05.Sahabat|R.I.Q|

37.8K 4.1K 50
                                    

"ELLL!" Pekik seorang remaja yang kiranya seumuran dengan Quinza saat membuka kamar rawat Quinza.

Quinza yang sedang melamun pun mengalihkan pandangannya pada dua orang gadis yang datang menemui dirinya.

"Hm" Balas Quinza dengan bergumam pelan.

"Gimana keadaan lo? Gue khawatir banget loh sama lo. Lo koma tiga bulan, untung aja sekarang lo udah sadar. Gue rinduuu" Rengek gadis berambut gelombang yang indah.

"Gue udah baik" Balas Quinza singkat.

Menurut bayangan ingatan yang Quinza dapatkan, kedua remaja ini adalah sahabat dari Quinza yang asli.

Yang berambut gelombang berwarna coklat bernama Kayla Nincana Elose, ia lah yang tadi berteriak saat membuka pintu ruang rawat Quinza. Sedangkan yang satunya adalah Luciana Iris Fibert, gadis berambut panjang dengan warna biru itu adalah adik dari Austin.

Mereka bertiga menghabiskan waktu bersama dengan kadang di selingi oleh lelucon yang di berikan oleh Kayla.

"Lo kok jadi pendiem sih El?" Tanya Kayla setelah menyadari bahwa sahabatnya itu sedikit berubah dan berbeda dari biasanya.

"Gak kok, perasaan lo aja" Balas Quinza singkat. Quinza yang raganya di tempati oleh arwah Aurora memang sedikit pendiam, sebab Aurora memang menuruni watak Daddy nya, yang lebih pendiam.

Kayla mangut-mangut mendengar balasan Quinza. "Eh betewe gue denger kabar, si Frisca jadian sama Abang lo yah Ci?" Kepo Kayla pada Luci.

Luci mengangguk membenarkan pertanyaan Kayla. Sebab memang benar, Abangnya yang tak lain adalah Austin tengah berpacaran dengan Frisca sekarang.

Alfrisca Tabitha Calvert, gadis yang kerap di sapa Frisca atau Ica itu adalah gadis yang membuat hidup Quinza selama ini menderita, namun sayang sekali sebab tidak ada  yang menyadari perbuatan gadis itu pada Quinza. Semua kejahatan gadis itu pada Quinza, tertutupi oleh tingkah dan wajah polos dari Frisca.

"Parah sih Bang Austin, bisa-bisa nya dia buang sebuah berlian demi sebongkah baru kerikil kayak Ica itu" Hina Kayla.

Dari mereka bertiga, memang Kayla lah yang paling ceplas-ceplos dan julid orang nya. Bagi Kayla, mau orangnya ada atau tidak, jika ia ingin mengatai maka akan ia lakukan. Tidak ada kata menjaga image dalam kamus Kayla.

Quinza hanya mendengarkan ocehan dari Kayla dan Luci di dalam sana. Luci memang tidaklah secerewet Kayla, namun jika ia di ajak berbincang tentang hal yang menurutnya memang menarik, maka ia pun akan ikut heboh juga.

"Lo dari tadi diem aja perasaan El, gimana kalau kita jalan-jalan bentar keluar?" Ajak Kayla pada Quinza.

Mendengar ajakan Kayla, Quinza nampaknya sedikit tertarik pada ajakan itu. Namun Luci memukul pelan lengan Kayla.

"Lo gimana sih, Eliza baru sadar kemarin, badan dia masih lemah gak usah ngadi-ngadi deh pengen ngajakin Eliza keluar. Entar yang ada kita malah di gorok sama Tante Bian kalau Eliza kenapa-napa" Cerocos Luci dengan kesal pada Kayla.

"Yaudah deh. Tapi bosen tau, kita di sini ngapain coba? Masa mau rebahan doang" Celetuk Kayla memanyunkan bibirnya.

~~~~

Beberapa hari telah berlalu, dan kini Quinza sudah di izinkan untuk kembali. Namun dengan catatan, ia harus sering datang untuk mengontrol keadaannya ke rumah sakit. Dan tentu saja hal itu di setuhui oleh Quinza, sebab Quinza juga sudah mulai jengah akan suasana di rumah sakit.

Walau dulu ia menyukai kedokteran, namun ia menyukai pekerjaan dan kesibukannya dalam bekerja, bukan menjadi seorang pasien yang hanya berdiam diri di dalam kamar dan tidak di ijinkan untuk melakukan apapun.

"Sayang tunggu sebentar lagi yah, Papah sepuluh menit lagi sampai katanya" Ujar Bianca pada Quinza setelah memutuskan sambungan telfonnya pada Dion, suaminya.

Quinza hanya menanggapinya dengan sebuah anggukan. Quinza sedang malas berbicara panjang lebar sekarang.

❀❀❀❀

Jumlah kata, 570 kata
Tanggal publish, 11/08/2021

Rora Is Not Quin [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang