18. Happy Night

538 51 49
                                    

18+

Rio merasa ada yang aneh dengan Ify. Sejak tadi ia jemput di kelas, dan sampai sekarang mereka dalam perjalanan pulang, Ify diam. Bahkan wajahnya tampak murung. Tidak seceria biasanya. Tidak sebawel biasanya. Perbedaan yang sangat jelas bukan? Rio yang biasanya cuek dengan keadaan saja bisa merasakan hal itu. Apa Ify masih marah padanya? Tapi, karna apalagi?

Rio lantas mengulurkan satu tangannya untuk mencubit pelan pipi Ify. Menarik perhatian gadis yang kini berhasil. Ify langsung meraih tangan Rio dan di genggamnya.

"Mau kemana dulu atau mau makan apa, nggak?" tanya Rio kemudian. Membalas genggaman Ify dan meremasnya lembut.

Ify menoleh dengan senyum. "Mekdi."

Rio tersenyum tipis mendengarnya. Lalu mengangguk. "Oke."

Kemudian mengarahkan laju mobilnya menuju rumah makan cepat saji yang di inginkan oleh Ify. "Ada yang mau di ceritain, nggak?" tanyanya kemudian.

Ify menatap tangan mereka yang saling bertaut. "Rio."

"Iya."

"Kamu tadi dapet undangan dari Chelsea?"

Rio mengangguk seadanya. "Iya. Istirahat kedua tadi nyamper ke kelas." Dia menoleh sekilas. "Kenapa?"

"Aku minta kamu jangan dateng boleh, nggak?"

"Kenapa?"

"Ya jangan aja."

"Harus ada alasannya dong. Kenapa nggak boleh?"

Ify tak langsung menyahut. Dia justru diam dan menatap lagi keluar jendela. "Aku nggak tahu harus bilang ke kamu karena apa. Tapi, bisa nggak alasannya dari kamu aja yang mau buat aku bahagia?"

"Bisa." Sahut Rio tenang. "Lo mau bilang kalau di suruh milih antara Chelsea atau Ify, jelaslah gue pilih Ify. Kan dia pacar gue."

Ify langsung menggerakan kepalanya untuk menatap Rio. Di saat yang sama Rio juga tengah menoleh singkat padanya.

"Buaya banget omongannya." Dengus Ify menahan senyum. Rio tersenyum kecil seraya menatap lagi pada jalanan.

"Lo kenapa?" Rio ingin bertanya itu dari awal. Tapi ia sengaja tidak langsung bertanya dan menarik perhatian Ify lebih dulu.

"Emmh-" Ify menarik tangan Rio yang masih di genggam lalu ia tempelkan di pipinya.

"Lagi sedih aja." Lanjut Ify. Merasa belum bisa untuk menceritakan semua kekurangan yang terjadi dalam hidupnya.

"Sedih karena gue?"

Ify mengangguk kecil sambil menahan senyumnya. "Iya. Tapi anehnya cuma kamu juga yang bisa buat aku seneng."

"Sedih karena apa? Dan seneng karena apa?"

"Sedih karena kamu masih banyak temen cewek, jadi aku suka overthingking gitu. Seneng karena kamu ada sama aku sekarang." Ify mencium tangan Rio lalu ia letakkan di atas pahanya lagi.

"Tapi, selama masih wajar, aku bakal usaha buat ngertiin kamu, kok."

"Tahu nggak? Sebenernya gue udah ngelanggar prinsip gue sendiri sekarang."

"Prinsip?"

Rio mengangguk. "Iya. Awalnya, gue sama sekali nggak ada pikiran buat ngejalin hubungan serius sama cewek, bentar Fy." Rio menarik tangannya dulu dari genggaman Ify. Kemudian membelokkan setirnya ketika melihat rumah makan cepat saji yang di minta oleh Ify.

"Cuma pengen fokus buat ngembangin cafe gue sekarang. Pengen suatu saat nanti bisa buka cabang di berbagai kota atau nggak bisa masuk di salah satu hotel ternama." Rio mulai menjalakankan mobilnya ke arah antrian drive thru yang tidak terlalu panjang.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang