktu itu dia sampe benturin kepalanya sendiri ke tembok buat narik perhatian Rio." Seru Leny dengan nada yang di buat sangat berlebihan. Di akhir tertawa mengejek.
"Anjir, bener lo Len!" pandangan Nisa menajam pada Ify. "Gara-gara lo ya, Rio jadi ngira gue jahat. Padahal kan lo sendiri yang emang nggak waras!" bentaknya. Mengundang beberapa teman lainnya yang masih ada di dalam kelas. Tapi, tidak ada satupun yang peduli. Mereka hanya menatap Ify tak suka lalu berjalan keluar kelas begitu saja. Itu untuk para cewek. Sedang para cowok selalu bersiul menggoda sambil memperhatikan Ify dari kepala hingga kaki.
"Lo masih suka sama Rio?" tanya Ify dengan santainya. Meski semua mata kini terlihat membenci, menghina dan meremehkannya, Ify berusaha tidak peduli. Dan Ify berusaha untuk tidak terintimidasi oleh mereka.
"Iyalah! Menurut lo aja. Cuma Rio, cowok paket lengkap di sekolah ini.
Ify tersenyum saja. "Iya dan gue beruntung banget jadi cewek dia," katanya bangga.
Membuat Nisa mengeram dan kedua tangannya terkepal. "Lihat aja! Kalau Rio tahu kelakuan lo! Dia pasti mutusin lo lagi kayak dulu!"
Ify mengangguk santai. "Oke. Kita tunggu hari itu." Kali ini Ify tidak lagi menunjukkan wajah tenangnya. Pandangannya menajam membalas tatapan Nisa yang terlihat sangat membencinya.
"Minggir, gue mau lewat." Ucap Ify dingin dan tanpa ekspresi. Tapi, Nisa dan Aya yang berdiri tepat di depannya sama sekali tak bergerak. Keduanya mengangkat dagu sambil tersenyum sinis. Seolah berkata, lawan kita kalau bisa. Tidak putus asa, Ify menghela sebentar kemudian melangkah penuh percaya diri.
Dengan sekali gerakan, kedua tangan Ify bergerak mendorong bahu Nisa dan Aya hingga membuat kedua gadis itu terhuyung. Ify tersenyum sinis sambil berbisik, "Gue emang kecil, tapi gue nggak lemah. Kalau berani satu lawan satu."
"Kurang ajar!" Seru Nisa murka. Dia langsung menghadap Ify dan mengulurkan tangannya dengan cepat untuk menarik rambut Ify.
"Berisik, anjing!"
Ify tersentak kaget. Dia menoleh ke belakang karena ingin memastikan bahwa itu suara sahabatnya. Dan benar saja, itu memang suara Sivia. Sivia yang ia lihat kini tengah mencengkeram pergelangan tangan Nisa. "Gue mau tidur!" katanya lalu menghempaskan tangan Nisa.
Nisa menatap Sivia kesal."Bukannya lo jauhin Ify, juga? Kenapa jadi sok bel-"
"Gue nggak belain siapa-siapa. Lo budek? Gue kan bilang tadi. GUE MAU TIDUR, BEGO!" Bentak Sivia membuat Nisa dan teman-temannya tersentak. Mereka semua pun tahu jika Sivia sudah marah itu tidak pernah setengah-setengah.
"Tidur, tidur aja kali-"
"Lo ganggu! Suara lo kayak mercon bikin kepala gue pusing! Gimana bisa gue tidur? Hah?!" Bentak Sivia murka. Memotong ucapa Aya yang ingin mengomelinya.
"Biasa aja dong! Nggak usah ngegas juga." Balas Aya sengit.
"Emang kenapa kalau gue ngegas? Masalah? Kalau nggak suka? Pergi sono! Inget, ya? Bokap lo itu kerja di kantor Papa gue. Mau lo jadi gelandangan abis ini, heh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...