28.Malam|R.I.Q|

20.1K 2K 21
                                    

Sekarang Quinza sudah berada di rumah orang tuanya sendiri. Tadi sore dirinya dan Kayla memutuskan untuk kembali, sebab tidak enak rasanya jika bertamu terlalu lama di sana.

Apalagi Quinza, ia bertamu di rumah seseorang yang pernah menjadi sahabatnya saat kecil walau sekarang sudah tidak lagi. Dan pasti akan tercipta suasana canggung nantinya.

"Mamah jijik banget sama kelakuan temen sekolah kamu tadi itu Quin" Celetuk Bianca seraya memberikan nasi pada piring suaminya.

Quinza mengalihkan pandangannya pada Bianca. Dan menatap Mamahnya itu seakan bertanya, 'memang kenapa?'

Bianca yang paham akan tatapan Quinza itu pun menjawab. "Ya kamu liat sendiri kan sifat dia tadi. Mempermalukan status seorang perempuan aja dia itu. Cih" Decih Bianca di akhir kalimatnya.

Bianca memang orang yang kalem, namun jika sudah terlanjur tidak menyukai seseorang, maka ia tidak akan segan-segan memperlihatkan ketidak sukaannya. Tanpa menyaring sedikitpun kata-katanya seperti tadi.

Quinza mengangguk mengerti. "Tapi dia temen Bang Varo sama Vano loh Mah" Ujar Quinza dengan wajah polosnya.

Bianca sontak menatap putra kembarnya yang sedang memakan makanan mereka di seberang meja.

Vano yang di tatap seolah meminta penjelasan pun hanya dapat menjelaskan bahwa ia tidak terlalu dekat dengan gadis atau tepatnya wanita itu. Ia hanya satu genk saja dengan pacar wanita itu, makanya sering berada di tempat yang sama.

Dan Bianca mengangguk percaya atas ucapan Vano, karna menurut Bianca, Vano tidak mungkin berbohong. Lagi pula Vano memang sedikit sulit untuk bergaul dengan sembarangan perempuan.

Sedangkan Varo, ia juga membalas seperti apa yang di katakan oleh Vano, namun Bianca tidak terlalu percaya pada ucapan salah satu putranya itu.

Entah mengapa, Bianca sulit sekali percaya akan kata-kata putranya yang satu itu. Padahal ia juga putra kandungnya.

Tidak berselang lama setelah mereka selesai makan, Bianca dan Dion memilih untuk beranjak duluan ke kamar mereka. Dan biarkan untuk piringnya di bersihkan oleh maid baru saja esok.

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

"Lo kenapa ngasih tau Mamah kalau gue deket dan temenan sama Frisca hah! Mau ngadu lo, biar gue di marahin sama Mamah? Sengaja lo!" Bentak Varo tepat di hadapan Quinza setelah mereka menyelesaikan makannya.

Sekarang yang ada di meja makan hanya Quinza beserta ke empat Abangnya itu, yang entah pantas atau tidak menyandang status sebagai Abang Quinza.

Quinza memutar bola matanya malas menatap Varo. Varo itu gampang sekali marah, ia sangat tidak bisa mengontrol emosinya sendiri.

"Sorry aja yah. Tapi yang gue bilang kan bukan cuma lo doang. Tapi Vano juga tuh, yang gue kasih tau ke Mamah itu kalian berdua, bukan lo doang. Jadi seharusnya lo gak usah dong koar-koar kayak orang gila gini ke gue" Ejek Quinza pada Varo.

"Lagian yang gue bilang bener kan. Lo itu temenan sama dia, bahkan tergolong deket. Itu artinya, lo sama kayak Austin. Mau-maunya di begoin sama itu perempuan. Ck dasar bego" Sambungnya, tanpa segan untuk menghina sang Abang.

Varo hendak melayangkan pukulannya pada wajah Quinza namun di tahan oleh Vano.

"Jangan kasar sama cewek, Papah gak pernah ngajarin kita buat gitu" Desis Vano dengan kepala dingin.

Varo menghempaskan tangannya yang di pegang oleh Vano dengan sedikit kertas.

Varo tidak terlalu menyukai Vano, bukan dendam atau ada masalah apa. Hanya saja ia tidak suka jika melihat Vano seolah berusaha untuk tidak melukai atau menyakiti perasaan Quinza. Padahal jelas-jelas Quinza itu hanya benalu di keluarga mereka.

Kira-kira seperti itulah pemikiran Varo tentang Quinza. Padahal yang ia pikirkan itu sama sekali tidak benar. Entah siapa yang mengatakan padanya bahwa Quinza itu sebuah benalu di keluarga mereka.

❀❀❀❀

Jumlah kata, 572 kata
Tanggal publish, 22/08/2021

Halo semuaa
Ceritanya sejauh ini seru gak sih?
Semoga aja seru & dapat menghibur kalian yah yang pada baca:)

Rora Is Not Quin [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang