Alvin tidak tahu kenapa dan apa salahnya. Tapi yang pasti dia salah karena sejak tadi Ify mendiaminya bahkan gadis itu terlihat marah sekali padanya. Setiap kali ia ajak bicara, hanya ekspresi datar yang ia dapat. Dan itu sungguh membuat Alvin bingung sendiri.
"Fy!" Serunya karena saat mesin mobil sudah ia matikan, Ify bergegas keluar. Tanpa menunggunya, tidak seperti biasa. Alvin menghela pasrah kemudian keluar sambil memikirkan apa saja yang sudah ia lakukan sejak mereka berpisah kemarin sore. Hingga ketika pintu mobil berhasil ia tutup, satu hal terlintas dalam benaknya. Jangan-jangan Ify-
"Shit!" umpatnya kemudian berlari mengejar kekasihnya. Alvin terus berlari sampai akhirnya dia melihat punggung mungil Ify. Gadis itu berhenti di tengah koridor sekolah dengan beberapa anak menatanya penuh kebencian. Ada apa?
Dengan segera Alvin melangkah lebih lebar menghampiri Ify. "Kenapa?" tanyanya cemas.
Ify menggeleng bingung. Pertanda dia juga tidak mengerti apa yang tengah terjadi. Alvin mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Mengamati semua anak yang kini memegang ponselnya sambil menatap Ify penuh penghakiman.
"Gue nggak nyangka seorang Ify ternyata pemain yang handal."
"Maksud lo apa?" Marah Alvin menarik kerah Fikri yang kini berdiri di hadapan Ify.
"Weis santai, boss." Kekeh Fikri seraya menepuk pelan tangan Alvin di lehernya.
"Gue cuma ngomong sesuai dengan bukti yang ada." Ucapnya setelah Alvin melepas kerahnya. Dia tersenyum miring menikmati kemarahan yang tercetak jelas di wajah Alvin. Kemudian menyerahkan ponselnya yang sudah menunjukkan sebuah foto.
"Kenapa?" Tanya Ify ketika Alvin menoleh padanya dengan tatapan terkejut.
"Apaan sih?" Ify semakin penasaran lalu merebut ponsel Fikri dari tangan Alvin.
"Bukan apa-apa. Kerjaan orang nggak jelas!" Dengan cepat Alvin menyerahkan lagi ponsel yang ia pegang pada pemiliknya.
"Pergi lo!" Desis Alvin tajam seraya mendorong bahu Fikri.
"Oke, boss!" Fikri tertawa kemudian memutar tubuhnya untuk lanjut berjalan. Menjauh dari hadapan Ify dan Alvin.
"Jadi gitu, sekarang lo main rahasia-rahasiaan sama gue?"
Alvin menoleh kaget mendengat nada bicara yang tampak marah. "Nggak gitu, Fy. Nggak penting juga lo tah-"
"Oke gue bisa cari tahu sendiri."
"Fy!"
Seruan Alvin sama sekali tidak Ify pedulikan. Dia melangkah ke arah salah satu siswa yang menatapnya sejak tadi. Kemudian dengan paksa merebut ponsel siswa itu. Namun, belum sempat Ify melihat, ponsel di tangannya tiba-tiba melayang hingga jatuh di lantai dengan bantingan yang cukup keras.
PRAK!
Semua terkesiap kaget. Termasuk pemilik ponsel itu yang langsung memekik dan hampir menangis memungut ponselnya yang sudah hancur. Membuat Ify merasa sangat bersalah. Dia lantas menatap tajam pada pelaku.
"Lo-"
"Kalau nggak mau hp kalian bernasib sama, lo semua hapus foto yang kalian lihat. SEKARANG!" Bentaknya mengabaikan tatapan Ify. Dia lantas menatap Deva dengan wajah penuh ketegasan.
"Periksa, Dev!" Titahnya yang langsung di angguki oleh Deva dan teman-temannya.
Setelahnya tanpa peduli dengan tatapan amarah Ify, dia melangkah lebar menuju kelas seseorang. Orang yang pasti menjadi pelaku dari peristiwa ini. Mungkin, kemarin-kemarin Rio masih terlalu lunak pada orang itu. Tapi sekarang, tidak akan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...