"Sori lama, dari toilet gue." Seru Ify masih berlari ke arah Alvin. Dia langsung melempar kunci mobilnya pada cowok itu tanpa mendekat. Agar Alvin tidak melihat wajahnya yang pasti terlihat kacau. Ify langsung berjalan cepat masuk ke dalam mobil lebih dulu setelah melihat Alvin berhasil menangkap kunci mobilnya.
"Fy-" panggil Alvin merasa ada sesuatu yang aneh. Semakin aneh karena Ify berusaha menghindari tatapannya. Hingga pandangan Alvin menajam ketika menatap ke arah kaca spion. Di sana dia melihat Rio berjalan menuju motornya.
"Lo ketemu sama Rio tadi?" tanyanya menahan emosi.
"Nggak." Jawab Ify masih menatap ke luar jendela. Mengusap setitik air matanya yang hampir menetes.
"Lihat gue." Pinta Alvin pelan. Tapi nadanya terdengar tegas dan juga tajam. Terselip kemarahan yang berusaha ia tahan.
Ify menghela lalu berusaha tersenyum dan menoleh. Membalas tatapan Alvin yang terlihat serius sekali menatapnya.
"Gu-"
"Lo di apain sama dia?" Potong Alvin cepat.
"Nggak apa-apa, gue sama dia-" Ify terdiam ketika sadar tatapan Alvin semakin menajam padanya.
"Cuma papasan doang tadi. Udah sih jangan gitu napa mukanya serem banget." Lanjut Ify bersungut. Sebenarnya dia paling takut jika Alvin sudah marah begini.
"Udah ya, nggak penting juga kan di bahas? Buruan pulang, gue pengen makan abis itu tidur."
"Yakin tidur bukannya nangis?"
Ify berdecak dan memukul lengan Alvin dengan kesal. "Nggak percayaan banget. Lagian kemarin selama di Korea emangnya gue nangis terus?"
Alvin yang sudah menyalakan mesin mobil Ify mulai melajukannya untuk keluar dari area parkir. "Gue sering lihat lo ngelamun di balkon kalau malem."
"Ish bukannya nyamperin."
"Ngapain? Udah ada Arya juga, kan?" Sahut Alvin sewot. Selama satu minggu kemarin mereka memang pergi ke tempat Arya. Di sana Ify terlihat sedikit bisa melupakan kesedihannya. Berkumpul dengan Arya dan kedua orang tuanya yang sudah menganggap Ify seperti anak mereka sendiri.
"Oh jadi ceritanya lo cemburu?" Goda Ify menoel lengan Alvin yang mulai melajukan mobilnya.
"Nggak usah ngaco kalau ngomong." Alvin makin sewot.
Ify langsung manyun, Alvin beneran marah sih ini. "Ya udah, sih. Santai aja ngomongnya. Udah ngapa jangan marah-marah terus. Iya-iya gue minta maaf tadi pagi berangkat sendiri."
Alvin diam. Enggan menyahut. Dia memang kesal karena tadi pagi saat menjemput gadis itu ternyata sudah berangkat. Membuat Alvin akhirnya terlambat sampai di sekolah. Dan sekarang Alvin juga meninggalkan mobilnya di sekolah. Untung saja Alvin kenal baik dengan penjaga sekolah.
"Alvin! Maafin dong. Ya ya ya?" Bujuk Ify menarik satu tangan Alvin lalu ia goyangkan dengan pelan. Karena tidak berhasil, Ify menampilkan wajahnya yang kini terpukau menatap Alvin.
"Wah lo kok makin ganteng ya? Sumpah! Jadi kayak oppa-oppa korea gitu." Rayu Ify lagi tapi tetap tidak berhasil karena Alvin masih menunjukkan wajah datarnya. Masih fokus menyetir dan mengabaikan kicauan Ify.
"Hih! Alvin! Jangan marah dong, kan gue udah minta maaf. Kalau lo masih marah, gue nangis, nih!"
Alvin masih tampak tak peduli. "Beneran, ya? Gue nangis nih. Awas aja nyuruh berhenti."
Alvin menoleh jengkel. "Itu mulu ngancemnya. Kreatif dikit kek."
Ify berdecih lalu melempar tangan Alvin yang sejak tadi di pegangnya. "Ya lo sih gitu, nyebelin kalau marah. Btw, nanti malem gue jadi ikut ke acara nikahan sepupu lo?" tanya Ify kemudian. Teringat pada cerita Alvin semalam tentang sepupunya yang sudah menikah kemarin. Dan malam ini adalah acara resepsi pernikahan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...