13. Warm Hug

445 55 83
                                    

Ify berusaha bangkit dari tidurnya. Mengenyahkan tubuhnya yang lemas. Berusaha turun dari tempat tidur dan mencegah Alvin yang ingin memukul Rio lagi. Tapi karena keadannya yang benar-benar lemas, membuat Ify jadi terjatuh di lantai.

BRAK

"Fy!" Seru Rio berjalan mendekat. Tapi Alvin langsung menahan dada Rio kemudian mendorongnya kuat. Rio juga tidak diam saja dan mencengkeram pergelangan tangan Alvin lalu menepisnya kasar. Membuat keduanya kini saling melempar pandangan dengan sangat tajam.

"Gue nggak ada urusan sama lo!" desis Rio. Meski dia bingung kenapa Alvin bisa berada di rumah Ify. Dan bahkan di kamar, kekasihnya. Tapi, Rio menyimpan semua pertanyaan itu dalam benaknya.

HAP

Alvin dengan sigap menahan bahu Rio yang ingin berjalan mendekati Ify. Lalu di dorongnya dengan kuat hingga membuat kedua kaki Rio sedikit limbung.

"Jadi urusan gue selama lo nyakitin, Ify!" Tajam Alvin lalu mendorong lagi dada Rio. Rio semakin emosi dan tak terima mendengar apa yang baru saja Alvin katakan padanya.

"Itu urusan lo, bukan urusan gue." Balas Rio tak kalah tajam.

Alvin semakin menajam, "Dan karena itu urusan gue. Sekarang gue berhak buat nyuruh pergi."

"Punya hak apa lo?" sinis Rio.

"Gue sahabatnya." Geram Alvin tanpa ekspresi dengan tatapan penuh permusuhan.

"Dan gue cowoknya." Balas Rio pelan namun mengenai jantung Alvin. Hingga kini meledak dan ingin menyemburkan amarahnya. Cowok? Setelah apa yang dia lakukan pada Ify, masih bisa mengakui Ify sebagai pacarnya.

"Lo-"

BUGH

Meluaplah emosi Rio ketika lagi-lagi Alvin menarik bahunya. Menghalangi langkahnya yang ingin mendekati Ify. Dan Alvin yang tak terima pun membalas pukulan Rio. Tapi terhenti ketika mendengar suara lirihan Ify yang memintanya untuk berhenti.

"Alvin udah. Rio udah. Berhenti jangan berantem lagi." Terdengar lemah hingga membuat Rio ataupun Alvin langsung saling mendorong dan melepas cekalan tangan mereka.

Rio bergerak lebih cepat meraih tubuh Ify dalam gendongannya. Lalu ia rebahkan di atas tempat tidur. Sesuatu yang tajam mengusik hati Rio melihat keadaan wajah Ify.

"Lo kenapa asal pergi gitu aja dari rumah sakit, Fy?" tanyanya menahan kesal dan amarah yang di tujukan untuk dirinya sendiri.

"Gue panik tadi denger dari suster lo udah pulang. Padahal keadaan lo belum bener-bener sembuh." Terang Rio menatap wajah pucat kekasihnya.

Alvin mengepalkan kedua tangannya. Dia masih berdiri di belakang Rio. Lalu memutar tubuhnya dan berjalan ke arah pintu kemudian keluar. Membiarkan Ify menikmati waktunya bersama Rio. Sedang dia sendiri, butuh udara segar untuk menenangkan perasaan kalutnya.

Ify tidak tahu harus mulai menjawab pertanyaan Rio darimana. Tapi kedua tangannya bereaksi lebih cepat yang kini terulur menangkup wajah Rio. Menggerakkan satu ibu jarinya pada luka di sudut bibir Rio yang kini berdarah.

Rio masih menundukkan wajahnya. Menatap lekat wajah Ify yang kini terbaring lemah.

"Sakit, ya?" tanyanya kemudian.

Rio menarik nafasnya panjang. Kemudian ia hembuskan dalam diam. Rio lantas meraih kedua tangan Ify dari wajahnya lalu ia cium secara bergantian. Dan hal terakhir yang Rio lakukan adalah bergerak turun untuk memeluk Ify.

"Maaf," bisiknya kemudian. "Gue tahu lo pasti bosen denger ini."

Ify tersenyum lemah. "Enggak." Katanya seraya melingkarkan kedua tangannya di bahu Rio. "Gue nggak bosen. Gue seneng karena akhirnya lo masih kembali sama gue."

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang