47. Please!

447 55 140
                                    

Pulang sekolah, Ify meminta pada Alvin untuk di belikan mekdi. Tapi kali ini dia mau makan di tempat bukan take a way seperti biasanya. Karena katanya, Ify masih ingin menikmati udara luar. Dan bagaimana sikap Alvin selama ini, pasti selalu mengabulkan keinginan Ify.

"Lo tahu apa keinginan terbesar gue, Fy?"

"Apa?" sahut Ify menatap Alvin seraya menggigit burgernya.

"Lihat lo bahagia."

"Ih Alvin so sweet."  Seru Ify tersenyum manis. Tapi tak lama wajahnya berubah jadi sinis. "Alay lo!" cibirnya.

Alvin terkekeh pelan. "Gue serius. Tahu nggak kenapa gue tiba-tiba bilang gitu?"

"Nggak tahu. Kan lo belum bilang." Tanggap Ify seraya memakan kentang gorengnya dengan lahap.

"Gue nggak mau kehadiran gue nantinya jadi beban buat lo." Kata Alvin seraya mengusap sudut bibir Ify dengan ibu jarinya. Ada sedikti saos tertempel di sana. Karena itu bukan hal baru bagi Ify, dia terlihat biasa saja menerima sentuhan Alvin di bibirnya.

"Maksudnya?" tanya Ify dengan mulut penuh karena baru saja ia menggigit burgernya.

"Kalau ke depannya nanti lo ragu sama keputusan ini, lo boleh lakuin apapun yang lo mau. Apapun yang bisa buat lo nyaman dan nggak tertekan lagi."

Ify mendengus sambil terus mengunyah dengan pelan. "Lo nggak yakin ya sama gue? Atau sebenernya emang ada cewek yang lo suka?"

Alvin mendelik kaget. Lalu terkekeh dan menatap Ify dengan senyum gelinya. "Kenapa malah ke situ coba mikirnya."

"Ya kan siapa tahu aja." Sahut Ify bete.

"Nggaklah. Lagian kalau gue suka sama seseorang nggak mungkin kemarin gue nawarin diri."

Ify mengedikkan bahunya acuh. "Ya, siapa tahu aja lo cuma kasihan sama gue."

Alvin menggeleng takjub. "Cewek tuh paling pinter kalau nethink, ya?"

"Emang iya. Kenapa? Masalah? Pusing ngadepin cewek kayak gue?" sembur Ify galak.

"Nggak sayang."

"Idih sayang-sayang." Ledek Ify tertawa kecil.

Alvin tersenyum tipis seraya mengusap tengkuknya. "Kenapa? Aneh, ya?" wajahnya tampak malu dan salah tingkah.

Ify tergelak, "Nggak sayang. Nggak aneh kok." Godanya masih tertawa.

"Lucu lo anjir! Gue ngerasa geli geli aneh masa. Mau bilang lo pacar gue tapi rasanya lo kayak masih jadi sahabat gue. Oh My God!" Tambah Ify berusaha menghentikan tawanya.

Alvin diam memperhatikan Ify dengan perasaan yang jauh lebih tenang. "Udah lama gue nggak lihat lo ketawa."

"Iya, ya? Dari kemarin gue ngedrama mulu keknya." Sahut Ify tersenyum tipis.

"Kalau lo yakin, minggu besok kita ketemu orang tua gue." Kalimat Alvin yang terdengar pelan ini cukup membuat Ify tersentak kaget.

"Vin-"

Alvin yang baru saja menyedot coca-colanya langsung menatap Ify. "Kenapa? Kalau lo ragu-"

"Bukan gitu." Sela Ify cepat. Terlihat sekali dia sedang gelisah.

"Terus?" Alvin meletakkan lagi minumannya di atas meja.

"Kita bilang apa nanti ke nyokap bokap lo? Masa bilang langsung gitu lo mau nikahin gue?"

"Emang iya, kan?" tanggap Alvin seadanya.

BAK

Tanpa beban Ify memukul bahu Alvin. Meski panas tapi Alvin sama sekali tidak protes.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang