Setelah pulang dari rumah Ify malam itu, Rio sebenarnya memang sengaja pergi ke apartemen Niken menemui gadis itu. Rio butuh seseorang untuk bisa mengalihkan semua perasaannya akibat penolakan Ify. Tapi, siapa sangka saat itu Rio justru melihat Niken tampak keluar dari mobil yang cukup mewah bersama dua orang perempuan. Satunya, Rio kenal betul bahwa itu adalah Chelsea. Sedang satu lagi, perempuan paruh baya dan terlihat sangat asing di mata Rio. Karena hal itu, membuat Rio menjadi penasaran dan sengaja mendekati Niken.
"Argh gila panas banget remote mana remote!" Gabriel baru saja masuk kelas tapi langsung ricuh sendiri mencari remote AC. Dia kepanasan karena baru saja selesai lari keliling lapangan. Tadi Gabriel di hukum saat pelajaran pertama karena lupa mengerjakan PR.
"Ah gini kan enak." Leganya setelah berhasil menemuka benda yang ia cari. Kemudian menurunkan suhu AC dalam kelasnya menjadi lebih dingin.
"Apa?" Sengit Gabriel ketika sadar beberapa teman sekelasnya yang belum beranjak keluar kini menatapnya. Tapi hanya satu di antara mereka yang langsung meresponnya.
"Yeee sombong amat lo mentang-mentang udah tobat!" Rika mencibir. Salah satu cewek yang bibirnya pernah dia rasakan.
"Kenapa? Masih ngarep sama gue lo?" Gabriel yang duduk lesehan di depan papan tulis mendongak songong. Kedua tangannya ia sandarkan ke belakang.
"Wih mantep! Lanjutkan! Saya suka keributan." Cakka berseru dengan tawa kecilnya kemudian bersiul.
"Dih pede banget lo? Ngapain juga ngarep sama lo. Sekedar informasi. Gue udah move on dari lo! Lagian kalau di lihat-lihat Rio jauh lebih keren daripada lo! Nggak usah sok ganteng jadi cowok!"
"Dih! Nggak usah sok cantik juga jadi cewek. Badan doang montok tapi otak dongo. Mau aja selama ini gue manfaatin. Ngimpi lo bisa deket sama Rio. Tuh anak udah lebih tobat daripada gue!" Balas Gabriel tidak terima di bilang sok ganteng. Padahal kenyataannya dia memang ganteng. Manis lagi kalau senyum.
"Anjir! Eh gue selama ini mau sama lo juga karena duit lo kali! Coba kalau lo kere, mana mau gue sama lo! Nggak usah ngatain orang dongo! Sendirinya juga begonya minta ampun!" Setelah mengomel panjang lebar, Rika menarik tangan temannya lalu melangkah pergi keluar kelas.
"WANJIR SEKALI PEMIRSAAH!" Seru Gabriel tak terima. Cakka tertawa di tempat duduknya. Sementara Rio masih saja diam sejak tadi. Bahkan mungkin sudah satu minggu sejak hari itu Rio sama sekali belum bicara.
"Belum pernah di tabok pake duit gepokan kali tuh cewek!" sungutnya kesal di katain bodoh. Walaupun fakta tapi tetap saja Gabriel tidak terima.
"Gue belum, Gab! Tabok gue aja sini!"
"Nih!" Gabriel langsung melempar sepatunya hingga mengenai jidat Cakka. Dia langsung tertawa keras karena tidak menyangka jika lemparannya tepat sasaran. Tepat mengenai jidat Cakka.
"ANJIR!" Cakka mengumpat kesal lalu mengambil sepatu Gabriel yang sudah tergeletak di lantai.
"Jordan cok!!" Sembur Cakka menatap sepatu Gabriel penuh puja. "Satunya lagi, Gab! Mayan ini kalau gue jual lagi."
Gabriel berdecak. "Ngenes amat hidup lo. Ntar gue beliin yang baru!"
"Ah yang bener?"
Gabriel mengangguk mantap. "Iye. Tapi lo kudu jadi kacung gue selama setahun."
"Babi!" Cakka kembali melempar sepatu pada pemiliknya. Dan Gabriel langsung menangkapnya hingga dia terlihat sangat keren. Saat ini.
"Masih sariawan, Yo? Diem-diem bae!" Seru Gabriel mulai bangkit berdiri lalu berjalan untuk duduk di bangkunyan. Keringatnya sudah kering dan sekarang dia mulai sedikit kedinginan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...