24. About Girl

461 56 126
                                    

Baca bagian abis part DeFy. Aku ubah alurnya. Makasih

❤❤❤❤❤❤

Deva membawa Ify ke atap gedung olahraga sekolah. Karena Deva merasa Ify bisa menghirup udara secara bebas disana. Menikmati pemandangan kota dari atas untuk sekedar melepaskan penat. Deva bisa saja membawa Ify kabur dari sekolah sekarang. Tapi, Deva yakin Ify tidak akan mau diajak untuk bolos sekolah.

"Nih!" Deva menyerahkan satu kaleng soda pada Ify. Bukan Deva yang membeli minuman itu sendiri, tapi dia menyuruh salah satu anak buahnya dan baru saja di antar ke atas.

"Thanks. " Ucap Ify tanpa menatap Deva. Dia langsung meneguk air soda dalam kaleng itu karena Deva sudah membukanya.

Deva tersenyum tipis menatap Ify sejenak. Lalu duduk di samping gadis itu. Duduk pada salah satu kursi panjang yang tersedia di sana dan tidak terjangkau oleh sinar matahari. Untungnya saat ini cuaca sedikit mendung. Jadi, sinar matahari tidak terlalu terik.

"Lo kenapa bisa di sana tadi?" Tanya Ify menoleh.

Deva pun menoleh juga. Dia menggunakan kesempatan ini untuk menatap Ify. Deva lantas tersenyum lalu meneguk minumannya. "Emh karena gue ngantuk."

Ify mendengus seraya menatap lagi ke arah depan. Dan Deva terkekeh pelan merasakan sikut Ify mengenai lengannya.

"Gue sebenernya tadi nggak mau ikut campur sama kalian. Karena gue paling anti ngurus cewek barantem. Tapi-" Deva menghela sejenak. "Gue nggak bisa diem aja kalau itu lo."

Deva menoleh sesaat pada Ify yang tampak tidak terusik dengan ucapannya. "Jadi, gue rekam kalian diem-diem. Buat jaga-jaga kalau tuh cewek macem-macem sama lo."

Ify tersenyum kecil. Tuh cewek? Apa Deva tidak tahu nama Chelsea?

"Lo apain dia sampe tadi nangis?" tanyanya kemudian.

Deva menggeleng pelan. "Nggak gue apa-apain, sih. Cuma gue tunjukin aja tingkah gilanya yang tadi gue rekam. Sambil bilang bakal gue sebar di sosmed kalau dia macem-macem sama lo lagi."

Deva tersenyum lagi seraya menoleh pada Ify yang ternyata menoleh padanya juga dengan senyum. Membuat Deva terpaku dan mendadak otaknya beku. Sekaligus lupa dengan apa yang ingin ia katakan tadi. Membuat Deva enggan berpaling karena merasa dia tengah berada dalam dunianya sendiri. Dunia yang saat ini membuat hatinya terbang meski itu hanya sesaat.

"Thanks, ya? Kalau nggak ada lo tadi, gue bener-bener nggak tahu mesti gimana ngadepin Rio."

Dan mata sendu Ify, langsung menyadarkan Deva. "Sori juga ya? Gue nggak langsung turun tangan tadi. Soalnya gue males sumpah adu bacot sama cewek." Dia menyahut pelan.

Ify terkekeh lalu mengangguk dan menatap lagi ke depan. Kekehan kecil yang cukup membuat guncangan besar di jantung Deva. Membuat Deva langsung menarik nafas panjang. Ia hembuskan perlahan untuk menghilangkan perasannya yang tiba-tiba gugup. Tenang Deva, tenang.

"Iya. Nggak apa-apa. Tapi, kalau misal lo nggak ada di sana dari awal, lo percaya sama gue, nggak?"

"Percaya." Sahut Deva tanpa ragu.

Satu kata yang cukup membuat hati Ify seperti baru saja mendapatkan oksigen. "Kenapa?" tanyanya ingin mendengar alasan Deva.

"Karena-" Deva menjeda sebentar ucapannya. "Gue percaya aja sama lo. Nggak perlu ada alasan, kan?"

Ify tidak menyahut, dia hanya mengangguk kecil. Meski rasanya kurang puas mendengar jawaban dari Deva. Tapi, dengan Deva yang percaya padanya, itu cukup menghibur hati Ify saat ini.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang