16. Night Call

387 55 93
                                    

"Dari cuma jadi pengagum sampai jadi pacar, masih aja galau lo? Bahkan lebih kelihatan happy waktu lo belum terlalu jauh kayak sekarang."

Saat pulang sekolah tadi, Sivia memutuskan untuk main ke rumah Ify. Ingin menemani Ify yang sepertinya galau lagi karena di cuekin sama Rio. Tadi saat istirahat, Ify cerita jika Rio tengah kesal padanya. Dan sejak saat itu, Ify belum bertemu dengan Rio yang ternyata kata Cakka sibuk membaca di dalam kelas. Ify ingin menghampiri Rio sebenarnya tadi. Tapi, Sivia melarangnya.

Lalu saat pulang, Rio menghampirinya di kelas. Dan mengatakan harus pergi ke cafe untuk memeriksa sesuatu. Jadi, Rio minta maaf tidak bisa mengantar Ify pulang dulu.

Seperti yang kalian duga, Ify pasti dengan mudah memaafkan Rio. Mengatakan juga jika Ify bisa pulang bersama Sivia atau tidak Alvin. Setelah itu, Rio pun pergi dari hadapan Ify.

"Habisnya udah daritadi pesan gue nggak di baca, beib. Emang sibuk banget apa ya, sampe luangin waktu semenit aja buat bales chat gue nggak bisa." Keluh Ify memajukan bibir bawahnya.

"Bukannya nggak bisa atau sok sibuk. Tapi emang lo bukan orang yang dia prioritasin."

"Beib!" Seru Ify merajuk. Bukan hal baru Sivia merespon keluhannya dengan tanggapan yang pahit. Dan herannya selalu tepat mengenai hati Ify.

"Iya, kan? Kalau lo emang penting buat dia, sesibuk apapun juga dia pasti luangin waktunya buat lo tanpa di minta."

"Ya iya, tapi wajar sih dia kan belum beneran cinta sama gue."

Sivia mengangguk senyum. "Iya dia wajar. Lo yang nggak wajar!" Sinisnya kemudian lalu memukul kepala Ify dengan guling yang sejak tadi ia sanggah di kedua kakinya yang bersila.

"Sakit, beib! Gue kan baru sembuh!" Sungut Ify sambil merapikan rambutnya. Membuat Sivia langsung nyengir.

"Udahlah, Fy. Di bawa santai aja. Jangan terlalu nunjukin lo cinta mati sama dia. Yang ada nih, dia makin gede kepala dan gampangin elo."

Ify menghela panjang. Masih duduk di hadapan Sivia sambil memeluk bantalnya. "Tapi kan gue lagi berusaha buat dia bisa suka sama gue, beib. Jadi gue harus nunjukin sebesar apa cinta gue buat dia. Biar dia tahu kalau gue beneran sayang sama dia."

Sivia menghela lelah. Dia menatap Ify prihatin. Otaknya benar-benar sudah mati karena cinta. "Pikiran lo naif banget, ya? Nggak gitu juga konsepnya maimunah!" bentaknya gemas.

"Cowok tuh, makin lo tunjukin perasaan lo buat dia. Dia justru bakal makin nyepelein lo. Nggak peduli lo mau marah kayak gimana dia bakal mikir 'Alah ntar juga baik sendiri'." Jelas Sivia hingga membuat semua urat nadinya terlihat karena terlalu gemas memberitahu Ify.

"Masa sih? Gue dulu pacaran sama Arya dia nggak pernah nyepelein gue."

Sivia menoyor kepala Ify. "Jelas lah! Aryanya bucin sama lo. Perasaan kalian nyaris seimbang dulu. Nah si Rio?" Sivia menekan pelipisnya sendiri dengan jari telunjuk. "Mikir pake otak jangan pake perasaan mulu!"

Ify cemberut. "Capek nggak sih beib, ngegas terus?"

"Nggak! Tenaga gue masih penuh buat nyadarin lo biar nggak bego mulu."

Ify mendengus. "Lagian, Rio udah janji mau berusaha berjuang juga buat suka sama gue. Dia nggak mungkin tega sampe nyepelein perasaan gue, kan? Pasti sekarang dia lagi sibuk makanya nggak sempet lihat hpnya."

Sivia mendesah berat. "Emang susah sih ngomong sama orang yang udah bucin. Mau sepahit apapun hubungan yang di jalani tetep aja nggak bisa lepas. Tapi ngeluh mulu kerjaan."

"Gue nggak ngeluh, beib!" Sewot Ify tak terima.

"Terus apa itu tadi bilang Rio kok nggak baca pesan gue sih." Ejek Sivia sengaja melebihkan nada suaranya hingga terdengar mengesalkan di telinga Ify.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang