73. Only You

389 25 21
                                    

Weekend seperti ini biasanya cafe Rio lumayan rame. Terbukti sejak tadi pagi ketika jam operasional di mulai, tidak hentinya pengunjung datang. Ify bahkan ikut turun tangan membantu. Awalnya Ify membantu pekerjaan waiters. Tapi, Rio melarangnya dan menyuruh Ify menjadi asistennya saja. Dengan kata lain menemani Rio di balik meja bar menyiapkan minuman yang di pesan oleh pelanggan.

Waktu sudah menunjuk pada pukul delapan malam. Mengartikan bahwa satu jam lagi cafe tutup. Untung saja sekarang sudah mulai sepi pengunjung.

Rio melepas apron hitamnya, lalu memijat pelan lehernya yang terasa pegal. "Closing aja, Rud." Ia menepuk bahu salah satu pegaiwanya.

"Siap boss!"

"Gue ke atas."

Rudy yang sedang membersihkan meja bar mengacungkan jempolnya. "Oke, bonus jangan lupa boss!" Serunya.

Rio terkekeh menoleh saat itulah semua karyawannya yang masih sibuk memegang kerjaan menatap Rio dengan cengiran. "Gampang!"

"YASSS!" seru semuanya.

"MAKASIH BOSS!"

"Ada apa sih kok heboh?"

Ify berdiri di ambang pintu. Terlihat bingung mendengar suara riuhan dari bawah. Rio datang menghampirinya dengan wajah lelah.

"Nggak apa-apa, anak-anak pada seneng hari ini rame."

Ify mengangguk paham, "Dapat bonus dong."

Rio tak menjawab, dia hanya menatap wajah Ify yang terlihat segar karena habis mandi. Wajah putih bersih tanpa make up, bibir sedikit terlihat pink pucat tapi masih tampak mempesona. Rambutnya yang setengah basah dan Rio ingin sekali memeluknya sekarang.

"Cantik banget sih kamu."

Ify yang tidak siap di puji seketika menampilkan wajah sengitnya. Guna menutupi rasa salah tingkahnya yang ingin membenamkan wajah di kedua telapak tangan. "Apa sih nggak jelas banget tiba-tiba muji gitu."

"Apa sih sewot gitu. Orang lagi muji pacar aku sendiri kok." Balas Rio tak kalah sengit. Lebih tepatnya pura-pura sengit. Menggoda Ify yang ia tahu sedang salah tingkah.

Ify berdehem lalu menampilkan wajah datar. "Oke."

Rio tertawa kecil melihat Ify tiba-tiba berbalik dengan wajah jutek. Dia segera meraih pergelangan tangan Ify hingga membuat gadis itu kembali menghadapnya.

"Apa sih lepas, nggak? Aku tuh masih kesel ya sama kamu."

"Seharian kita sama-sama padahal. Kenapa aku masih aja ngerasa kangen kamu, ya?"

"Yo, udah ah jangan gombal mulu. Nggak mempan!" Ify merajuk berusaha melepaskan diri dari kurungan Rio. Kedua tangan pemuda itu sudah melingkari pinggangnya. Membuat Ify tak bisa bergerak menjauh.

"Aku cuma jujur, sayang. Salahnya di mana coba?"

"Jujurnya kamu tuh bikin jantung aku lama-lama jadi lemah tahu, nggak?"

Rio menengadahkan wajahnya ke atas sambil terkekeh. Kemudian menunduk dan menyapukan hidungnya pada ujung hidung Ify dengan lembut. "Gemes banget aku sama kamu," geramnya pelan.

"Yo."

Rio mendekatkan wajahnya kemudian mencium kening Ify. "Hm?" gumamnya kemudian. Dia menunduk menatap Ify yang tak kunjung bicara. Tatapan mata keduanya bertemu. Rio menunggu Ify bicara, sedangkan Ify tampak berusaha menyiapkan kata-kata.

"Kenapa? Masih kepikiran sama yang tadi?"

Oke, jadi begini ceritanya. Selama menemani Rio menjaga Cafe tadi, ada sekitar lima cewek datang. Sengaja datang menghampiri Rio. Bahkan mereka tidak segan-segan mengatakan rindu pada Rio. Ada yang juga yang mengatakan secara terang-terangan merindukan ciuman Rio. Untung saja Ify masih bisa mengendalikan diri untuk tidak menjambak mereka satu persatu. Terlebih melihat respon Rio yang santai sekali menanggapi mereka. Membuat Ify dongkol sendiri melihat interaksi Rio dengan para cewek-ceweknya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang