Hari ini, Rio dan Ify mulai sekolah lagi. Tapi sebelumnya mereka ke kantor kepala sekolah dulu untuk melapor karena sudah hampir satu bulan tidak masuk. Tapi untung, sebelumnya Rio sudah ijin dan menceritakan keadaan yang terjadi. Dari Ify yang masuk rumah sakit hingga meninggalnya Alvin. Membuat Pak Handi selaku kepala sekolah, bisa sedikit mengerti.
Sedangkan untuk Ify sendiri, Pak Handi merasa lega karena siswinya itu tidak jadi keluar dari sekolah. Rio lantas mengantar Ify ke kelas seusai mereka dari ruang kepala sekolah.
Sepi.
Dan semua terasa beda. Itulah yang Ify rasakan ketika dari awal menginjakkan kakinya di lingkungan sekolah. Semua bayangannya ketika bersama Alvin muncul satu persatu. Meski waktu mereka bersama di sekolah cukup singkat, tapi tidak ada yang tidak berkesan untuk Ify. Baginya, Alvin itu sudah seperti perisai yang melindungi setiap langkahnya. Membuat Ify ingin segera berlari dari tempat ini.
"Kenapa?" Tanya Rio menoleh ke samping. Menatap Ify yang tiba-tiba mendongak padanya.
Ify menggeleng pelan sebagai jawaban. Dia hanya teringat dengan sikap Rio yang sejak kemarin begitu hangat dan juga sabar menghadapinya. Karena Rio juga Ify bisa bertahan di sekolah hingga detik ini. Terutama ketika Rio menggenggam erat tangannya. Sensasi hangat itu terasa hingga menyentuh hati Ify. Dan memutuskan untuk melangkah bersama pemuda itu.
"Senyum, Fy." Pinta Rio sambil menampilkan senyum manisnya juga. Berhasil memancing Ify yang lansgung menatapnya sinis.
"Tuh kan sinis aja cantik. Apalagi senyum." Goda Rio sengaja. Godaan yang cukup berhasil membuat Ify mencubit lengannya.
"Sakit, sayang." Keluh Rio pura-pura meringis kesakitan.
"Bodo!" ketus Ify. Rio terkekeh saja lalu sedikit menundukkan kepalanya untuk mencium puncak kepala Ify.
"Oh. Ternyata lo nggak jadi keluar, Fy? Masih punya muka juga ternyata." Angel yang kebetulan berjalan melewati mereka, menyapa Ify dengan senyum dan ucapan sinisnya.
"Dan lo, Yo. Mending jauh-jauh deh dari Ify. Ntar lo kena sial lagi kayak Alvin."
Kedua mata Ify langsung menajam. Dia menatap Angel penuh tantangan. Ify tidak suka bagaimana Angel dengan mudah menyebut nama Alvin di depannya.
"Lo kalau nggak tahu ceritanya mending diem aja, bitch! Nanti jatuhnya lo jadi sok tahu!" desis Ify melangkah seraya melepas tangan Rio. Hingga kini dia berada dekat di depan Angel.
"Sok tahu?" Angel terkekeh. "Helo! Semua orang di sekolah ini juga tahu kali. Tuh kata adik tiri lo si Chelsea. Dia bilang ke temen-temennya kalau nyokap lo meninggal juga gara-gara lo yang katanya anak pembawa si-"
PLAK!
Nafas Ify memburu. Dia bisa menerima hinaan apapun dari semua orang. Sehina apapun Ify di mata mereka, akan Ify terima tapi tidak jika mereka melibatkan nama-nama orang yang sangat Ify sayangi.
"Kenapa marah, Fy? Bener kan omongan gue?" Angel menyeringai seraya memegangi pipinya yang di tampar oleh Ify. Dia sengaja tidak membalas karena masih ada Rio yang berdiri di belakang Ify.
"Kalau pun gue bilang, nggak. Lo juga nggak akan percaya, kan?" Sahut Ify mencoba tenang.
"Ya jelas. Ngapain gue percaya sama lo. Maling mana ada yang mau ngaku. Gue yakin nyokap lo dulu meninggal juga pasti karena nggak kuat sama kelakuan anaknya yang murah-"
Ify menampar Angel lagi. Karena bagi Ify, tidak ada gunanya juga memberi penjelasan pada orang seperti Angel. Jadi, satu-satunya hal yang bisa Ify lakukan untuk melampiaskan kemarahannya adalah menampar Angel. Tapi hal itu di gagalkan oleh Rio yang kini lanngsung meraih pergelangan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...