52. Take My Hand

509 52 97
                                    

"Kamu dateng juga ternyata." Niken tersenyum senang menyambut Rio.

"Mau lo apa?" tanya Rio langsung. Meraih pergelangan tangan Niken yang ingin memeluknya. Lalu dengan sekali hentakan, Rio mendorong gadis itu agar menjauh darinya. Dia lantas duduk di kursi yang berseberangan dengan Niken.

Iya, Rio datang menemui Niken di restoran dalam hotel yang gadis itu pesan sebelumnya. Dari awal, Rio tahu jika tindakan Niken yang menemui Gabriel tadi pagi memang hanya untuk menarik perhatiannya. Tapi, cara yang Niken gunakan kali ini benar-benar membuatnya emosi.

"Nggak apa-apa, sih. Aku cuma pengen ketemu sama kamu aja." Kata Niken yang kini sudah duduk dan tersenyum menatap Rio. "Kangen," katanya kemudian.

"Ngadepin orang kayak lo, emang buang-buang waktu tahu nggak." Rio berdecak sinis kemudian segera bergerak untuk bangkit berdiri.

"Gue tahu sekarang lo lagi berusaha buat deketin Ify."

Rio mengurungkan niat awalnya lalu menatap Niken tajam. Di sambut Niken dengan senyum penuh kepuasan karena berhasil menarik perhatian Rio lagi. Meski dalam hati dia jengkel karena sadar bahwa Rio sepertinya benar-benar tertarik dan peduli pada Ify.

"Gimana kalau gue kasih lihat dia video kita waktu ciuman di mobil?"

Rio menaikkan sebelah alisnya. "Video? Emang masih di laptop lo?" sinisnya kemudian. Reaksi yang terlihat santai sekali.

Dan itu di luar prediksi Niken yang kini mulai terlihat panik. "Kam-"

"Masih nggak sadar alasan gue deketin lo buat apa?" Sela Rio tersenyum remeh. "Gue tahu semua kebusukan lo yang bahkan nggak di ketahui orang-orang. Tapi, tenang aja, selama lo duduk manis dan nggak ngusik Ify, semua rahasia lo aman di tangan gue."

Niken menggeleng pelan. Dia masih tidak menyangka jika ternyata Rio berhasil menemukan semua kelemahannya.

"Dan, lo jangan pernah lagi main-main sama Gabriel. Karena lo juga pasti tahu kan dia lahir dari keluarga seperti apa?" Lalu pandangan Rio beralih pada perut Niken.

"Soal kehamilan lo-" Rio tersenyum miring,

"Kenapa?" tanya Niken waspada.

"Dua minggu kan usianya?" tanya Rio, sengaja terdengar menebak meski ia memang sudah tahu jawabannya.

"Nggak!" tolak Niken keras. Terlihat sekali dia tengah salah tingkah.

"Oh ya? Jadi Gabriel salah informasi ternyata." Rio mengangguk santai.

"Maksud kamu apa, Rio?" Niken semakin terlihat ketakutan. Takut jika hal yang selama ini ia sembunyikan dari semua orang termasuk orang tuanya bisa terbongkar.

"Nggak apa-apa. Soalnya Gabriel bilang kalau kalian tidur bareng itu sekitar kurang lebih satu setengah bulan yang lalu kalau nggak salah. Terus gue nemu hal baru di laptop lo dan-"

"Nggak! Bukan kayak gitu!" pekik Niken panik. Terlalu panik sampai tidak bisa merangkai jawaban yang tepat dan masuk akal. Karena otak Niken benar-benar buntu sekarang.

Rio menatap Niken jengah. "Apapun itu, Gabriel udah tahu siapa orang yang harus bertanggung jawab."

"Rio! Aku mohon! Jangan bilang ke siapapun. Please, Rio. Aku mohon-"

"Apa yang gue lakuin ke depannya, itu tergantung dari sikap lo. Paham?" tandas Rio kemudian bangkit. Rio lantas melangkah menuju pintu utama restoran untuk keluar. Sambil terus berjalan, Rio berusaha mengenyahkan rasa pusing kepalanya. Dan juga tubuhnya yang mulai lemas. Selain belum makan dari semalam, Rio juga akhir-akhir selalu banyak pikiran sekaligus susah untuk tidur.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang