21.Rencana|R.I.Q|

25.7K 2.2K 17
                                    

"Yaudahlah,, kuy masuk" Ajak Luci pada Quinza dan Kayla. Mereka bertiga pun memasuki rumah itu.

Sepertinya orang tua dari Quinza, Bianca dan Dion sedang berada di kamar mereka sekarang. Sebab di ruang tamu hanya ada para Abang dari Quinza saja yang sedang duduk dan saling berbincang hangat.

"Udah balik lo dari ngejalang?" Suara itu menghentikan langkah dari Kayla dan Luci. Namun Quinza menarik kedua sahabatnya itu saat mereka hendak membalas ucapan Abangnya yang dapat di pastikan adalah Varo.

Varo tersenyum sinis menatap Quinza dan kedua sahabatnya. "Kenapa? Gak bisa ngebales lagi lo?" Remeh Varo pada Quinza.

Quinza melepas tautan tangannya bersama Luci dan Kayla, dan berjalan menghampiri Varo yang bermulut lemas itu.

Quinza mendekati Varo dan menepuk-nepuk pelan pundak Varo, seakan membersihkan debu di sana. "Lo pinter, lo cerdas, tapi sayang. Lo gak tau gunain kepintaran dan kecerdasan lo, buat mikir" Lirih Quinza menatap tepat mata Varo.

Varo dapat melihat tidak ada lagi tatapan sayang dan memuja yang terpancar dari tatapan Quinza saat mereka saling bertatapan. Dan Varo baru menyadari hal itu.

Tatapan Quinza padanya sekarang hanya terdapat pancaran rasa benci yang sangat besar pada dirinya.

"Apa maksud lo!" Bentak Varo dengan suara yang meninggi.

Quinza tersenyum miring menatap Varo dengan tatapan miris. "Gue gak akan lepasin lo. Bukan cuma lo, tapi lo, lo, dan lo. Gue bakal pastiin suatu saat kalian bakal berlutut di hadapan gue, minta maaf sama gue dan memohon sama gue" Tekat Quinza sembari menunjuk para Abangnya satu persatu.

Keempat Abang Quinza mematung mendengar ucapan dari Quinza. Perasaan mereka tidak enak tentang ucapan dari Quinza barusan, namun mereka menepis hal itu. Karna mengingat apa yang telah Bibi mereka katakan pada mereka dulu.

"Hahah,, gue? Kita? Jangan mimpi terlalu tinggi lo bitch, sampai kapan pun. Kita gak akan pernah sudi buat berlutut apalagi memohon sama lo. Inget itu" Sombong Varo tanpa memperhatikan kilatan rasa benci yang semakin membesar dari Quinza.

Quinza berjalan meninggalkan meraka berempat bersama Luci dan Kayla untuk ke kamarnya.

Kayla menatap salah seorang dari Abang Quinza dengan tatapan kecewa yang sangat jelas dari matanya. Orang yang di tatap pun menatap Kayla dengan tatapan penuh penyesalan.

Setelah itu, Kayla pun memutuskan tatapan mata itu, dan memilih untuk naik ke atas menyusul Quinza dan Luci yang sudah naik terlebih dahulu.

~~~

"Minggu depan bakal ada acara yah di sekolah? Buat ngerayain pindahnya anak pemilik sekolah kan?" Tanya Quinza pada Luci dan Kayla di dalam kamarnya.

Ingat bukan, tingkah dan sifat dari Quinza itu random, mungkin sekarang ia akan marah tapi beberapa saat berikutnya emosinya akan turun lagi.

Luci mengangguk sebagai jawaban. "Iya, emang kenapa?" Tanya Kayla penasaran pada Quinza.

"Di acara itu, kita bakal ambil salah satu kegiatan lomba, habis itu kita bongkar kebusukan si Frisca" Putus Quinza tanpa menatap Luci dan Kayla.

Pandangan Quinza sekarang sedang terpaku pada langit malam yang tidak di hiasi bintang sama sekali, hanya ada bulan saja yang menyinari malam hari itu.

"Yang bener?!" Tanya Kayla dengan bersemangat pada Quinza. Dan di balas anggukan oleh Quinza.

"Kenapa lo pengen cepet-cepet bongkar tentang Frisca? Padahal kemarin kita tanya, lo bilang tunggu waktu yang pas aja dulu" Tanya Luci dengan penasaran pada Quinza.

Quinza mengalihkan pandangannya pada Luci dan Kayla yang sedang duduk di atas kasur Queen Size miliknya.

"Ya gak papa sih. Cuman gue rasa nanti itu waktunya udah tepat, terus gue juga udah gak sabar emang pengen liat dia di permaluin" Jawab Quinza dengan enteng.

Katakan Quinza jahat, karna suka melihat seseorang yang telah mengganggu hidupnya menjadi sengsara, tapi itu memang dirinya.

❀❀❀❀

Jumlah kata, 582 kata
Tanggal publish, 20/08/2021

Rora Is Not Quin [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang