37.Sadar|R.I.Q|

15.8K 1.5K 12
                                    

"Eunghhh" Lenguhan kecil terdengar mengalun keluar dari bibir ranum nan pucat milik seorang gadis yang kini terbaring di atas kasur Queen Size miliknya.

"Quin. Kamu udah sadar" Tukas seseorang yang suaranya sangat Quinza kenal betul.

Ya,, yang pingsan tersebut ialah Quinza sedangkan yang berbicara barusan ialah Varo. Pria yang sangat tidak bisa menjaga ucapannya jika bersama Quinza.

"Ngapain lo di kamar gue?" Tanya Quinza dengan nada dingin dan judes miliknya.

Varo kaget mendengar ucapan Quinza, entah mengapa ada rasa tidak nyaman untuk pertama kali ia rasakan ketika Quinza berbicara dengan dingin pada dirinya.

"Abang jagain kamu. Soalnya Mamah sama Papah lagi nebus obat kamu di apotek depan. Terus kalau Bang Andri sama Bang Cris mereka lagi buat makanan di bawah. Kalau Vano itu, lagi tidur di sofa" Jelas Varo dengan lembut di sertai dengan senyum yang mengembang dari wajahnya.

Quinza tidak menjawab, namun telinganya masih mendengar apa yang di katakan oleh Varo.

Jujur saja, Quinza sampai sekarang masih tidak suka dan kesal pada Varo ini. Bukan hanya Varo, tapi pada semua Abang dari Quinza.

Quinza yang tubuhnya di tempati oleh roh Aurora berjanji tidak akan memaafkan mereka berempat. Dan Quinza akan berusaha untuk tidak melanggar kata-katanya itu.

Tidak lama, pintu kamar Quinza terbuka. Muncullah dua orang pria yang tak lain adalah Andri dan Cris dengan membawa sebuah nampan berisi bubur dan buah di sertai dengan segelas air putih dan susu.

"Syukur lo udah sadar, nih makan" Ujar Cris seraya menyerahkan mangkuk bubur pada Quinza.

Quinza tidak menerima mangkuk itu, Quinza masih kenyang. Apa mereka lupa jika Quinza sebelumnya pingsan saat sedang sarapan? Sepertinya ia, atau memang karna mereka yang bodoh.

Karna Cris terus berusaha menyerahkan mangkuk itu pada Quinza namun selalu di tepis oleh Quinza. Berakhirlah mangkuk itu yang tumpah di tangan Quinza.

"Sshhh" Desis Quinza saat merasa tangannya perih dan panas akibat bubur panas yang mengenai tangannya.

Andri dengan cekatan ingin membersihkan tangan Quinza, namun di tepis oleh gadis itu.

"Gak usah. Mending sekarang kalian keluar" Usir Quinza yang berusaha menahan emosinya agar tidak meledak saat itu juga.

Namun sepertinya mereka bertiga benar-benar ingin memuncak kan amarah Quinza. Dan berakhirlah dengan Quinza yang mengamuk pada mereka bertiga.

"Gue bilang keluar! GAK PUAS KALIAN UDAH NYAKITIN GUE HAH,, SEKARANG GUE MOHON KELUAR ATAU GUE JANJI GAK AKAN PERNAH MAAFIN KALIAN SELAMANYA!" Teriak Quinza yang sudah tidak tahan lagi.

Mendengar teriakam Quinza, mau tidak mau mereka bertiga pun meninggalkan kamar sang adik.

Saat hendak beristirahat, ia baru menyadari ternyata Vano, Abang ke empat nya masih berada di dalam kamarnya dan tertidur di sofa yang terletak di dalam kamarnya itu.

Karna tidak tega untuk membangunkan Vano, Quinza pun memilih untuk beristirahat juga. Lagi pula ia melihat sepertinya Vano juga kelelahan dan kurang tidur, terbukti dengan tidak terganggunya tidur dari pria tadi saat Quinza bertengkar dengan ketiga Abangnya yang lain. Dan juga kantung mata yang menghitam di sekeliling mata Vano.

Tidak berselang lama, Vano terbangun. Ia melihat Quinza yang masih terlelap dalam tidurnya.

Vano memang terbilang sangat jarang bertegur sapa dengan Quinza selama ini, itu memang sudah sejak lama. Bahkan sebelum Andin meracuni pikiran ke empat putra dari Dion, sifat Vano memang sudah seperti itu.

Oleh karnanya Quinza tidak terlalu mempermasalahkan Vano, walau tetap saja ia kesal karna selama ini Vano tidak pernah membela Quinza yang asli saat sedang di fitnah oleh orang lain.

❀❀❀❀

Jumlah kata, 553 kata
Tanggal publish, 27/08/2021

Jngn lupa vote & komen yah^^

Maaf yah all sbnrny ini mau mimi up td malam cmn kelupaan gr" ketiduran🤧

Rora Is Not Quin [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang