Rio dan Gabriel tertangkap basah oleh guru BK karena terlambat masuk. Keduanya tertangkap ketika tengah memanjat tembok pembatas dengan Sekolah dasar yang berada tepat di samping sekolah. Dan letaknya berada di belakang ruang laboratorium. Sebenarnya tempat itu adalah tempat paling aman bagi mereka yang terlambat agar bisa lolos. Tapi, mungkin hari ini Rio dan Gabriel sedang apes karena tiba-tiba bu Marsidah ada di hadapan keduanya ketiga baru saja berhasil memanjat tembok.
Dan mereka kini mendapat hukuman lari keliling lapangan sebanyak lima kali. Lalu sepulang sekolah, mereka harus membersihkan kaca di setiap ruangan kelas tiga.
"Lo mau sampai kapan kayak gini terus?" tanya Rio sambil terus berlari di samping Gabriel. Nafasnya sudah berat, tapi mereka masih terlihat kuat. Tersisa tiga putaran lagi baru mereka bisa berhenti.
"Gini terus apa maksud lo?" Sahut Gabriel sedikit tersendat.
"Shilla." Kata Rio lalu menghembuskan nafasnya. Meredakan dadanya yang sesak karena minimnya mendapat udara ketika sedang berlari seperti ini. Terlebih sambil bicara. Tapi, Rio merasa ini adalah waktu yang tepat untuk berbicara dengan Gabriel membahas tentang Shilla.
"Lo nggak bisa apa usaha buat jadi lebih bener?" tambah Rio karena Gabriel tak kunjung menyahut.
"Mau sampai kapan lo nguji kesabaran Shilla?"
Dan Gabriel masih tidak bisa menjawab. Semua pertanyaan Rio itulah yang selalu mengganggunya setiap malam.
"Dia nggak baik-baik aja, Gab."
Gabriel tahu akan hal itu. Tapi, dia terlalu brengsek untuk terus memikirkan perasaan Shilla. Dia hanya mau Shilla selalu ada dan mengerti dirinya. Dia butuh Shilla untuk menenangkan hatinya. Sedang Gabriel butuh cewek lain untuk memuaskan nafsunya. Hal yang tidak bisa Gabriel lakukan pada Shilla. Karena, Shilla terlalu baik untuk dirusak olehnya.
"Dan tingkah lo, makin lama makin nggak sehat." Rio masih berbicara.
Gabriel terkekeh, "Kayak tingkah lo udah bener aja. Terus lo sama Ify gimana? Bukannya nggak jauh beda sama gue?"
Rio tersenyum kecil. "Seenggaknya gue lagi berusaha sekarang. Karena itu, gue minta lo buat bisa lebih jaga Shilla. Berhenti nyakitin dia-ah!" seru Rio ketika dadanya memberat. Tangan kanannya terangkat dan ia gunakan untuk memukul kepala bagian belakang Gabriel.
PLAK
"Anjir!"
Rio tertawa. "Bantu gue!" Rio berseru lagi kemudian mempercepat langkahnya. Sedang gerakan kaki Gabriel mulai melambat. Menatap punggung Rio yang kian menjauh dengan perasaan gamang.
Ingatannya teringat pada Shilla yang masih tidak mau bertemu dengannya. Ini pertama kali Shilla marah pada Gabriel hingga melebihi satu hari.
"Shit!" Umpat Gabriel seraya mengusap wajahnya. Dia mulai frustasi membayangkan bagaimana jika Shilla tidak mau memaafkannya.
Rio lebih dulu menyelesaikan tugasnya. Dan kini dia duduk di tepi lapangan sambil melihat Gabriel yang masih berlari satu putaran lagi. Rio merogoh tasnya. Mengambil ponselnya yang sepertinya bergetar. Senyum Rio mengembang ketika tahu siapa yang menelponnya saat ini.
"Rio!"
"Kalem."
Dan Rio terkekeh mendengar Ify tertawa di sana.
"Nggak bisa! Gue nggak bisa kalem apalagi lo langsung angkat telepon gue. Lo harus tahu gimana senengnya hati gue saat ini." Ify terdengar semangat dan bahagia sekali di sana. Dan bahagia itu, kini menular menyelami hatinya.
"Lo gimana sekarang? Udah enakan badannya?" tanya Rio kemudian. Semalam saat perjalanan pulang demam Ify semakin tinggi. Membuat Rio panik dan langsung membawa Ify ke rumah sakit. Karena itulah pagi ini Rio telat. Dia bangun kesiangan karena harus menjaga Ify semalaman di rumah sakit. Ify harus di rawat karena ada tanda-tanda gejala sakit tipes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...