5. Not Her

449 56 83
                                    

Rio berusaha membuka matanya. Kepalanya mulai terasa pusing dan luar biasa berat. Rio berusaha mengingat apa yang terjadi semalam karena seingat Rio dia pergi ke club bersama Cakka dan Alvin. Dia minum banyak hingga mabuk, lalu meminta pada dua temannya itu untuk di antar ke rumah Ify. Ify?

Dengan cepat Rio bangkit dari tidurnya. Menahan rasa pusing yang kini menghantam kuat kepalanya. Rio duduk sambil memejamkan mata. Berusaha meredam rasa peningnya.

"Morning."

Suara itu membuat Rio langsung membuka matanya. Dan dia melihat Ify baru saja selesai mandi. Rambutnya di gelung dengan handuk dan masih mengenakan kimono berwarna pastel yang melekat di tubuhnya. Rio tersenyum melihat pemandangan ini. Entah kenapa perasaannya menjadi bahagia dan ingin seterusnya bisa melihat pemandangan ini setiap pagi.

CUP

Ify mencium singkat bibirnya. Membuat Rio tersenyum saat mendapati wajah Ify yang tampak segar tepat di depan matanya.

"Mikir apa? Mandi gih!" Ify yang semula membungkuk lantas berdiri untuk segera memakai baju. Tapi tiba-tiba Rio menarik tangannya hingga kini jatuh di pangkuan Rio.

"Lo tahu nggak kalau pagi itu waktu yang cukup rentan buat-"

"Tahu, sayang." Sela Ify tersenyum. Kemudian mengalungkan kedua tangannya di atas bahu Rio. Dan Rio langsung menyambut bibir Ify kemudian di ciumnya dengan lembut.

"Udah cukup. Sekarang lo mandi." Ify menarik diri lebih dulu. Melepas ciumannya di saat Rio yang masih ingin melahap bibirnya. Dia lantas bangkit dari pangkuan Rio.

"Fy-" Rio menahan pinggang Ify agar tetap duduk. Kedua matanya menatap lekat wajah Ify. Dengan seksama Rio memperhatikan wajah Ify dari mata, hidung hingga bibir. Dan pandangan mata Rio jatuh pada kedua mata Ify. Kedua mata yang tampak sembab dalam tatapan Rio saat ini.

"Lo nangis semalem? Gue kasar, ya?" Tanya Rio sadar akan dirinya yang saat ini tidak memakai apa-apa. Pasti semalam dia memaksa Ify untuk memuaskan nafsunya.

Ify tersenyum seraya mengusap kepala Rio. Lalu menggeleng pelan. "Nggak. Lo sama sekali nggak kasar. Cuma-" Wajah Ify mulai terlihat mendung. Dan Rio, bisa menangkap hal itu.

"Cuma apa?"

Ify tidak sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya. Karena itu pasti akan membuat Rio teringat pada Shilla lagi. Dan Ify tidak mau merusak kebersamaannya dengan Rio pagi ini.

"Cuma apa?" Tanya Rio lagi mengusap punggung Ify yang kini memeluknya.

"Gue bahagia bisa miliki lo sekarang." Gumam Ify yang nyari seperti bisikan. "Gue emang nangis. Tapi, bukan karena sedih atau lo nyakitin gue kok."

"Fy."

"Hehem." Ify menegakkan kepala dan dagunya ia sandarkan di bahu Rio.

"Lo masih sabar, kan?"

Ify tersenyum. "Masih, Rio. And always."

Rio tersenyum juga lalu mendorong kedua bahu Ify. Dan membuatnya bisa menatap wajah kekasih yang masih belum bisa dia cintai.

"Udah jam setengah tujuh, Rio. Dan lo juga pasti pulang dulu kan buat ambil baju. Sana mandi." Ify lantas berdiri untuk memberi jalan agar segera turun dari tempat tidur dan bergegas mandi.

"Sayangku, kenapa lagi?" Gemas Ify karena masih berusaha menahan pinggangnya agar tetap duduk.

Rio tersenyum kecil sambil tetap menatap Ify. "Lo bilang gue boleh ngomong apapun kan ke lo?"

Ify mengangguk tanpa ragu. Tapi wajahnya tampak bingung. Tidak menangkap maksud Rio ingin mengatakan apa setelahya.

"Gue cuma mau bilang-" Rio menatap kepala Ify yang masih tertutup. Lalu di raihnya handuk itu hingga membuat rambut Ify yang basah langsung berjatuhan.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang