55. Fall For You

535 56 108
                                    

18+

"BODOH!" bentaknya keras.

"Aku hanya menyuruhmu untuk mencelakai Alvin! Bukan membunuhnya!" masih dengan bentakan dia menatap tajam kedua anak buahnya yang tidak becus bekerja.

"Dan yang harus kamu bunuh itu, Mario. Karena dia jauh lebih berbahaya." Lanjutnya masih di liputi amarah.

"Ma-maaf tuan. Kemarin kita salah sasaran. Karena hanya mengikuti target dari belakang saat keluar dari ruangan Non Ify. Niat awal kita sebenarnya ingin membunuh Mario dulu." Ucap salah satu anak buahnya. Dia berdiri sambil terus menunduk di depan meja orang yang ia sebut tuan itu.

"Oke kali ini Saya akan maklumi kesalahan kalian. Tapi ingat? Kesalahan itu untuk di perbaiki bukan di ulangi." Peringatnya penuh ketegasan.

"Sekarang kalian tetap awasi Mario dari jauh. Dan kalian perhatikan baik-baik bagaimana wajahnya-" Dia meletakkan selembar foto Rio di atas meja.

"Jangan sampai kalian lupa dan salah sasaran lagi."

"Baik Tuan!" Dengan sigap kedua anak buah itu mengangguk lalu mengambil selembar foto tadi yang ada di atas meja. Lalu keduanya saling berpandangan aneh. Karena foto yang mereka lihat saat ini sangat berbeda dengan foto yang di beri oleh wanita simpanan boss-nya.

"Pergi!" usirnya seraya mengibaskan tangan. Tak lama kedua anak buahnya itupun bergegas keluar dari ruang kerjanya.

"Mario Chandra." Gumamnya tersenyum lalu menyeringai tajam. "Kamu nggak akan pernah bisa menang melawan saya anak muda." Dia terdiam, senyum dan seringaiannya lenyap berganti dengan tatapannya menajam. Tajam menatap ke arah kaca jendela kaca hitam yang kini memantulkan sosok dirinya di dalam sana.

"Anak kecil sepertimu harus di beri pelajaran karena telah berani mengancamku." Pandangan matanya semakin menggelap.

"Aditya. Kamu udah mulai berani melawanku ternyata." Dia terkekeh sinis. "Tapi, ini cukup menarik." Berganti dengans senyum simpul penuh kepuasan.

"Honey!"

Seruan bernada merajuk manja itu membuatnya menoleh ke arah pintu ruangannya. Tampak seorang gadis remaja yang selama ini sudah menjadi kekasih gelapnya. Terlebih sejak hari dimana dia berhasil merasakan tubuh gadis itu, membuatnya semakin tidak ingin lepas. Meski tahu jika gadis itu ternyata bukan pertama melakukan dengan dirinya. Tapi itu bukan masalah besar, toh mereka hanya pasangan gelap.

"Honey aku udah bilang, kan? Soal Ri-Akh!"

"Merindukanku, hm?" Bisiknya setelah berhasil menarik gadis itu hingga terduduk di pangkuannya. Kedua tangannya pun tak tinggal diam. Bergerak lembut namun juga penuh tekanan masuk ke dalam kemeja seragam yang kancingnya sudah ia buka.

"Aah honey eemh tung-ah." Gadis itu kehilangan kendali. Wajahnya tampak sayu merasakan tubuhnya mulai bergairah. Setiap sentuhan yang ia terima kini benar-benar membuatnya terbang. Terlebih ketika satu jari besar itu mulai bergerak masuk di inti tubuhnya. Gadis ini semakin tak bisa menolak. Dia bahkan lupa pada tujuan awal menemui laki-laki yang bisa di katakan seusia dengan Ayahnya ini.

"Kamu cuma milik saya, Niken. Dan saya nggak suka denger kamu menyebut nama anak itu." Dia berbisik pelan. Tapi jari tangannya tidak berhenti dan justru bergerak semakin cepat.

"Mengerti, sayang?" lanjutnya. Sedang Niken yang tengah berada di ambang kenikmatan hanya bisa menggigit bibir bawahnya menahan diri agar tidak terlalu lepas mengeluarkan desahan.

"Emh yaahh emmh iyaaah aah honey please!"

Dia menyeringai, "Please, what?" tannyanya sengaja menggoda. Dia memelankan gerakan jarinya hingga membuat Niken mengerang kesal.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang