Beberapa hari pun telah berganti. Dan kini hari yang di tunggu-tunggu oleh Quinza, yaitu hari dimana ia akan membongkar segala hal tentang Frisca di depan umum.
Sebentar lagi, keinginan dari Quinza sebagian akan terpenuhi juga, yaitu untuk membuat semua orang tau tentang Frisca yang sebenarnya, dan mengubah pandangan mereka semua tentang dirinya.
Jika di tanya, sebenarnya Quinza tidak terlalu berminat hadir ke sekolah hari ini. Tapi karna mengingat bahwa mereka akan membuat Frisca malu di sekolah hari ini, Quinza dan kedua sahabatnya pun menjadi bersemangat.
Mereka tidak jahat, namun entah mengapa mereka senang melihat seseorang yang bermuka dua menderita. Itu adalah sebuah kesenangan tersendiri bagi mereka.
"Kamu kok senyam-senyum sedari tadi sayang?" Tanya Bianca heran pada Quinza.
Tentu saja Bianca heran, wong biasanya putrinya itu jarang sekali tersenyum jika sedang pagi, apalagi saat sedang makan seperti sekarang ini. Namun anehnya, putrinya itu malah senyum-senyum sendiri sedari tadi.
Quinza membalas Bianca dengan celengan kepala. "Gak papa kok Mah, oh iya Pah, Mah inget yah nanti dateng ke sekolah" Pinta Quinza pada Bianca dan Dion sedang sarapan bersama dirinya.
Bianca dan Dion mengangguk sebagai balasan. Tentu saja mereka datang, tidak mungkin mereka akan melewatkan acara seru seperti nanti.
"Iya sayang. Mamah sama Papah pasti bakal dateng. Kalau perlu Bang Andri sama Cris nanti juga datang" Ujar Bianca dengan senyum di wajahnya.
Quinza mengangguk sebagai jawaban. Moodnya sedang tidak ingin di rusak hanya karna para Abangnya yang kurang ajar itu.
Setelah selesai dengan sarapannya, Quinza pun berangkat ke sekolah. Tentu dengan menggunakan kendaraan beroda duanya. Bukan tanpa alasan ia menggunakan motor. Hanya saja ia tidak ingin terlambat sampai jika menggunakan mobil. Jika ia menggunakan motor, kan bisa saja ia menyalip kendaraan di jalanan nanti, jika ternyata jalan raya sedang padat. Lagipula ia sudah lumayan pandai juga mengendarai motor.
Beberapa menit Quinza mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata menuju sekolah sembari menyalip beberapa kendaraan yang melaju dengan lamban di depannya. Untung saja ia tidak mengalami kecelakaan.
Di parkiran sekolah, Luci dan Kayla sudah anteng menanti kedatangan Quinza.
"Hai" Sapa Quinza pada Luci dan Kayla. Luci dan Kayla menghampiri Quinza yang datang dengan menenteng sebuah tas hitam yang tidak terlalu kecil maupun besar di punggungnya.
"Akhirnya lo dateng juga" Ujar Kayla saat sudah berada di hadapan Quinza.
Quinza terkekeh kecil menanggapi ucapan Kayla. "Mana mungkin lah gue gak dateng, orang hari ini udah gue tunggu-tunggu" Celetuk Quinza seraya merangkul kedua sahabatnya itu meninggalkan parkiran.
"Eh,, bentar-bentar. Temenin gue ke toilet dulu yuk, gue mau ganti nih celana pake rok" Ajak Quinza pada Luci dan Kayla.
"Lah, gue baru sadar kalau lo pake celana. Bukan rok" Celetuk Luci yang baru menyadari bahwa Quinza mengenakan celana jeans hitam, bukannya rok sekolah berwarna hitam yang berpaduan dengan putih, khas sekolah mereka.
Mereka pun menuju ke toilet sekolah untuk menemani Quinza mengganti celananya dengan rok yang di bawa oleh gadis itu di dalam tasnya.
Namun ketika mereka melewati koridor, mereka berpapasan dengan Frisca dan Austin beserta genknya. Dan tentu saja Frisca sedang bergelayut manja di lengan Austin.
Quinza merasa muak sekaligus jijik pada tingkah Frisca. Entah pelet macam apa yang ia berikan pada Austin dan Erlan sehingga mau-mau saja di bodohi oleh dirinya.
Frisca menatap Quinza dkk dengan sinis. Quinza dkk juga tidak kalah menatap Frisca dengan tatapan sinis yang mengintimidasi.
Quinza dkk berpapasan dengan Austin and the genk, namun tidak ada yang saling menyapa. Seakan ada sebuah pembatas tak terlihat yang membatasi mereka. Padahal dulunya, mereka selalu bersama-sama. Namun sekarang sepertinya sudah tidak akan seperti dulu lagi.
❀❀❀❀
Jumlah kata, 588 kata
Tanggal publish, 20/08/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Rora Is Not Quin [TAMAT]
FantasyFOLLOW AUTHOR SEBELUM BACA! FOLLOW MY IG, @mimiu.rara ENTAR YANG MAU DI FOLLBACK SILAHKAN DM [TAMAT] [Proses Revisi typo] Proses penerbitan [Beberapa part telah dihapus] Rora gadis dengan kepribadian random yang meninggal akibat tersedak boba yang...