06 || Aneska Benci Raden

8.3K 529 2
                                    

Jangan lupa vote dan komennya🧚

Raden dan Aneska menatap tak percaya pada Irfan, Ayah dari Aneska yang baru saja memutuskan keputusan nya setelah lama berdebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raden dan Aneska menatap tak percaya pada Irfan, Ayah dari Aneska yang baru saja memutuskan keputusan nya setelah lama berdebat.

Sore ini di rumah Aneska, Irfan memutuskan agar Raden menikahi putrinya. Sebagai seorang ayah tentu nya ia tak rela. Tapi apa yang dilihatnya pagi itu, sungguh membuat emosi nya memuncak.

"Pa, An gak mau nikah sama Raden." Aneska menatap Irfan dengan mata berkaca. Lalu beralih menatap Ratih, Ibu nya.

"Ma, tolongin An," ucap Aneska dengan memohon. Sungguh, tak pernah terlintas sedikitpun dipikirannya jika Raden akan menjadi suaminya. Apalagi usia mereka saat ini masih berumur tujuh belas tahun.

Ratih yang juga sama tak rela anak semata wayangnya itu menikah di usia muda meraih tangan Aneska dan menggenggamnya.

"An, ini demi kebaikan kamu."

Membenarkan posisi kaca mata nya, Fredy, Ayah Raden itu lalu memijit pelipisnya yang terasa pusing.

"Saya siap nikahi An," ucap Raden membuat Aneska yang duduk di sampingnya terkejut.

"What?!" Teriak Aneska menatap Raden tak percaya. "Den, gue yakin kita gak lakuin itu."

Raden menatap Aneska. "Gue cuma mau tanggung jawab. Kalo ternyata kita lakuin itu, lo yakin lo mau jalanin sendirian? Sedangkan gue senang-senang aja seakan gue gak punya salah apa-apa?"

Dengan air mata yang sudah turun entah sejak kapan, Aneska kembali menundukkan kepalanya.

Ia benci Ega, Raden, juga dirinya sendiri.

"Om pegang ucapan kamu. Minggu depan, kita laksanakan pernikahan kalian dan tidak boleh ada seorang pun yang tahu." Final Irfan dengan emosi yang ia tahan sedari tadi.

Fredy menghela napas. "Saya setuju. Demi kebaikan semua, tidak boleh ada satu orangpun yang tahu soal pernikahan kalian."

"Gue benci lo, Raden," lirih Aneska dengan air mata yang terus keluar tanpa henti.

"Gue juga, An. Gue benci diri gue sendiri."

- 🦋 -

Hari ke enam setelah kejadian Raden dan Aneska malam itu. Keduanya jadi sama-sama saling menjaga jarak. Tidak ada Raden yang menjahili Aneska. Juga Aneska yang selalu marah pada Raden karena kesal.

Dari rooftop, Aneska menghela napasnya menatap ke arah bawah. Dimana beberapa siswa tengah melangkah ke berbagai arah. Ia tak mau menikah di usia muda seperti ini. Tapi Aneska juga takut.

Bagaimana jika malam itu dirinya dan Raden memang melakukan hal terlarang? Meski delapan puluh persen Aneska percaya jika dirinya dan Raden tidak melakukan itu, tapi tetap saja. Aneska takut.

"Besok," ucap seseorang yang kini berdiri di samping Aneska. "Lo siap?"

Aneska menoleh dan mendapati Raden di sana. Terdiam sebentar untuk berpikir.

"Bisa lo batalin pernikahan kita?" Tanya Aneska membuat Raden menghela napas.

"Gue rasa enggak. Orang tua kita juga udah selesai siapin semuanya." Raden menatap Aneska serius. "Seperti yang gue bilang, An. Gue gak mau jadi laki-laki pengecut. Gue takut kita beneran lakuin itu."

"Kalo ternyata enggak?"

"Apa lo yakin?"

Aneska kembali terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa. Masalahnya ia juga bingung.

"Tapi kita cuma dijebak, Raden. Kemungkinan terbesarnya enggak."

"Gue ngerti ketakutan lo. Setelah kita nikah, kita jalanin hidup kita seperti biasa."

Aneska kembali mengalihkan pandangannya menatap ke arah bawah. Menutup matanya kuat-kuat untuk meyakinkan hati nya pilihan apa yang harus ia ambil.

Menikah dengan seorang Raden, cowok paling menyebalkan yang bahkan tidak pernah ada di list hidupnya.

- 🦋 -

Rumah milik Raden yang merupakan pemberian dari kakenya ini, Raden jadikan sebagai markas Bravos kedua. Beberapa kali mereka kumpul di sini. Selain di warung Teh Eha juga di markas utama.

"Besok gue nikah."

Keriuhan yang semula terdengar kini berubah menjadi hening. Semuanya kompak diam dan menatap Raden dengan tatapan aneh penuh tanya.

Lion yang tengah meneguk minumannya pun tersedak.

"Selama ini gue denger candaan lo, Den. Tapi kayaknya baru ini candaan lo yang bikin kita semua bingung." Lion menyimpan minumannya ke atas meja.

Masih menatap lurus ke depan, Raden menghela napasnya. "Gue serius."

Dikta terkekeh lalu menghampiri Raden. "Prank lo gini amat, Den. Masalah nikah lo bawa-bawa."

"Gue gak becanda. Besok gue nikah sama An."

PRAT!

Rafael menyemburkan minuman nya dan mengenai wajah Arshaka.

Dengan kesal setengah mati, Arshaka melap wajahnya.

"Sorry, Ar. Gue kaget," ucap Rafael takut dengan tatapan tajam milik Arshaka.

"Demi apa, anjir?" Tanya Elgi yang masih tak percaya dengan apa yang Raden ucapkan. Menikah? Dengan Aneska pula. Ini benar-benar suatu hal mustahil. Belum lagi keduanya masih sama-sama duduk di bangku SMA.

Raden mengangguk. "Lo pada inget waktu gue minta bantuan buat cari orang yang namanya Ega?"

Semuanya kompak mengangguk.

"Dia jebak gue sama An."

Dikta menggelengkan kepalanya tak percaya. "Paketu kita dijebak, belum tau dia berhadapan sama siapa."

Raden mengepalkan tangannya. "Kita harus cari Ega sampe dapat. Siapapun yang udah usik hidup gue, dia harus dapat balasannya."

"Gas. Gue siap habisin tuh orang."

"Jangan kasih kendor!"

Di sela-sela keseriusan, Dikta yang semula nampak berpikir kini tersenyum. "Enak dong lo, Den. Bisa di kelonin tiap malem." Dikta tertawa keras membuat semua orang juga ikut tertawa.

"Sialan."

- 🦋 -

Chapt terpendek huhuuT_T

Aku bakal usahain up cerita RADEN setiap hari yaa🔥

Jangan lupa vote dan komen nya, biar aku makin semangat up cerita RADEN🔥

See yaa bruv!

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang