50. Should Be

602 52 155
                                    

"Dia hamil?" tanya Rio langsung pada inti. Dia berhasil meminta Alvin untuk menemuinya di gedung olahraga. Dan kedua cowok tampan ini tengah duduk di tribun penonton.

Alvin menerima ponsel Rio dan di sana menunjukkan sesuatu yang membuatnya langsung menghela. Dia mengembalikan lagi ponsel Rio tanpa kata. Bingung harus berkata apa karena dia sudah berjanji pada Ify. Mengingat keadaan Ify yang akhir-akhir ini masih sangat labil, Alvin tidak mau mengecewakan gadis itu lagi.

"Gue kenal lo, Alvin. Dan gue yakin Ify sekarang pasti hamil karena gue, kan?"

Detik itu juga Alvin menoleh tajam. "Segampang itu lo ngomong? Lo nggak tahu apa yang selama ini Ify lalui."

Rio mengangguk lelah. "Iya. Gue emang salah. Gue emang
brengsek. Gue nggak akan nyangkal itu semua. Dan gue di sini berusaha buat perbaiki itu."

"Bulshit!" ketus Alvin tajam. Mengalihkan lagi tatapannya dari Rio.

"Terserah lo mau anggep gue kayak gimana. Mau apa yang gue  bilang ataupun gue lakuin bakal tetap salah di mata kalian semua." Rio terkekeh pelan.

"Ya kalian semua kan emang malaikat. Dan gue iblis di sini." Lanjut Rio mengeram pelan.

"Gue nggak akan bilang apa yang gue rasain selama ini karena itu juga sama sekali nggak akan lo ataupun yang lain peduliin. Gue nanya sama lo tentang keadaan Ify bukan buat berusaha ngerebut Ify dari lo. Kalau emang dia bahagianya sama lo, gue ikhlas lepasin dia. Gue nggak akan ganggu dia semisal hal itu justru buat dia makin terluka." Rio menghela sesaat. Berusaha meyakinkan sendiri bahwa dia cukup yakin dengan apa yang baru saja ia ucapkan.

Meskipun pada kenyataannya tidak. Terlebih ketika tahu tentang keadaan Ify. Hal yang saat ini membuatnya kaget tapi dia berusaha untuk tetap tenang. Rio sudah menyiapkan diri untuk konsekuensi yang sudah ia lakukan. Dan kalau boleh jujur, ada rasa bahagia dalam diri Rio yang bisa menjadi tali penghubung antara dirinya dan Ify.

"Gue di sini cuma mau ngelakuin sesuatu buat dia. Buat perbaiki apa yang udah gue rusak dulu. Meski itu nggak akan mudah, tapi gue mau berusaha. Seenggaknya, Ify nggak lagi ngerasa takut sama perasaannya sendiri."

"Usaha apa?"

Rio tersenyum tipis. "Misal, relain lo sama dia meski itu rasanya berat buat gue. Dan beri dia kehidupan baru biar dia nggak kesepian lagi. Atau kalau di kasih kesempatan gue mau tanggung jawab atas apa yang udah gue lakuin."

"Kalau jauh dari hati dia yang paling dalam, dia masih ngarepin lo gimana?" tanya Alvin tiba-tiba. Membuat Rio terdiam sesaat lalu tersenyum tipis.

"Gue bakal berusaha buat dia bisa nerima gue lagi. Gimanapum caranya dan apapun bakal gue usahain buat dia." Tekad Rio yakin.

Alvin menghela panjang lalu mengusap wajahnya. "Dia banyak ngelamun akhir-akhir ini. Gue nggak lihat lagi ada kebahagiaan di matanya. Dia nggak mau cerita apapun ke gue. Dan dia masih berusaha terlihat baik-baik aja di depan gue ataupun orang rumah."

Alvin berdecak kesal entah pada siapa. "Serius, Yo. Gue cuma mau Ify yang dulu kembali. Dia mungkin berusaha keras buat jauhin lo. Tapi gue yakin hati dan pikirannya nggak berusaha berhenti berperang. Dan itu sama sekali nggak bagus buat keadaan dia saat ini."

"Gue harus gimana, Vin? Apa yang bisa gue lakuin?" tannya penuh kepasrahan.

Alvin menggeleng pelan. "Gue nggak tahu. Karena kunci dari masalah ini hanya ada di Ify sendiri. Di mulai dari dirinya sendiri. Dia harus bisa ngelawan ketakutannya sendiri."

Lagi-lagi helaan panjang itu lolos dari Alvin. "Gue emang nggak pernah ninggalin dia. Gue ngerti apa yang dia rasain sekarang. Dia masih nggak baik-baik aja tapi berusaha kelihatan baik-baik aja di depan gue. Itu yang bikin gue khawatir banget sama dia dari kemarin." Raut frustasi itu mulai terlihat jelas di wajahnya.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang