Begitu bell pulang berbunyi, semua siswa SMA bintang langsung bersiap untuk pulang. Ketika guru terakhir selesai memberi salam perpisahan untuk hari ini, Rio segera menghubungi Alvin dan memastikan agar segera membawa Ify pulang. Selanjutnya, Rio tinggal melakukan apa yang harus di lakukan.
"Gimana?" tanyanya pada Cakka.
"Clear!" jawab Cakka seraya mengacungkan dua jempolnya. Rio tersenyum puas lalu memakai tas punggungnya kemudian berjalan keluar. Di ikuti Cakka yang langsung merangkul bahu Rio. Keduanya melangkah menuju gedung olahraga untuk menemui Fikri.
Tidak ada cara lain lagi bagi Rio kecuali memenuhi keinginan Fikri. Selain agar Fikri tidak nekat menyebar video yang dia punya, Rio juga berharap dengan ini Fikri berhenti mengganggu Ify. Karena meski Ify terlihat kuat, Rio bisa menangkap ada ketakutan di mata Ify saat tadi menatap Fikri di kantin. Dan itu adalah hal utama yang membuat tubuh Rio bergerak secara otomatis menerjang Fikri. Rio tidak tahu kenapa saat itu otaknya benar-benar tidak bekerja.
"Lo serius mau ngelakuin ini?" tanya Cakka masih tidak percaya. Karena menurut Cakka, Rio itu bukan tipekal orang yang mau mencari masalah dengan seseorang.
"Serius." Jawab Rio tak gentar. Bahkan ragu pun tidak.
"Bener? Ini Fikri, Yo. Dia tuh anaknya nekat. Udah bolak-balik berurusan sama polisi karena kasus pelecehan." Tambah Gabriel baru saja bergabung. Dia melangkah di belakang Rio dan Cakka sambil menggandeng Shilla yang tampak khawatir.
"Dia hampir masuk penjara juga karena ketahuan mau perkosa teman kelasnya." Tambah Cakka.
"Serius, dimana?" Shilla tampak terkejut.
"Di rumahnya dia. Jadi katanya mereka lagi ngerjain tugas bareng. Terus si Fikri langsung bawa teman ceweknya itu ke kamar. Ada yang bilang sama-sama mau, tapi kalau sama-sama mau nggak mungkin tuh cewek sampe keluar sekolah." Cerita Cakka.
"Kok bisa di bebasin?" Tanya Shilla tak terima dan juga kesal. Kok ada jenis manusia seperti itu masih bisa berkeliaran dengan santai dan menebar senyum tanpa dosa.
"Biasalah. Kalau bukan duit apalagi yang bekerja." Jawab Cakka enteng. Tapi ya memang seperti itu adanya.
"Siap Yo lo ngadepin si Fikri? Polisi aja nggak di takutin ama dia." Kata Cakka lagi mulai khawatir.
"Bisa jadi, di luar ntar dia nyerang lo." Sambung Gabriel.
"Terus kalian mau gue diem aja gitu? Dan biarin dia terus-terusan gangguin Ify?" tanya Rio tampak sedikit emosi.
Cakka dan Gabriel kompak tersenyum kecil. Tangan kiri Cakka terkepal ke belakang. Di sambut Gabriel dengan kepalan tangannya. Shilla mendengus dengan kelakuan dua manusia ini.
"Emang kenapa kalau dia ganggu Ify?" pancing Gabriel.
"Nggak tahu. Rasanya emosi aja gue." Jawab Rio seadanya tapi terdengar jengkel.
"Jadi, lo udah beneran cinta nih sama Ify?" Tanya Gabriel iseng.
"Gue nggak tahu. Tapi, gue percaya sama apapun penilaian kalian tentang gue saat ini." Tanggap Rio tenang.
"Emang yang lo rasain gimana tentang Ify?" Cakka gantian bertanya. Membuat dirinya sendiri, Shilla lalu Gabriel memasang telinga mereka baik-baik.
Rio tersenyum tipis sambil berusaha mengingat dan membayangkan apa yang ia rasakan tentang pengaruh Ify dalam hidupnya. "Gue-" Ingatan Rio jatuh saat melihat Ify tersenyum padanya.
"Nggak suka lihat dia sedih. Gue sakit lihat dia nangis. Gue marah lihat dia ketakutan. Gue nggak suka lihat dia deket sama cowok lain. Gue ngerasa sepi saat nggak bisa lihat dia tersenyum." Rio menghentikan ucapannya sejenak. Lalu menghela panjang saat teringat malam di mana dia mendengar Ify menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...