Sivia menatap Ify penuh dengan tatapan mengintimidasi. Selama di sekolah tadi, Ify berhasil menghindarinya. Karena setiap kali jam istirahat, Rio selalu menjemput Ify dan keduanya pergi ke kantin bersama. Dan waktu pulang tadi, Ify juga pergi bersama Rio. Sehingga Sivia tidak mempunyai kesempatan untuk mengiterogasi sahabatnya.
Dan malam ini, Sivia sengaja datang ke rumah Ify untuk menanyakan lebih jelas maksud ucapan Ify tadi pagi. Mereka duduk di teras rumah dengan keadaan jalanan depan rumah Ify yang cukup gelap dan sepi.
"Lo serius?" tanya Sivia sekali lagi. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Ify ceritakan tentang Rio yang sudah-
Sivia bahkan tidak sanggup mengatakan lagi hal itu. "Fy, lo bercanda, kan? Lo nggak mungkin bertindak sejauh ini cuma karena lo cinta sama Rio, kan? Please Fy lo nggak sebego itu sampai rela nyerahin diri lo buat cowok yang bahkan perasaannya masih nggak jelas!"
Ify menghela. Dia menoleh ke arah jalan dan enggan menatap Sivia. "Kayaknya, gue emang udah terlalu bego deh, beib. Dan tragisnya, gue nikmatin semua ini."
"Fy-" Sivia menatap Ify dengan pandangan campur aduk. Sedih, kecewa, marah tapi juga Sivia merasa prihatin dengan nasib sahabatnya yang selalu kurang beruntung.
"Gue bahagia, Via." Gumam Ify pelan. Kedua matanya memerah. Hatinya sakit, tapi ada setitik kebahagiaan di sana karena sekarang Rio sudah menjadi kekasihnya. "Gue sayang sama Rio. Sayang banget." Senyumnya terukir ketika berbagai perhatian Rio sejak kemarin. Dan Ify berusaha lupa pada kenyataan bahwa hati Rio bukanlah miliknya.
"Tapi rasa sayang lo itu udah nggak waras, Fy. Terus gimana kalau sesuatu terjadi sama lo nanti?"
"Rio bilang dia bakal tanggung jawab." Sahut Ify mengerti maksud ucapan Sivia.
"Bulshit! Dan lo percaya sama yang dia bilang?" Sivia mendengus jengah.
"Percaya." Jawab Ify yakin.
Sivia memijat kepalanya pening. Tidak tahu harus berkata apa lagi pada sahabatnya ini. "Gimana sama masa depan lo?"
"Rio akan jadi masa depan gue."
"FY!" Seru Sivia berdiri. "Lo sadar nggak sih? Kalau Rio cuma manfaatin tubuh lo. Dia nggak cinta sama lo!"
Ify menatap Sivia tajam kemudian berdiri. "Gue tahu itu."
Sivia mengernyit tidak percaya. Rasanya ingin menangis dan mengguncang tubuh Ify agar segera sadar.
"Gue tahu semua itu jadi lo nggak perlu lagi jelasin ke gue." Desis Ify menahan tangis. "Rio nggak seburuk yang lo pikir. Dan gue mohon, Via. Jangan berusaha buat gue sadar tentang perasaan Rio atau gimana gue di mata dia. Karena-"
Ify mengusap air matanya yang baru saja menetes. "Gue berusaha buat lupain itu. Gue percaya dan gue yakin, suatu saat nanti, Rio bakalan cinta sama gue."
"Fy!" Pekik Sivia melihat Ify langsung masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya dengan kencang.
Di dalam, Ify menumpahkan tangisnya. Dia merasa bersalah pada Sivia yang pasti saat ini kecewa padanya. Tapi, Ify juga tidak bisa untuk berhenti mencintai Rio. Tidak bisa. Ify sudah berusaha mencoba tapi tidak bisa.
❤❤❤❤❤❤
Shilla terkejut melihat Gabriel datang dengan wajah di penuhi luka. Menandakan jika kekasihnya ini baru saja berkelahi. Dengan siapa Shilla tidak tahu karena Gabriel tidak pernah mau bercerita tentang kegiatan liarnya di luar.
"Awh sakit, yang. Pelan-pelan dong."
Shilla menatap Gabriel kesal lalu menekan lebih kuat lagi luka di wajah Gabriel. Tepatnya di bawah mata cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...