60. Don't Be Afraid

608 66 153
                                    

Rio menatap Ify dari atas hingga bawah. Gadis itu baru saja keluar kamar dengan penampilan yang selalu terlihat cantik di matanya. Ify hanya mengenakan dress pendek berwarna peach salem. Tidak ada make up tebal yang menghiasi wajah cantiknya. Rio menebak jika Ify hanya mengenakan liptin di bibirnya. Di padukan dengan blush on yang membuat gadis itu semakin terlihat manis.

"Aneh, ya?" tanya Ify mengernyit malu karena Rio tampak serius sekali memandangnya.

"Nggak." Rio menggeleng dengan senyum. "Cantik," lanjutnya masih tersenyum. Membuat blush on di pipi Ify semakin merona. Asli! Rasanya Ify ingin masuk ke dalam kamar lagi. Dia tidak tahan dengan tatapan Rio yang seolah tak ingin membiarkannya bergerak bebas.

"Mau sampai kapan kamu lihat aku terus." Protes Ify memberanikan diri membalas tatapan Rio. Untuk mengurangi rasa malunya, Ify mencebik kesal. Agar bibirnya yang sejak Rio mengatakan cantik tadi, tidak mengembang begitu saja.

"Aku jadi males bawa kamu ke rumah. Takut Papa malah jadi suka sama kamu."

Ify mendelik tak percaya sekaligus kaget. Dan itu memancing tawa kecil Rio karena gemas melihat ekspresi Ify. "Pantes aja kamu gitu." Cibir Ify mendorong bahu Rio agar tidak menghalangi langkahnya.

"Gitu gimana?" Rio langsung meraih lengan Ify hingga kini mereka saling menatap.

"Suka ramah sama semua cewek."

Rio tersenyum kecil seraya menarik tangan Ify agar lebih dekat. "Cemburu?" bisiknya tepat di depan wajah Ify.

"Biasa aja." Jawab Ify tanpa ragu.

Rio menarik Ify lagi hingga ujung hidung mancung mereka bersentuhan. "Masa?" tanyanya.

"Aku nggak cemburu. Cuma kecewa aja kalau kamu lebih peduli sama mereka-"

Rio langsung memotong ucapan Ify dengan menarik lengan gadis itu lagi. Menarik tubuh Ify hingga menempel padanya. Dan di saat yang sama, kedua tangan Rio bergerak melingkari tubuh mungil Ify hingga kini berada dalam dekapannya. Sejenak, keduanya diam. Rio menikmati harum rambut Ify yang kini menerpa hidungnya. Sementara Ify menikmati rasa nyaman bersandar di dada bidang Rio.

"Itu dulu. Sekarang udah nggak. Karena di banding mereka, aku lebih peduli sama kamu. Ah bukan-" Rio menggeleng karena merasa kalimatnya kurang tepat.

"Tapi aku cuma peduli sama kamu."

"Hmm." Sahut Ify malas.

Rio terkekeh pelan. "Nggak percaya?"

"Iya."

"Nggak apa-apa. Nanti juga percaya."

Ify menghela pelan. Dia diam saja ketika merasakan Rio semakin mengeratkan pelukannya. "Rio."

"Iya, sayang."

Reflek senyum Ify mengembang di balik dada Rio yang berbalut kemeja dengan wangi khas pemuda itu. Membuat semua cewek pasti betah berlama-lama di sana. Ah membayangkan jika Rio pernah memeluk cewek lain, hati Ify tiba-tiba saja terasa seperti di cubit. Tapi, Ify harus membuang semua pikiran burukanya yang sangat tidak baik itu. Rio sudah berusaha untuknya. Dan Ify juga harus melakukan hal yang sama. Agar kesalahan mereka kemarin, tidak terulang lagi.

"Kok diem, tadi mau ngomong apa?" tanya Rio karena Ify tak kunjung bersuara.

"Kita beneran mau ketemu orang tua kamu?"

"Iya. Kamu takut?"

"Dikit." Jawab Ify mencicit pelan.

Rio tersenyum kecil kemudian mendorong bahu Ify dan meremasnya lembut. "Ada aku. Nggak usah takut." Sambil menatap wajah Ify yang kini mendongak padanya.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang