25. Done

470 55 95
                                    

Selesai istirahat pertama, Ify memutuskan untuk pergi ke UKS. Dia benar-benar sudah sangat mengantuk sekali. Dan semakin pusing jika ia tahan. Ify keluar kelas sendiri setelah tadi ijin pada Bu Yuni, guru Bahasa Indonesia yang kebetulan mengajar di jam ini. Untungnya Ify langsung mendapat ijin karena wajahnya yang memang terlihat pucat.

Ify menolak di antar oleh Sivia. Dan kini dia berjalan sendiri menyusuri koridor lantai tiga. Ify sempat melirik ke arah kelas Rio yang ternyata pintunya tengah di tutup. Membuat Ify tanpa sadar menarik nafas panjang. Terasa cukup berat karena dalam situasi seperti ini dia masih saja merindukan Rio.

Ify fokus pada langkahnya yang kini mulai menuruni anak tangga. Ketika sudah sampi di lantai paling bawah, Ify tersenyum kecil melihat Deva. Cowok itu belum sadar akan keberadaan Ify. Dia terlihat santai melangkahkan kakinya. Ify yakin jika Deva baru saja dari kantin. Dan dia pasti terlambat masuk kelas saat ini.

"Ah sial!"

Ify terkekeh mendengar umpatan itu. Tapi dia membiarkan saja Deva berbalik arah dan kabur darinya. Iya, Deva ternyata masih malu menunjukkan diri di depan Ify.

"OPER WOY!" teriakan itu membuat Ify menoleh ke arah lapangan indoor basket sekolah. Ify mengembangkan senyumnya saat melihat Alvin duduk bersama teman-temannya di sana. Sepertinya pelajaran olahraga di kelas adalah tentang basket.

"Alvin!" Seru Ify membuat semua teman kelas Alvin bahkan Pak Arif selaku guru olahraga menatapnya.

"HAI IFY!" Koor semua anak cowok yang membuat Ify terkekeh.

Awalnya mereka tampak kaget dan tertawa karena godaan mereka di sambut baik. Tapi, perlahan wajah mereka semua membulat tak percaya seraya menatap ke arah atas Ify.

"FY!" Teriak Alvin  berlari dengan cepat dan langsung menarik Ify dalam pelukannya. Di saat Alvin memutar tubuhnya menjauh dari tempat Ify berdiri tadi. Sebuah batu besar mendarat di sana. Menciptakan retakan yang cukup dalam di lantai semen. Lantai yang semula menjadi pijakan kedua kaki Ify.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Alvin panik setelah melepas pelukannya. Ify yang masih sangat terkejut hanya menatap Alvin tanpa tahu harus mengatakan apalagi. Tubuhnya gemetar dan juga panas dingin. Membayangkan jika batu itu mengenai kepalanya pasti dia sudah meninggal sekarang.

"Ulah siapa ini?" Tanya Pak Arif berjalan mendekat. Menatap batu  dibawahnya kemudian ke atas. Tepat pada lantai paling atas di gedung sekolah ini. Semua teman satu kelas Alvin melakukan hal yang sama. Dengan perasaan cemas dan juga takut.

"Itu ada orang Pak!" seruan itu membuat Deva yang masih memperhatikan Ify dari jauh langsung berlari menaiki anak tangga. Dia tadi memang kalah cepat di banding Alvin. Tapi, dia bersyukur Ify bisa selamat.

"Pak saya minta ijin bawa Ify ke UKS."

Pak Arif mengangguk. "Oke. Silahkan!" Katanya. Lalu meminta semua siswa laki-laki untuk mengikutinya ke lantai atas menyusul Deva.

"Lo beneran nggak apa-apa?" tanya Alvin cemas. Dia langsung mengangkat Ify dalam gendongannya. Kemudian berlari menuju UKS. Alvin semakin panik karena Ify hanya diam saja sejak tadi.

"Vin-" lirih Ify menahan tangan Alvin agar tidak kemana-mana. Alvin sudah membaringkan dirinya di atas brankar.

"Iya. Gue nggak kemana-mana kok." Kata Alvin menenangkan lalu menarik selimut hingga menutupi kaki Ify.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang