"Yaudah, nanti pas lo udah sembuh kita lanjutin soal pembicaraan ini, sekarang lo kirim aja semua yang lo tau tentang orang tua kandung Quinza ke gue. Nanti kita bakal berusaha ke semua koneksi buat nyari mereka" Tutur Kean pada Quinza.
Quinza mengangguk setuju dengan permintaan Kean. Setelah mengobrol beberapa saat mereka bertiga pun memutuskan untuk kembali ke apartemen Kean yang mereka tempati di daerah itu.
Ayah Kean memanglah seorang arsitektur, beberapa apartemen ataupun rumah ialah yang merancang. Dan semua apartemen yang di tempati oleh Kean selama ini adalah apartemen yang di rancang dan di buat sendiri oleh Ayahnya yang memang hobby membuat sketsa.
Keesokan harinya, keadaan Quinza sudah lebih baik. Setidaknya kepala gadis itu sudah tidak terasa pening dan berat.
"Kamu yakin mau berangkat sekolah?" Tanya Bianca yang masih khawatir pada Quinza.
Bianca takut jika nanti di sekolah Quinza sampai kenapa-kenapa seperti kemarin. Ia tidak ingin jika putri kesayangannya itu semakin parah sakitnya.
Quinza menjawabnya dengan sebuah anggukan mantap, "Iya Mah, Quin yakin. Lagian Quin udah gak papa kok, nih buktinya Quin udah ada di sini dan sarapan bareng Mamah kan" Celetuk Quinza dengan begitu yakin.
Bianca akhirnya pasrah akan keinginan Quinza. Ia hanya dapat berdoa dan berharap semoga sang putri benar-benar tidak apa-apa nantinya.
Setelah sarapan, Quinza pun hendak berangkat ke sekolah. Walau saat di rumah ia sempat berdebat dengan para Abangnya, sebab mereka sangat ngotot ingin mengantarkan Quinza ke sekolah. Dengan alasan bahwa ia baru saja sembuh.
Quinza muak dengan orang-orang seperti mereka.
Hanya memerlukan kurang lebih 15 menit hingga akhirnya Quinza sampai di sekolahnya tempat dimana ia menempuh ilmu pendidikan nya di Senior High School.
Saat Quinza turun dari mobilnya, ia sudah di sambut dengan sambutan hangat dari ke lima sahabatnya yang ternyata memang sudah menanti dirinya sedari tadi di parkiran khusus kendaraan beroda empat sekolah itu.
Di Neo High School, parkirannya memang sangat luas, sebab parkirannya terbagi-bagi. Ada yang khusus untuk kendaraan beroda dua dan beroda dua untuk murid. Dan ada dua parkiran terpisah untuk kendaraan beroda dua dan beroda empat untuk pekerja di sekolah itu.
"Udah lama nungguin?" Tanya Quinza menghampiri kelima sahabatnya.
Mereka menggeleng sebagai jawaban. "Gak kok, baru 5 menit kayaknya" Celetuk Kayla. Quinza mengangguk menanggapinya.
Mereka berjalan menuju ke kelas mereka yang ternyata sama, tanpa memperdulikan teriakan dan pekikan histeris dari para pria dan beberapa perempuan yang mengagumi mereka.
"Gue mau ke kantin yah sama Luci. Beli cemilan, ada yang mau nitip?" Tawar Kayla pada keempat sahabatnya.
"Gue nitip dong, susu kotak full cream satu, sama roti selai vanilla tiga yah" Ujar Tri pada Kayla, sembari memberikan selembar uang berwarna hijau dua.
"Gue samain, tapi gak usah pakek roti. Susunya aja" Tambah Quinza dan di tambah anggukan juga oleh Kean dan Dea.
Mereka berempat memang sudah kebiasaan setiap pagi meminum susu itu, mereka suka meminum susu di pagi hari, namun mereka tidak suka susu rasa coklat. Oleh karnanya mereka memilih untuk meminum susu full cream saja.
"Nanti balik sekolah, kita bakal ngasih tau lo sesuatu yang kita dapetin" Ujar Tri dengan pelan pada Quinza. Bahkan ucapan Tri hampir tidak terdengar, hanya memperlihatkan sebuah gerakan bibir pelan saja.
Namun Quinza dapat memahami gerakan bibir itu, sehingga Quinza merasa senang sekarang. Entah mengapa ia merasa senang, padahal mereka nanti bukanlah orang tua kandungnya sebagai Aurora.
Mereka nanti hanya menjadi orang tua kandung dari Quinza.
"Ok" Balas Quinza dengan menggunakan gerakan tangan.
Tidak berselang lama, Kayla dan Luci pun kembali dari kantin dengan sebuah tote bag berisi belanjaan yang pastinya dari ibu penjaga kantin.
❀❀❀❀
Maap upny lama, soalny mimi lagi mengsedih gegara masalah idol mimi, hikkssroott🤧
Jumlah kata, 584 kata
Tanggal publish, 28/08/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Rora Is Not Quin [TAMAT]
FantasyFOLLOW AUTHOR SEBELUM BACA! FOLLOW MY IG, @mimiu.rara ENTAR YANG MAU DI FOLLBACK SILAHKAN DM [TAMAT] [Proses Revisi typo] Proses penerbitan [Beberapa part telah dihapus] Rora gadis dengan kepribadian random yang meninggal akibat tersedak boba yang...