38. Not Willing

409 60 160
                                    

Ramein ya?

Awas gak! Wwkwk

❤❤❤❤❤❤

"Hati-hati."

Ify terkejut bukan main saat mendengar suara itu di belakangnya. Pemilik suara yang kini menarik lengan Ify karena tersandung oleh kakinya sendiri dan hampir jatuh. Tapi, meski Ify merasa dirinya selamat dan tidak jadi menyentuh aspal, lain hal dengan jantungnya yang hampir saja meloncat keluar. Ify benar-benar kaget setengah mati mengetahui jika ada Rio yang mungkin sejak tadi sudah di belakangnya.

"Hobi banget jatuh."

Itu juga yang sekarang jadi pertanyaan Ify. Kenapa dia sering kali jatuh di hadapan Rio? Kenapa?

Alam seolah bekerja sama dengan hatinya. Dan itu terasa sangat menyebalkan. Ah, atau alam sedang mengingatkan dirinya yang memang selalu jatuh pada pesona Rio? Tidak? kan? Jangan dong!

"Lo juga hobi banget muncul tiba-tiba." Sungut Ify bergerak menjauh saat Rio melepas lengannya. Dia melangkah lebih dulu kemudian di ikuti oleh Rio.

Ify berulang kali memejamkan matanya. Mengusahakan dirinya agar tidak menoleh ke belakang. Membuang jauh-jauh rasa keponya tentang Rio yang berjalan di belakangnya. Membuang jauh-jauh juga perasaannya yang entah kenapa menjadi kacau lagi seperti ini. Tidak! Sebenarnya Ify tidak merasakan sakit lagi.

Hanya saja, canggung itu lebih mendominasinya sekarang. Sekaligus kesal pada Rio kenapa tidak jalan lebih dulu saja? Kalau begini ceritanya, Ify merasa di awasi Rio dari belakang.

Ify mendengus pelan. Berusaha fokus berjalan agar tidak tersandung lagi. Berusaha jika saat ini, dia sedang berjalan sendiri. Menikmati jalan yang cukup sepi dengan pemandangan alam di tepi kanan dan kirinya. Meski sekarang siang, tapi tidak terlalu panas karena dinginnya udara di tempat ini.

Udaranya terasa sejuk dan juga segar. Di samping kanan Ify terdapat jurang yang di bawah sana masih terlihat banyak rumah penduduk. Lalu di samping kiri Ify terdapat tebing yang lumayan tinggi. Hal yang membahayakan di tempat ini adalah longsor. Tapi, semoga saja hal itu tidak pernah terjadi.

"AHH!" Pekik Ify hampir berteriak sambil menghentikan langkahnya lalu berjalan mundur.

"Kenapa?" tanya Rio bingung plus panik melihat Ify yang tampak ketakutan.

"I-itu ada uler!" cicit Ify mencengkeram lengan jaket Rio dan menyembunyikan wajahnya di sana.

"Mana?" Rio menundukkan kepalanya sambil mencari ular yang di maksud oleh itu.

"Itu di situ tadi di rumput! Ih Rio gue takuut geli lihatnya." Ify merajuk seraya menghentakkan kedua kakinya. Tangannya semakin mencengekeram kuat lengan Rio. Ify begidik hebat dan rasanya ular yang dia lihat tadi merambat di tubuhnya.

"Mana, Fy. Nggak ada."

"Ada Rio. Di situ!" sahut Ify masih menahan rasa takut dan gelinya.

"Mana, sih. Nggak lihat gue." Rio mencoba untuk berjalan lebih ke tepi.

"Rio ih jangan deket-deket lihatnya!" Seru Ify panik sambil menahan lengan Rio agar tidak bergerak.

"Ya gimana gue bisa lihat kalau nggak gerak coba." Kekeh Rio. Gemas dengan tingkah Ify yang ternyata lucu jika sedang ketakutan seperti ini.

"Masa nggak ada, sih?" Ify mulai melongokkan kepalanya dari balik lengan Rio. Lalu melihat ke arah di mana tadi dia melihat seekora ular kecil di melingkar di atas rumput. Dan kedua mata Ify membulat ketika melihat ular itu masih di sana.

"RIO! Itu ularnya! Ih nggak mau lihat lagi. Rioo!" Ify memekik lagi sambil meloncat ke belakang Rio. Dia semakin memegang lengan Rio dengan kuat yang tadi belum ia lepaskan.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang