59. Perfect

515 62 109
                                    

Rio memejamkan matanya menahan diri untuk tetap tenang. Tenang dalam keadaan hatinya yang kini gelisah. Terlebih ketika melihat Ify baru saja keluar tanpa sedikitpun melihat ke arahnya.

"Shilla." Gumam Rio pelan seraya meraih kedua tangan Shilla dari perutnya. Ia longgarkan agar bisa terlepas dari pelukan gadis ini.

"Sorry," ucapnya penuh sesal. Rio  Menundukkan wajahnya untuk membalas tatapan Shilla yang kini mendongak.

"Sorry, Shill. Gue. Nggak bisa." Kata Rio lagi sedikit menekankan kalimatnya.

"Kamu jahat, Rio." Shilla melirih pelan. Menghentikan langkah Rio yang ingin berlari dari hadapannya.

Rio memejamkan matanya lagi. Kedua tangannya terkepal kuat. Sungguh! Rio merasa kepalanya ingin meledak sekarang. Seluruh tubuhnya berbicara menyuruh Rio untuk segera berlari mengejar Ify. Tapi di sisi lain, Rio juga tidak setega itu membiarkan Shilla menangis tanpa mendengar penjelasan darinya.

"Nggak apa-apa kalau dengan anggap gue jahat bisa buat perasaan lo lebih baik dari ini. Karena gue bener-bener nggak bisa ada buat lo lagi."

Shilla menggigit bibir bawahnya. Kemudian mengangguk dan bergerak mundur. "Kamu beneran udah nggak peduli sama aku?" tanyanya penuh harap. Berharap jika sebenarnya Rio masih bisa selalu ada untuknya. Setiap waktu selalu ada untuk Shilla, seperti dulu.

"Semua udah beda, Shill. Gue udah terlalu jauh lari dari hadapan lo. Dan gue terlalu jauh nyusul Ify hingga detik ini. Gue nggak bisa balik ke tempat di mana gue bisa lihat lo lagi. Maaf."

"Gimana kalau aku yang nyusul kamu. Ak-"

Rio menggeleng tegas. "No! Please! Tetap di tempat lo sekarang. Atau lo akan jatuh dan lebih terluka lagi nanti."

Shilla menggeleng kuat menahan isakan. Jawaban Rio membuat perasaan semakin tak terarah. "Rio, kamu kenapa berubah banget sekarang?"

"Maaf, Shilla." Sahut Rio menunduk sedih. Jujur, hati Rio tidak goyah tentang perasaannya pada Ify. Tapi bukan berarti rasa kepeduliannya lantas mati.

"Ify butuh gue." Rio menggeleng pelan. "Nggak. Gue yang butuh dia," ralatnya.

"Aku cuma mau kamu kayak dulu, Rio. Sebagai sahabat, nggak lebih. Apa itu juga nggak bisa? Apa cuma Ify aja yang bisa terluka di sini?"

"Gue udah terlalu sering buat Ify kecewa, Shill. Gue nggak mau lakuin itu lagi. Dia nggak sekuat yang lo lihat. Dan gue bener-bener nggak bisa ninggalin dia."

Shilla menatap Rio serius. "Banyak yang bilang, Ify sempat hamil anak Alvin terus dia bunuh diri biar kandungannya nggak selamat. Kamu tahu itu?"

Pandangan Rio seketika menajam. "Shilla, lo nggak tahu apa-apa soal itu. Dan gue harap lo nggak kemakan sama omongan anak-anak," katanya tegas. Membuat Shilla langsung terhenyak karena baru pertama kali Rio bicara sekeras ini padanya. Ada perasaan kesal dan juga marah dalam diri Shilla yang sulit untuk ia curahkan. Semua luka yang ia pendam sendiri menyerang hingga membuatnya tak bisa berpikir jernih.

Shilla hanya butuh waktu Rio. Bukan merebut Rio dari Ify. Kenapa hal itu terasa sulit untuk ia dapat?

"Kalau ternyata omongan mereka bener, gimana? Kalau nanti terjadi sesuatu sama kamu juga kayak Al-"

"SHILLA!" Reflek Rio membentak. Kedua matanya terlihat memerah  menahan emosi. Sedangkan Shilla langsung diam. Dia kaget dan tidak percaya jika Rio baru saja membentaknya.

Pandangan Rio menyendu. Menyadari kesalahannya yang seharusnya tidak perlu emosi. Karena bagaimanapun juga, perasaan Shilla juga sedang tidak baik-baik saja.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang