Pandangan Rio tertuju pada salah satu meja di kantin. Pandangan yang sama sekali tidak lepas dari sosok Ify. Gadis itu terlihat asik menikmati makannya bersama dengan Alvin dan Sivia. Meski Ify tampak senyum, tapi Rio bisa melihat bagaimana sorot mata Ify yang kini tampak meredup. Menandakan gadis itu tidak baik-baik saja. Membuat Rio teringat pada sesuatu yang kini menambah rasa penyesalannya.
"Fy, stop bertingkah kayak anak kecil!" sentak Rio tajam. Dia menyentak tangan Ify yang semula memegang lengannya.
"Kayak anak kecil gimana?" sahut Ify tak mengerti.
"Ya itu cemburu nggak jelas!"
Ucapan Rio terasa sampai ke hati Ify. Hingga membuat gadis itu langsung terdiam lemas. Kedua tangannya jatuh pada sisi tubuhnya dan tampak tak bertenaga.
"Nggak jelas?" tanya Ify tak percaya. Sorot matanya juga tampak kecewa.
"Yo, kamu tadi baru nganterin aku pulang ke rumah. Aku panik karena kamu nggak bisa aku hubungi sama sekali. Makanya aku bisa sampai di sini. Dan apa aku salah kalau aku marah saat lihat kamu malah asik ngobrol sama temen cewek kamu?"
"Cuma ngobrol apa salahnya?" Sahut Rio tak gentar. "Nggak semua yang gue lakuin lo harus tahu juga, kan? Lo cuma pacar gue anjir!"
Ify tersentak mendengar semua kata yang keluar dari mulut Rio. Tersentak karena jantungnya terasa hampir tak berdetak. Ucapan Rio benar-benar menyerupai peluru yang kini tertembus di sana.
"Tapi kamu masih pake seragam, Yo? Kamu juga bilang dia nggak tahu kamu yang punya cafe ini. Itu artinya kamu jemput dia dulu kan?" tanya Ify menahan tangis dan juga sakit hatinya.
"Kamu jemput cewek lain setelah anterin aku. Dan bawa dia ke sini. Iya, kan?" lanjut Ify berusaha kuat mengabaikan perasaan sakitnya. Tapi tidak dengan wajahnya yang kini menunjukkan luka cukup dalam. Terasa bagaimana Rio sama sekali tidak menghargainya.
Lain halnya dengan Rio. Ekspresi wajahnya tetap mengeras. Menandakan dia masih marah dan tidak suka pada Ify. Tidak suka karena Ify tadi tiba-tiba datang dan menyiram Alda, temannya dengan jus jeruk yang di ambilnya dari pelanggan lain. Bagi Rio, sikap Ify sudah sangat kekanakan.
"Kalau iya kenapa?" tantang Rio.
Detik itu juga, pertahanan Ify roboh. Air matanya mengalir deras mengiringi rasa sakit hatinya melihat sikap Rio. Sangat sakit sampai Ify tidak tahu harus mengungkapkannya bagaimana lagi. Seluruh tubuhnya mulai gemetar dan terasa lemas.
"Gue emang udah sayang sama lo, tapi bukan berarti lo bisa ngatur hidup gue!" tambah Rio. Membuat tubuh Ify semakin bergetar. Tubuhnya mulai benar-benar terasa tak bertenaga.
"Kamu jahat, Yo." Lirih Ify sambil terisak pelan lalu berlari keluar kamar.
Dan Rio sama sekali tidak bergerak. Egonya masih berkuasa. Dia masih marah, dia tidak suka dengan sikap kasar Ify. Jadi, tidak ada sedikitpun niatan bagi Rio untuk mengejar Ify atau menenangkan kekasihnya itu. Lalu, pada akhirnya, Ify yang berusaha meminta maaf padanya dan hubungan mereka kembali baik.
"Gue bilang juga apa. Nyesel kan sekarang? Udah percaya sama yang gue bilang waktu itu?" Kata Gabriel tersenyum sinis melihat wajah Rio yang tampak terluka.
Rio enggan menanggapi Gabriel. Kenangan yang baru saja di ingatnya, membuat Rio bisa merasakan bagaimana keadaan hati Ify saat itu. Rio menyesal karena baru sadar akan sikapnya. Terasa ingin kembali pada masa itu untuk berlari mengejar Ify lalu menenangkan kekasihnya. Agar, sakit yang Ify rasakan tidak sedalam ini.
"Udah tahu mau gimana?" tanya Gabriel tidak tega juga melihat ekspresi wajah Rio saat ini.
Rio menggeleng pelan. Dia belum tahu harus bagaimana. Terlebih dengan reaksi Ify saat itu, membuat tidak bisa berfikir jernih lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...