Bell istirahat baru saja berbunyi. Begitu guru yang mengajar sudah jauh lebih dulu keluar, Sivia langsung berdiri dari bangkunya. Kemudian keluar kelas begitu saja tanpa mengeluarkan suara. Hal tak jauh beda juga di lakukan Ify yang kini hanya diam. Ify diam tertegun menatap punggung Sivia yang perlahan menjauh. Sejak ia masuk kemarin hingga sekarang, Sivia tidak mengajaknya bicara sama sekali bahkan enggan melihat ke arahnya.
Ify pun melakukan hal yang sama. Dia ikut diam karena tidak tahu harus bagaimana menghadapi sahabatnya. Ify memang tidak tahu kenapa sikap Sivia menjadi seperti ini. Terasa jauh dan sangat asing. Terasa seperti tidak pernah mengenal satu sama lain.
Tapi, Ify sendiripun masih belum bisa bersikap seperti bagaimana dulu. Ify tidak bisa berusaha terlihat biasa saja padahal hatinya masih jauh dari kata tenang. Kepergian Alvin masih sangat memberikan luka tak kasat mata pada Ify. Meski ada Rio yang selalu berusaha menghiburnya, sebagian dari hati Ify masih tetap merasa hampa.
"Kasihan banget sih sekarang jadi nggak punya temen." Nisa salah satu teman kelas Ify tiba-tiba menghadang Ify tepat di depan pintu kelas. Hampir semua teman satu kelasnya sudah tidak ada yang ada di dalam. Dan kini, hanya menyisakan dirinya beserta empat cewek di depannya.
Nisa tidak sendiri tapi bersama dengan tiga temannya. Sebut saja namanya Aya, Leny, dan Yara. Mereka berempat memang tidak pernah dengan Ify dari dulu. Tapi, hanya berani membicarakan Ify dari belakang saja. Alasan utamanya, cowok yang mereka suka, sukanya sama Ify. Aya dan Leny suka Deva, Nisa suka Rio sedangkan Yara suka pada Alvin yang telah tiada.
"Sivia aja udah nggak mau tuh temenan sama lo." Tambah Aya sengit sambil tersenyum mengejek. Memperhatikan penampilan Ify yang memang tidak pernah terlihat biasa saja. Karena itulah banyak sekali cewek di sekolah ini yang tidak suka pada Ify. Selain cantik, semua barang yang Ify pakai pasti terlihat berkelas. Ify bahkan tidak perlu melakukan usaha lebih untuk menarik perhatian hampir semua cowok di sekolah ini.
"Sivia mungkin baru sadar kebusukan Ify yang selama ini nggak di tunjukin." Leny tak mau kalah. Berkat foto dan video yang tersebar kala itu, mereka yang awalnya hanya baik di depan Ify, kini menunjukkan wajah aslinya.
"Busuk? Ugh bau banget dong?" Seru Yara seraya mengibaskan tangan di depan hidungnya.
"IEUH!" keempatnya pun kompak berseru sambil menatap Ify dengan pandangan penuh hinaan.
"Mending kita jangan deket-deket dia, deh. Takutnya entar kena sial. Kalian juga denger kan kalau Alvin meninggal tuh gara-gara dia." Yara pura-pura berbisik seolah Ify tidak ada di depannya.
"Ih iya, kemarin juga dia kan rusuh di kantin. Bahkan sampe buat adiknya luka." Leny tersenyum sinis melirik Ify yang tampak tidak terpengaruh sama sekali dengan ucapannya.
"Adik tiri kali." Kekeh Aya membenarkan. Lantas mereka berempat pun tertawa puas. Entah apa yang mereka tertawakan. Padahal Ify merasa apa yang mereka bicarakan sama sekali tidak ada yang lucu.
"Oh iya bener adik tiri. Duh kalau di pikir-pikir. Hidup lo ternyata berantakan juga, ya? Nyokap lo meninggal. Bokap lo nikah lagi. Tapi di sekolah masih aja banyak gaya. Berasa jadi ratu banget lo." Nisa menatap Ify menantang. Jujur, Nisa dari awal memang sangat tidak suka pada Ify. Terlebih setelah Rio memblokir nomornya. Dan menurut kabar yang beredar itu semua karena Ify. Membuat Nisa menjadi jauh dari Rio dan susah mendekati cowok itu.
"Oh jelas! Emang nyatanya gue ratu di sekolah ini." Senyum Ify mengembang manis. Tapi tidak dengan kedua matanya yang terasa dingin dan menusuk.
"Apalagi sekarang Rio cowok yang hampir di sukai sama semua cewek di sekolah ini, tergila-gila sama gue. Bisa apa lo sekarang?" Tanggap Ify menantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu (New Version)
RomanceKamu adalah hal yang aku mau Tapi aku adalah hal yang tak ingin kau tahu Kamu adalah tempat yang selalu ingin ku tuju Tapi aku adalah angin lalu bagimu Hey! Sedikit saja Sedikit saja lihatlah aku Aku di sini berdiri tepat di belakangmu Aku tidak kem...