32. Rio's Girlfriend

517 59 123
                                    

Sudah tiga hari sejak Rio diam-diam masuk ke dalam kamarnya, hubungan Rio dan Ify semakin terasa dingin. Baik Ify ataupun Rio, mulai bersikap saling tidak mengenal satu sama lain.

Hal yang sebenarnya mengusik hati Ify. Karena dia sempat berfikir bahwa Rio mungkin menyayanginya. Tapi nyatanya tidak. Setelah memeluknya malam itu, Rio hanya mencium kening Ify kemudian berjalan keluar. Membuat Ify ingat jika ternyata Rio mempunyai kunci duplikat rumahnya. Tapi setelah malam itu, Rio seakan menghilang dari hidup Ify.

Ify pikir, Rio akan sedikit berubah setelah malam itu. Tapi, nyatanya Rio tetaplah Rio. Dia masih bersikap baik pada semua temannya. Entah cowok ataupun cewek Rio tetap bersikap baik pada mereka. Hanya saja, kebaikannya itu sering di manfaatkan oleh cewek yang ingin menarik perhatiannya. Dan, brengseknya Rio, tidak ada tindakannya untuk menolak.

"KAK IFY! AWAS!"

Ify tersentak kaget. Tapi dia tidak sempat menghindar dan membuat lemparan bola basket mendarat tepat di kepalanya.

BAGH

"KAK IFY!" Semua anak basket kelas sebelas itu langsung berteriak panik. Salah satu dari mereka berlari ke tepi lapangan melihat Ify yang terduduk di lantai. Tapi untungnya Ify tidak pingsan.

"Kak sori, ya? Maaf nggak sengaja." Ucapnya. Namanya Ray, ketua tim basket sekolah tahun ini. Dia mengulurkan tangannya pada Ify bermaksud membantu berdiri. Merasa bersalah karena dia yang melempar bolanya tadi.

"Ada apa nih?" Sebuah suara menyela. Membuat Ray mengumpat pelan karena dia mengenal pemilik suara itu. Tangannya yang hampir di sambut Ify juga langsung di sampar pemilik suara itu.

Deva menatap Ray tajam kemudian membungkuk dan membantu Ify berdiri. "Lo apain? Mulai berani lo?"

Ray tersenyum manis, berusaha santai meski agak keder juga melihat wajah sangar dari preman sekolah. "Sabar, Kak. Sabar, gue nggak sengaja sumpah!" Ray beralih menatap Ify kini tersenyum kecil sambil memegang keningnya yang sedikit benjol.

"Mampus gue." Gumam Ray pelan. Pakai ada acara benjol lagi, kan?

"Nggak apa-apa, Dev. Dia nggak sengaja kok." Kata Ify tersenyum geli melihat Ray yang terlihat takut menghadapi Deva.

Ray mengusap dadanya lega. Tapi juga tidak sepenuhnya lega. Karena saat dia ingin tersenyum pada Ify, Deva langsung menjetikkan jari di wajahnya.

"Makanya lain kali hati-hati." Omel Deva marah. "Udah sono balik!" usirnya kemudian.

Dan tanpa membantah lagi, Ray langsung memungut bolanya yang masih di bawah kaki Ify.

"Kak Ify maaf ya sekali lagi."

"Iy-"

"Pergi, nggak?" sentak Deva tajam. Membuat Ify langsung diam dan merapatkan bibirnya yang semula ingin membalas senyuman Ray.

"Kenapa bisa kena bola, sih? Lo jalan sambil ngelamun, ya?" Omelan Deva masih berlanjut dan kali ini sambil melihat kening Ify yang merah hingga membiru dan menciptakan sebuah benjolan di sana.

"Sakit, nggak?" Tanya Deva seraya mengusap bagian tepi kening Ify yang benjol itu. Lalu di tiupnya pelan.

"Mayan pusing sih tadi. Cuma sekarang lebih ke ngilu." Jawab Ify jujur.

Jawaban yang salah karena sekarang Deva jadi semakin terlihat marah. "Harusnya gue hajar aja tuh anak."

"Eh eh mau kemana?" Panik Ify seraya meraih lengan Deva yang ingin melangkah ke tengah lapangan.

"Kasih dia pelajaran. Kalau perlu, gue patahin hidungnya. Argh! Siapa lagi tuh anak namanya."

"Ih jangan Deva! Kasihan, lagian dia nggak sengaja kok. Kan gue yang salah karena jalan sambil ngelamun tadi."

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang