PRANG!
"PERGI!"
Belum sempat Rio berbicara, Ify sudah berteriak setelah melempar gelas berisi air putih yang ia sodorkan. Ify sudah sadar sejak dua hari lalu. Keadaan fisiknya mungkin sudah lebih baik tapi tidak dengan hati dan psikisnya. Sejak sadar, Ify hanya diam dengan pandangan yang tampak kosong. Tapi, Ify akan sangat marah ketika melihat orang yang dia tidak inginkan berada di sini. Terutama ketika melihat Dion dan Sintya. Hal itu membuat dokter yang menangani Ify meminta agar mereka tidak datang sampai keadaan Ify lebih stabil.
"GUE BILANG PERGI! PERGI LO DARI SINI!!" teriak Ify ketika melihat Rio membersihkan lantai bekas pecahan gelas yang ia lempar tadi.
Sejak kemarin, hanya Alvin dan Rio yang menemani Ify. Lebih tepatnya, Ify hanya ingin di temani oleh Alvin. Sedangkan Rio, berusaha tetap di sana meski Ify tidak menganggapnya ada. Menjadi saksi bisu bagaimana Alvin yang tampak telaten merawat Ify. Menyuapi gadis itu, membantu minum obat, hingga menemani Ify tidur.
Pagi tadi, Alvin pamit pulang karena sang Mama sudah menelponnya sejak semalam. Mungkin mereka ingin menanyakan lebih jauh tentang keadaan Ify. Dan Ify baru saja bangun dari tidurnya. Rio langsung bergerak mendekat. Berniat hanya ingin membantu Ify untuk minum. Tapi Rio sama sekali tidak menyangka dengan reaksi Ify.
"LO BUDEK? APA PURA-PURA NGGAK DENGER? GUE BILANG PERGI!"
Rio baru selesai membersihkan lantai. Pecahan gelas kaca sudah ia masukkan dalam kantong plastik lalu ia buang ke tong sampah. Dia kembali berjalan ke arah Ify yang kini menatapnya penuh amarah.
"Pergi!" Ify menyentak tangan saat ingin menyentuh keningnya.
"Nggak mau." Rio menggeleng pelan. "Gue udah janji sama diri gue sendiri. Nggak akan pernah ninggalin lo lagi."
"Basi! Pembohong! Gue nggak percaya!" Seru Ify dengan wajahnya yang memerah.
Rio mengangguk pelan. "Nggak apa-apa. Lo bebas sepuasnya benci sama gue."
"Pergi!" desis Ify. Tatapannya masih terlihat tajam. Tapi, Rio bisa melihat masih ada banyak luka juga di sana. "GUE BILANG PERGI! GUE NGGAK MAU LO DI SINI!"
"Nggak akan!" tegas Rio.
"PERGI!" Teriak Ify semakin marah melihat tanggapan Rio. Ada rasa senang yang berusaha ia sembunyikan. Berganti dengan rasa muak yang membuatnya yakin bahwa ia benar-benar tidak membutuhkan Rio.
"Ify-" Rio berusaha mendekat, tatapannya melembut.
"NGGAK MAU LO DI SINI! PERGI!"
Dengan sigap Rio menangkap bantal yang baru saja Ify lempar ke arahnya. Kemudian dia melangkah lebih dekat. Ingin menenangkan Ify yang semakin tak terkontrol.
"PERGI!" Pekik Ify histeris seraya mendorong Rio agar tidak mendekat lagi padanya.
Rio berusaha meraih kedua tangan Ify yang terus memukul dadanya. "Fy, tenang, hey!"
"NGGAK! LO PERGI! LO PERGI, YO! PERGI!"
"Fy, tenang dulu sebentar."
"NGGAK! LO PERGI SEKARANG! PERGI!" Ify semakin brutal menggerakkan tangannya. Hingga membuat infus di tangannya lepas dan menciptakan darah di sana.
"IFY!" Terpaksa Rio harus membentak gadis ini. Dia berusaha kuat menahan kedua tangan Ify agar berhenti bergerak. Dadanya naik turun dengan deru nafasnya semakin tidak beraturan.
"Lo-" Geram Rio menatap Ify penuh ketegasan. Tapi hatinya lebih dulu melemah ketika menatap wajah Ify yang kini terlihat menahan tangis.
"Pukul gue sepuas lo. Atau lo mau bunuh gue juga nggak apa-apa. Tapi-" Rio memejamkan mata sejenak. Meredam emosinya karena kesal pada diri sendiri. Terlebih ketika melihat tangan Ify yang berdarah. Hal ini membuat kepala Rio berputar dan kembali teringat ketika melihat keadaan Ify di dalam kamarnya dengan keadaan-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...