26.Hamil|R.I.Q|

24.6K 2.2K 8
                                    

Kedua orang tua Frisca mengangguk mengerti. Setelah mendengar dan melihat sendiri vidio tadi, mereka bukan orang bodoh yang tidak tau tentang sakit yang di rasakan oleh gadis yang kini sedang berada di hadapan mereka ini.

"Iya, gak papa nak. Tante paham gimana perasaan kamu, sebagai sesama wanita" Balas Bunda dari Frisca.

Quinza mengangguk membalas ucapan Bunda Frisca.

"Jadi gimana keadaan putri tante? Apa harus ke rumah sakit?" Tanya Bunda Frisca, Sherina.

"Emm,, sebenernya saya gak bisa mastiin hal ini. Tolong nanti kalau Frisca nya bangun suruh dia buang air kecil, terus tampung sedikit di wadah ini, ada yang mau saya cek" Ujar Quinza dengan serius pada Sherina.

Mengapa bukan dokter yang bertugas di UKS saja yang menangani Frisca? Jawabannya karna para dokter yang bertugas ternyata sedang ada keperluan, dan dokter yang seharusnya berjaga jam ini baru saja izin pulang. Sebab ada urusan keluarga yang tidak bisa di tunda katanya.

Sherina mengangguk menanggapi ucapan Quinza.

Tidak berselang lama, Frisca pun terbangun. Dan Sherina pun meminta agar Frisca melakukan hal yang di katakan oleh Quinza tadi.

Setelah Frisca selesai melakukannya, Sherina pun menyerahkan kembali wadah yang tadi di berikan oleh Quinza pada dirinya.

Quinza menerima wadah itu dan mulai melakukan tes di dalam ruangan khusus dokter jaga UKS itu.

"Dugaan gue bener. Haha,, lo bakal bener-bener hancur" Gumam Quinza seraya keluar dari ruangan itu.

"Jadi gimana kondisi Frisca, nak Quinza?" Tanya Sherina pada Quinza dengan tidak sabaran.

Quinza tersenyum seraya berjalan mendekati Frisca yang sedang tiduran di atas brangkar UKS, di temani dengan orang tuanya di sisi brangkar itu.

Frisca kaget saat mendengar nama Quinza di sebut oleh orang tuanya, ia ingin memberontak pada Quinza namun tidak bisa karna tubuhnya terasa begitu lemah sekarang.

"Lo gak usah banyak gerak di situ. Tante, tolong kasi tau Frisca buat jaga KANDUNGANNYA, karna ini masih awalan bagi dia, jadi janinnya masih rentan" Ujar Quinza dengan menekan kata 'kandungan'.

Dehh
Mata Frisca membola menatap Quinza dengan nyalang.

"LO JANGAN BERCANDA! GAK MUNGKIN GUE HAMIL!" Bentak Frisca dengan suara kerasnya. Dan hal itu membuat orang-orang yang berada di luar sana dapat mendengar apa yang di ucapkan oleh dirinya sendiri barusan.

"Sorry, gue gak bercanda. Lo rawat kandungan lo aja, minta tanggung jawab dari cowok yang udah hamilin lo kalau lo masih ada harga diri. Kalau gak, yah silahkan gugurin atau rawat sendiri" Ujar Quinza dengan kejam di sertai dengan seringaian di wajahnya.

Quinza berjalan mendekati Frisca lalu membisikkan sesuatu pada gadis itu.

"Mendingan lo jaga jabang bayi yang ada di kandungan lo. Karna dia yang bakal jadi penghambat penderitaan besar lo di mulai. Kalau dia gak ada, gue udah pastiin hidup lo bakal sengsara dan memilih mati daripada hidup" Bisik Quinza tepat di telinga Frisca.

Bulu kuduk Frisca meremang mendengar bisikan dari Quinza. Frisca menatap Quinza dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

Sedangkan Quinza menatap Frisca dengan sinis di sertai dengan senyum maut dari gadis itu.

Memang benar, Quinza tidak akan terlalu membuat Frisca hancur untuk sekarang, sebab ada sebuah janin di dalam tubuhnya. Dan Quinza tau janin itu sama sekali tidak bersalah. Yang bersalah adalah Ibunya, karna itu Quinza akan sabar menunggu sampai akhirnya anak itu lahir, dan Quinza akan kembali membuat Frisca menjerit memohon ampun setiap hari.

❀❀❀❀

Jumlah kata, 565 kata
Tanggal publish, 21/08/2021

Rora Is Not Quin [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang