Ify tertidur setelah cukup lama menangis. Dia masih berada di tempat Rio dan belum ada keinginan untuk pergi. Dia ingin mempercayai ucapan Rio tadi. Rio yang menyuruhnya untuk menunggu. Ingin percaya bahwa Rio pasti akan segera kembali dah menenangkannya. Menenangkan hati dan pikirannya yang sekarang hancur berantakan.
Tapi hingga waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, Rio masih tidak juga menunjukkan diri. Padahal, Rio sudah keluar sejak siang tadi. Sebenarnya apa yang terjadi pada Shilla? Dan apa yang mereka lakukan saat ini?
"Fy-" Dan langkah Ify terhenti saat ingin keluar, dia mendapati Rio muncul dari balik pintu yang di buka. Keadaan Rio kini tidak cukup baik. Wajahnya tampak lelah, tapi sorot matanya tampak terang mengarah pada Ify. Setelah menutup pintu, Rio tersenyum kecil lalu berjalan mendekati gadis itu dan mendekapnya erat.
"Jangan marah." Bisik Rio kemudian. "Please!" mohonnya ketika merasakan dua telapak tangan Ify mendorong dadanya.
"Sorry, honey. I'm so sorry." Bisik Rio lagi. Terdengar lembut dan penuh penekanan. Membuat gerakan Ify yang tadi memberontak kini langsung diam. Tapi kedua tangannya tidak membalas pelukan Rio. Melainkan terjatuh dengan lemas di kedua sisi tubuhnya.
"Kamu kembali, Yo." Lirih Ify tanpa tenaga. "Tapi, kenapa hati aku rasanya kosong." Lanjutnya masih lemah.
"Fy-" Rio mulai melepas pelukannya. Memegang kedua bahu Ify. Menatap wajah cantik kekasihnya yang kini mendongak dan tampak lelah.
"Aku tahu, buat kamu panggilan tadi nggak penting. Tapi, buat aku yang cinta sama kamu, itu sangat menyakiti perasaan aku, Rio." Terang Ify masih dengan suara lemahnya.
Rio mengangguk paham. Kedua tangannya beralih menangkup wajah Ify. Mengusap air matanya yang mengalir di sana.
"Terdengar sepele dan kekanakan, ya?" tanyanya sedih. "Coba aja bayangin, kalau misal orang yang kamu cintai dan berusaha kamu jaga dengan segala hal yang kamu punya, di panggil sayang oleh cowok lain. Di beri perhatian oleh cowok lain? Sedangkan orang yang kamu cintai itu dengan santai menanggapi dan seolah memberi mereka harapan. Sakit nggak rasanya?" Ify menurunkan kedua tangan Rio dari wajahnya. Lalu ia hapus air matanya sendiri.
"Rasanya, aku kayak nggak punya harga diri lagi di depan semua temen cewek kamu-"
"Fy, nggak sampai kayak gitu."
Ify berusaha tersenyum dan menahan tangisnya. "Kamu nggak tahu, Yo." Lirihnya mulai terisak lagi.
"Kamu nggak tahu gimana mereka natep aku yang seolah-olah aku ini bukan siapa-siapa kamu!" sentaknya tertahan. "Mereka nggak ngehargai aku, Yo! Tatapan mereka ngerendahin aku karena sikap terbuka kamu ke mereka!"
"Mungkin lo aja yang sensi, Fy. Mereka baik, kok. Dan mereka juga tahu lo pacar gue."
Ify sudah terlalu lelah merasakan sakit sejak tadi. Tapi, Rio seakan belum cukup puas dengan tadi meninggalkannya demi cewek lain. Oke, Shilla bukan cewek lain tapi cewek yang Rio cintai. Lalu, apakah sebenarnya arti dirinya untuk Rio saat ini?
"Masih aja kamu belain mereka di banding aku?"
"Nggak gitu, Fy-"
"Sekarang kamu pilih mereka atau aku?" tegas Ify tak ingin memperpanjang perdebatan mereka.
Tatapan lembut Rio menghilang. "Jadi lo ngelarang gue punya temen cewek sekarang? Lo mau gue ngejauhin mereka?" tanyanya tampak kesal. Merasa bahwa Ify terlalu melebihkan keadaan dan menyudutkannya.
"Aku nggak bilang gitu." Terang Ify pelan.
"Terus apa?" sentak Rio semakin kesal.
Ify terkekeh pelan. Tidak tahu lagi harus berkata apa untuk membuat Rio mengerti perasaannya. Ify menunduk untuk mengusap wajahnya yang sudah basah. Lalu mendongak menatap wajah Rio yang kini mengeras. Ify berusaha tegar membalas tatapannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...