17. Bad Day

397 49 55
                                    

Semalam Rio menepati janjinya. Dan itu menjadi malam terindah Ify sejak mamanya meninggal. Karena dia tidak merasa sendiri lagi ketika malam. Meskipun Rio jarang sekali bicara manis padanya, tapi semua sikap Rio lebih dari kata manis untuk Ify.

Padahal, Ify melihat mata Rio yang memerah selama melakukan panggilan video. Beberapa kali cowok itu juga menguap. Tapi masih berusaha menanggapi ocehannya meski dengan satu kata atau hanya sebuah gumaman. Berakhir dengan Rio yang tertidur karena sudah tidak kuat menahan kantuknya.

Dan kebahagiaannya semalam harus Ify ganti dengan kesialannya saat jam pelajaran pertama di mulai. Dia di hukum keluar kelas karena lupa tidak mengerjakan PR Fisika. Hal itu membuat Ify langsung tertampar keras oleh keadaan. Terlalu banyak memikirkan Rio sampai membuatnya lupa pada segalanya. Termasuk kewajibannya sebagai seorang pelajar.

"Di usir lo?"

Ify baru menyelesaikan soal keempatnya. Dia mendongak dan mendapati Gabriel duduk di seberang mejanya. "Telat lagi lo?" tanyanya.

"Yoi." Kekehnya bangga.

Ify menggeleng prihatin lantas melanjutkan tugasnya yang tinggal satu soal.

"Fy."

"Apa?" Sahut Ify sambil fokus memikirkan rumus yang tepat.

"Rio udah cerita sama lo tentang orang tuanya?"

Ify mengangguk saja. Lalu mulai menyelesain jawaban saat mendapat rumus tepat untuk soal terakhir yang baru ia baca.

"Kalau tentang dia sama Shilla dulu?" Tanya Gabriel lagi dan terdengar hati-hati.

Ify menghentikan gerakan tangannya yang sedang menulis. Lalu berusaha tersenyum dan menatap Gabriel. Dia menggeleng pelan. "Belum. Dan gue juga nggak berani nanya." Ify menghela sejenak. Mengarahkan pada jendela kaca di belakang Gabriel.

"Gue takut bahas Shilla. Takut lihat responnya yang nggak bisa gue hadepi. Takut sadar pada kenyataan kalau hatinya masih belum tertuju buat gue."

Gabriel mengangguk paham. "Iya, mungkin untuk saat ini, lo jangan bahas apapun tentang Shilla ke dia. Buat dia terbiasa sama lo dulu, nanti juga dia pasti bisa sepenuhnya cinta sama lo."

Ify beralih menatap Gabriel dengan pandangan heran. "Lo segala sok nasehatin gue sekarang. Terus apakabar hubungan lo sama Shilla? Gue udah denger semua ceritanya dari Sivia." Kepala Ify menggeleng pelan.

"Parah sih lo emang. Bisa-bisanya adu bibir sama cewek lain di depan pacar sendiri. Mana di sekolah lagi."

Gabriel terkekeh. "Gue posisinya nggak tahu kalau ada dia waktu itu." Wajahnya berubah sendu. "Tapi, iya sih gue emang bego. Mau gimana lagi, ciuman bibir bikin nagih sih."

"Emang." Sahut Ify menyetujui. Membuat Gabriel mendelik kaget. Emang?

"Apalagi ciuman sama Rio."

"Oh shit!" desis Gabriel mengumpat.

Ify tertawa kecil. "Mungkin karena gue pertama kali ciuman sama dia kali, ya?"

"Mau nyoba sama gue?" tawar Gabriel bercanda.

"Mau mati lo?" sembur Ify melotot galak.

Gabriel tertawa. "Bercanda elah! Lagian gue lagi usaha tobat ini."

Ify mengangguk seraya megacunkan satu jempolnya. "Bagus! Pertahankan dan tingkatkan!"

"Oh ya?" Gumam Ify kemudian sambil berfikir. Memangku wajahnya di dua telapak tangannya. Dengan kedua sikunya tertekuk dan bersandar pada meja.

"Ngomong-ngomong, Rio pernah ciuman nggak ya? Sebelum sama gue?"

"Pertanyaan bodoh! Ya jelas pernahlah! Temen ceweknya kan seksi-seksi, pada ganas pula. Iman Rio mana kuat." Terang Gabriel dengan semangat. Memanasi Ify yang pasti berhasil.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang