6. Hurts

460 52 54
                                    

Setelah mengantar Shilla ke kelasnya, Rio beralih menuju ke dalam kelasnya sendiri. Bell baru saja berbunyi dan membuat Rio mengurungkan niatnya untuk menemui Ify. Selain itu, Rio juga tidak tahu harus mengatakan apa pada Ify nanti. Terlalu rumit karena otak dan hatinya tidak mau bekerja sama. Rio tetap tidak bisa mengabaikan hatinya yang masih di penuhi oleh Shilla. Rio masih tidak bisa membuka hati untuk Ify karena jika itu dia lakukan Rio merasa seperti menghianati Shilla. Sedang hubungannya dengan Ify sudah terlalu jauh melangkah. Perasaan yang sangat sulit untuk Rio jelaskan setelah apa yang sudah terjadi.

Dan di sisi lain, Rio merasa sangat bersalah pada Ify. Dengan terang-terangan dia menghina cewek yang tidak lama sudah di rusaknya. Rio bingung, bingung harus darimana dia kembali menata lagi perasaannya.

Dan sepanjang guru menerangkan pelajaran Biologi di depan kelas, Rio tidak berhenti memikirkan bagaimana cara meminta maaf pada Ify.

"Galau amat tuh muka. Mikirin apaan dah?" Cakka berjalan ke arah bangku Rio. Dia duduk di meja belakang Rio setelah menepuk pelan bahu temannya itu.

"Gue denger-denger lo udah jadian sama Ify? Serius?" Lanjut Cakka bertanya.

"Hm." Dehem Rio malas.

"Hm apa? Yang jelas kalau ngomong. Serius jadian, nggak? Gue pepet juga nih kalau nggak."

Cakka diam sebentar sambil berfikir. "Oh ya, tapi kalau nggak kenapa lo semalem minta di anter kerumahnya? Paginya minta di jemput lagi. Hm, mencurigakan." Pancing Cakka lagi. Paling suka dia jika menggoda teman-temannya. Apalagi Rio. Yang pasti Cakka tidak pernah absen menggoda Rio setiap kali temannya ini dekat dengan salah satu teman kenalannya. Btw, meski terlihat Rio itu seperti fuckboy yang mudah dapetin cewek, tapi sejauh ini mantan Rio cuma dua. Dan cewek yang benar-benar Rio suka cuma satu. Yaitu Shilla. Pacar dari Gabriel yang sudah jadian dari dua tahun lalu.

"Kayak mau aja dia di pepet sama lo." Sahut Rio tampak tenang dengan posisinya.

Cakka tertawa. "Ya namanya juga usaha. Siapa tahu aja ternyata Ify jodoh gue. Jadi gimana nih, lo serius jadian ama dia apa, nggak?"

"Menurut lo aja." Jawab Rio seenaknya. Kedua matanya masih terpejam. Dia sedang mendengarkan lagu yang tengah berputar pada headphone yang di pakainya ketika tadi bell istirahat berbunyi.

"Kalau lo nanya menurut gue ya, lo nggak serius."

"Sok tahu." tanggap Rio mulai sewot.

"Jadi, serius? Kalau iya nggak jadi gue tikung, nih."

Rio berdecak jengkel. "Iya, nyet!"

"Iya apa?"

Rio menghela panjang. "Serius," katanya kemudian.

Cakka tertawa lagi. Puas mendengar jawaban Rio yang ingin dia dengar sejak awal. "Apa gue bilang, luluh juga kan lo akhirnya. Tapi ati-ati aja lo soalnya si Deva masih belum nyerah ngejar Ify." Cerita Cakka. Paling semangat dia tuh kalau soal ngomongin orang.

"Deva temen gue?" sahut Gabriel bangun dari tidurnya. Dia mengangkat kepalanya dan menguap lebar. Lalu menatap Rio teman sebangkunya yang tampak tak terusik dengan kicauan Cakka.

"Yoi. Temen nongkrong lo." Tanggap Cakka. "Lo juga tahu kan gimana tuh anak pasti langsung ngehajar tiap ada cowok yang mau deketin Ify."

Gabriel mengangguk setuju. "Hm. Cuma dia juga cewek yang nggak mempan sama rayuan gue."

Rio kontan membuka kedua matanya. Kemudian menoleh dan menatap Gabriel tenang. "Shilla terlalu baik buat lo sakitin." Kata Rio pelan. Tapi tatapannya perlahan berubah menajam.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang