Saat sampai di bawah, Quinza mengernyitkan dahinya. Quinza heran, sebab suasana di lantai dasar rumah itu begitu gelap dan sunyi. Padahal sebelumnya ruangan itu masih sangat terang dan damai.
Quinza berjalan dengan berpegangan pada dinding, bertujuan untuk mencari dimana letak saklar lampu berada. Saat Quinza berjalan untuk mencari letak saklar lampu, entah mengapa ia merasa seperti ada sesuatu yang memperhatikannya.
Quinza berbalik dengan perlahan kearah belakang, namun ia tidak menemukan apa-apa di belakang sana. Hingga Quinza memutuskan untuk lanjut mencari saklar lampu untuk ia hidupkan itu.
Namun di saat Quinza berbalik lagi, gadis itu tersentak kaget. Tiba-tiba saja di hadapannya muncul sebuah kain berwarna putih yang melayang di tengah gelapnya ruangan itu.
Suara-suara aneh mulai terdengar saat kain berwarna putih itu melayang menuju kearah Quinza.
Quinza kaget, bukan karna ia takut. Namun itu adalah hal yang relfek ia lakukan, sebab kain itu melayang tepat di hadapan wajahnya, padahal sebelumnya kain itu sama sekali tidak ada.
Quinza menarik paksa kain yang melayang kesana kemari di hadapannya itu, hingga akhirnya kain itu berhasil ia genggam dan tidak dapat melayang lagi.
Quinza dapat merasakan sebuah tali yang mengikat kain itu, hingga akhirnya kain itu melayang-layang di hadapannya.
"Gak usah sembunyi, gue tau kalian ada di sini kan? Keluar, gue gak takut sama ini semua" Ujar Quinza seraya melempar-lempar kain putih yang sedari tadi berada dalam genggaman nya.
Dan benar saja, tidak berselang lama setelahnya, lampu pada ruangan yang tadinya gelap dan sunyi itu sudah kembali menerang.
Keempat Abangnya yang tadi ia minta meninggalkan rumah karna kegiatan yang mereka lakukan di sana sangat brengsek menurut Quinza. Quinza juga yakin, bahwa semua orang juga pasti berpikiran sama sepertinya.
Namun Quinza heran ketika menemukan orang tuanya yaitu Bianca dan Dion juga datang bersama mereka berempat.
"Ini maksudnya apa?" Tanya Quinza dengan tegas dan nada menginterogasi pada mereka berenam.
Bianca menghela napas pelan dan menjelaskan semuanya dari awal, dan berakhirlah dengan Quinza yang mendiami mereka berenam.
"Quin, maafin kita dong" Pinta Cris pada Quinza. Namun Quinza tidak menjawab dan memilih untuk melanjutkan menonton drakor nya.
Quinza sebal dengan mereka semua, bisa-bisa nya hanya untuk sebuah kejutan ulang tahun, ia di bohongi segitunya.
Ya,, hari itu ternyata adalah hari ulang tahun dari Quinza, oleh karna itu mereka semua memutuskan untuk membuat sebuah kejutan untuk Quinza, sebab setelah sekian lama akhirnya mereka dapat bersama tanpa terpecah-pecah seperti dulu.
Dan karna itu, mereka semua merencanakan sesuatu yang menurut Quinza sangat tidak perlu dan terkesan menyebalkan.
Kegiatan yang sebelumnya ia lihat di ruang keluarga itu, semuanya hanya sebuah rekayasa. Keempat Abangnya itu ternyata tidak sungguh-sungguh melakukan hal yang tadi di lihat oleh Quinza.
Namun walau seperti itu, tetap saja Quinza masih marah, kesal dan sebal pada mereka semua. Terlebih lagi, hari itu Quinza sangat lelah karna telah menghabiskan waktu seharian bersama Tri dkk.
"Minggir lo. Yang mau gue tonton bukan lo, tapi dramanya" Usir Quinza pada Cris yang sedari tadi mengganggu dirinya menonton drama.
Cris menggeleng sebagai balasan. Walau ia sudah di usir namun ia tidak memperdulikan nya, tekad pria itu sudah kuat, ia tidak akan menyingkir sebelum Quinza mau memaafkan dirinya.
Quinza mengabaikan Cris yang sedari tadi mengusulkan rambut berwarna biru tuanya pada dirinya. Jujur saja, Quinza menyukai rambut dari Cris, sebab rambut pria itu begitu lembut dan warnanya juga begitu indah, selain itu wanginya juga sangat nyaman untuk di hirup. Entah shampoo merk apa yang di gunakan oleh Cris itu.
Quinza terus menonton drama di dalam kamarnya tanpa memperdulikan orang-orang di luar sana yang sedang cemas, sebab dirinya tidak mau menemui mereka.
❀❀❀❀
Jumlah kata, 592 kata
Tanggal publish, 30/08/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Rora Is Not Quin [TAMAT]
FantasyFOLLOW AUTHOR SEBELUM BACA! FOLLOW MY IG, @mimiu.rara ENTAR YANG MAU DI FOLLBACK SILAHKAN DM [TAMAT] [Proses Revisi typo] Proses penerbitan [Beberapa part telah dihapus] Rora gadis dengan kepribadian random yang meninggal akibat tersedak boba yang...