"Lo kenapa? Pusing?" tanya Rio menatap Ify yang hanya diam sejak dalam perjalanan tadi. Mereka berdua sudah sampai di tempat makan yang dari awal memang Rio ingin mengajak Ify ke tempat ini. Dan Rio baru saja memarkirkan motornya.
"Dikit." Jawab Ify mengembangkan senyum manisnya. Dia sudah memakai hoodie yang cukup tebal. Tapi, entah kenapa Ify masih kedinginan. Mungkin karena efek naik motor kali, ya? Apalagi ini sudah jam sembilan malam lebih.
Rio menatap Ify dengan seksama. Terlihat bibir Ify tampak pucat saat ini. Rio lantas melepas jaketnya lalu ia pakaikan di tubuh Ify.
"Sori. Lo nggak biasa kena angin malam, ya?" tanyanya penuh sesal.
Ify menggeleng lalu meraih lengan Rio untuk di peluknya. Saat itulah kulit wajah Ify bersentuhan dengan lengan Rio yang tidak lagi berlapis jaket. Menyisakan kaos putih polosnya yang pendek.
"Lo demam, Fy." Rio terdengar panik lalu menarik tangannya dari pelukan Ify. Berganti Rio meraih kedua bahu Ify dan memeriksa wajah gadis ini. Pucat sekaligus terlihat lemas.
Ify tersenyum menatap Rio yang kini tampak khawatir padanya. Hati Ify berbunga melihat sikap Rio yang seolah benar-benar mencintainya saat ini. Jika dengan sakit Rio bisa seperhatian dan sekhawatir ini sama dia, maka Ify tidak ingin sembuh.
"Kita masuk dulu." Rio kemudian meraih jemari Ify untuk di genggamnya. Lalu membawa Ify masuk ke dalam cafe.
"Hai boss!" Seorang barista berseru seraya mengangkat lima jarinya ke arah Rio. Dan di balas Rio dengan mengacungkan jempol kanannya.
"Rasti!" Panggil Rio pada salah satu waiters yang baru saja keluar dari dapur. Keadaan cafe memang sudah tidak ada pelanggan karena tiba waktunya untuk tutup. Itu sudah menjadi aturan awal dari pemilik cafe karena mayoritas pelayannya perempuan.
"Iya boss."
Sedang Ify yang sudah duduk tampak berpikir. Kenapa semua pegawai di sini memanggil Rio boss? Dan kenapa mereka masih mau melayani Rio padahal beberapa kursi sudah di angkat ke atas meja.
"Menu." Kata Rio. Membuat waiters yang bernama Rasti itu langsung berbalik lalu berjalan cepat mengambil menu di meja pantry.
"Ini boss." Rio menerimanya lalu meletakkan di atas meja depan Ify. "Lo mau makan, apa?" tanyanya kemudian.
"Hah?" bingung Ify menatap sekeliling. "Bu-bukannya udah tutup?"
Rio tersenyum kecil lalu mengusap kepala Ify. "Di atas ada rooftop. Kita makan di sana. Gue jelasin semua di sana juga nanti."
Ify masih terlihat bingung. Tapi tetap melihat-lihat menu makanan yang Rio berikan padanya.
"Menu favorite di sini apa mbak?" tanya Ify pada seorang waiters yang Rio sebut Rasti tadi.
"Hampir semua favorite karena resepnya asli dari boss kami-" Rasti menjelaskan dengan senyum sambil melirik Rio penuh godaan. Sedang Rio langsung mendelikkan kedua matanya seolah meminta Rasti untuk diam.
"Menu favorite spaghetti carbonara. Banyak pelanggan yang suka karena rasanya pas dan nggak terlalu apa ya kalau bahasa umumnya nggak terlalu eneg."
Penjelasan Rasti membuat Ify terkekeh. "Ya udah. Pesen itu aja mbak. Sama minumnya es-"
"Jeruk nipis anget aja."
Sela Rio menatap Ify yang langsung mendongak ke arahnya. "Lo lagi sakit." Jelas Rio mengingatkan. Sedang Ify langsung mengangguk setuju.
Rio beralih menatap Rasti. "Bikin dua. Terus bawa ke atas." Tangan Rio meraih jemari Ify. Setelah dapat, ia genggam dan menarik Ify berdiri.
"Oke boss! Siap!" kata Rasti penuh semangat. Dia tersenyum jahil menatap Rio dan Ify yang saling bergandengan tangan. Kemudian memutar tubuhnya untuk melangkah menuju dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...