40. Chance

441 56 201
                                    

Hari ini adalah hari terakhir mereka melakukan segala aktifitas untuk membantu mengurus segala keperluan di Panti. Terutama dalam mengajak main anak-anak. Memandikan mereka yang masih berusia lima tahun kebawah. Anak perempuan bersama Agni dan teman-temannya. Anak laki-laki bersama Obiet dan beberapa temannya jugs.

Mengajari mereka membaca dan menulis adalah tugas Alvin bersama Rio karena keduanya cocok menjadi guru bagi anak-anak. Dan Cakka sangat ahli saat membacakan mereka cerita. Lengkap dengan gaya konyolnya yang membuat anak-anak sampai tertawa. Lalu, malamnya mereka membuat tenda di halaman belakang panti. Deva memainkan gitar untuk mengiringi anak-anak dan semua temannya untuk bernyanyi bersama.

Kegiatan itu berlangsung selama dua hari dan terasa menyenangkan. Cukup membuat Ify sejenak lupa pada kesedihannya. Dan selama itu pun Ify tidak pernah berisitatap dengan Rio. Kalaupun mereka tak sengaja berpapasan, Ify langsung menghindari cowok itu.

"Malam, Fy."

Ify terpekik kaget merasakan seseorang berdiri di belakangnya. Tidak hanya itu, suara yang tadi menyapanya juga terdengar tepat di telingnya. Hingga membuat Ify risih dan reflek menoleh.

"Lo-" Kata Ify menghela pelan. Dia segera menutup pintu lemari es yang tadi dia buka. Lalu memeluk botol mineral yang baru di ambilnya.

"Haus, ya?" tanyanya seraya begerak maju dan membuat Ify sedikit terkurung karena punggungnya saat ini membentur lemari es.

"Iya. Bisa minggir, nggak? Gue mau-"

"Kenapa? Di sini aja temenin gue." Dia membungkuk dan mendekatkan wajahnya pada Ify. Hingga membuat Ify terkesiap dan berusaha mendorong bahu Fikri agar menjauh darinya.

"Nggak usah sok nolak, Fy." Kekehnya menatap tangan kecil Ify yang berusaha mendorongnya.

"Maksud lo?" tanya Ify tak mengerti.

Fikri tersenyum sinis. "Gue tahu, lo udah di pake kan sama Rio?"

PLAK!

Dia terkekeh seraya memegang pipinya yang baru saja di tampar oleh Ify. Lalu dengan sigap meraih pergelangan tangan Ify dan menarik gadis itu menuju dapur. "Nggak usah sok jual mahal. Emang Rio bayar lo berapa, sih?" tanyanya mendesis setelah berhasil mengurung Ify di balik pintu dapur yang berhasil di tutupnya.

"Gue bisa kasih lo sepuluh kali lipat dari dia."

Ify tidak tahu harus merespon apa. Ingin membela diri tapi nyatanya apa yang Fikri katakan benar adanya. Jadi, sekarang Ify tidak bisa menajawab apapun yang Fikri tanyakan padanya selain kebingungan.

"Bingung darimana gue tahu?" Fikri tertawa kecil. Lalu menunjukkan layar ponselnya di depan wajah Ify. Membuat Ify semakin diam dengan perasaannya yang kini tidak berbentuk lagi. Di sana, menampilkan sebuah video dirinya yang di bawa oleh Rio masuk ke dalam hotel. Hal yang pasti membuat siapapun tidak akan berfikir positif lagi tentangnya.

"So, gimana? Lo mau berapa dari gue?" tanyanya tersenyum penuh kemenangan. "Gue lebih kaya dari Rio, Fy. Dan gue bisa ngasih apapun yang lo mau. Dengan tubuh lo ini pasti nggak akan buat gue rugi." Fikri menyeringai dan tatapan semakin nakal menelusuri tubuh Ify yang kini memakai baju tidur bermotif minie mouse.

Tidak ada unsur seksi dan bahkan Ify terlihat seperti anak kecil. Tapi, tatapan Fikri benar-benar merendahkannya.

Ify menunduk sebentar untuk membuang semua perasaannya yang saat ini sudah sangat melemah. Kemudian dia mendongak dan menampilkan senyum manisnya. "Bukan soal berapa. Tapi-" Ify sengaja menjeda ucapannya. Lalu menunjuk sisi rahang Fikri dengan jari telunjuknya.

"Masalahnya wajah lo mampu nggak seganteng Rio?"

DAK!

"ARGH!" Jerit Fikri mengerang kesakitan karena baru saja Ify menendang pusakanya dengan lutut. Membuatnya langsung terjatuh di lantai.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang