Ify menatap sinis seorang perempuan seusia mendiang mamanya baru saja masuk ke dalam ruang inapnya. Tak lama dari itu, muncul juga sang Ayah yang terlihat khawatir padanya. Tapi, Ify enggan mengakui jika Ayahnya benar-benar mencemaskannya. Ify yakin, mereka tahu dia sedang di rumah sakit pasti karena dokter yang memeriksanya semalam.
"Sayang, kamu kok bisa sampai masuk rumah sakit? Pasti makannya nggak teratur, ya? Apanya yang sakit, nak?"
Ify langsung menyampar tangan perempuan itu ketika ingin menyentuh wajahnya. "Lo belum cuci tangan." Kata Ify dingin. "Berani banget nyentuh wajah gue." Ketusnya sinis.
"Fy, nggak sopan kamu." Tegur Dion, Ayah Ify. "Ayah nggak pernah ajari kamu jadi anak yang kurang ajar sama orang tua."
Ify mendengus. Lalu menatap Dion penuh tantangan. "Sejak kapan Ayah ada waktu buat ngasih tahu Ify? Bukannya selama ini Ayah sibuk urusin istri dan anak baru Ayah?"
Dion mendelik tak terima. "Kamu yang selama ini ngejauh dari Ayah! Dan kamu juga yang nggak pernah dengerin omongan Ayah lagi."
Ify tertawa sinis. "Kapan? Ify selama ini stay di rumah kok sama mbok Ranti." Pandangan Ify menajam. "Justru Ayah yang nggak pernah ke rumah!" sentaknya meninggi.
"Kamu sendiri yang nggak mau ikut Ayah. Dan sekarang masih nyalahin Ayah karena nggak mau urus kamu, Iya?"
"Iyalah! Ayah yang salah!" sahut Ify kelepasan. Dia tanpa sadar tengah membentak Ayahnya. Tapi Ify tidak menyesal sama sekali. Karena ini juga bukan pertama kali bertengkar dengan Ayahnya. Dan itu, selalu mengenai hal yang sama.
Membuat Dion murka dan menajamkan tatapannya penuh amarah. "Sekarang minta maaf ke Mama. Dan jangan ulangi lagi kesalahan kamu tadi." Suara Dion memelan. Menahan amarahnya.
Ify tertawa. Tapi tak ada jejak kebahagiaan di sana. Dan tingkah Ify ini membuat Dion serta Sintia menatapnya heran.
"Minta maaf?" kekehnya lalu menunjuk Sintia. "Sama dia?" Ify tersenyum sinis.
"Nggak sudi!" tajamnya tak gentar menatap sepasang suami istri yang beridiri di samping brankarnya.
Kedua mata Dion kian membulat dan menggelap. "Bilang apa kamu?" geramnya marah.
Ify tersenyum sinis dan sorot matanya tajam menantang. "NGGAK SUD-"
"KURANG AJAR!"
PLAK
Satu tamparan Ify terima dan itu mendarat tepat di pipi kirinya. Tamparan yang cukup keras hingga membuat sisi wajahnya membiru dan setengah bibirnya terluka. Tapi Ify tidak menunjukkan rasa sakitnya. Dia justru semakin tak gentar menatap Dion dengan tajam. Karena toh ini bukan pertama kali Ify di pukul oleg Ayahnya sendiri.
"Udah, Pa. Nggak apa-apa. Mama emang belum cuci tangan juga tadi." Sela Sintia mengusap lembut Dion guna menenangkan suaminya yang kini tampak marah.
Ify yang melihat itu terkekeh sinis. Pasangan yang manis sekali.
"Berhenti bela dia, Ma. Anak ini memang nggak tahu sopan santun!" Dion tampak mengeram menatap Ify yang kini sibuk dengan ponselnya.
"IFY!" bentak Dion merebut ponsel Ify lalu di bantingnya ke lantai.
PRANG
"Apa?" Tanya Ify menoleh tenang dengan wajahnya yang sudah terluka. "Ayah mau apa?"
"Minta maaf ke Mama sekarang."
"Nggak!" tolak Ify menatap Sintia yang kini tersenyum penuh kemenangan. Sedang kedua tangannya masih bergerak mengusap dengan lembut tangan Dion.
"MINTA MAAF SEKARANG!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...