[Harap follow akun author lebih dulu]
•••
Karena sebuah kejadian tak terduga, Aneska terpaksa harus menikah dengan Raden. Musuh satu kelasnya sekaligus ketua dari geng motor Bravos. Menjalani kehidupan sebagai seorang pelajar sekaligus istri dari Ra...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aneska menutup mata nya bersamaan dengan rasa sesak yang tiba-tiba mengisi penuh hati nya. Setelah melihat kejadian tadi, Aneska memilih untuk pergi ke kelas. Di mana tidak ada satu orang pun di sini.
"Gue sayang sama lo, An."
"Just a bullshit. Lo gak benar-benar saat bilang itu, Raden," lirih Aneska menghela napasnya. "Ck. Bodoh. Lagipula kenapa gue harus jatuh cinta sama cowok gak jelas itu?"
BRAK
Aneska mendongakkan kepalanya begitu suara gebrakan meja terdengar begitu nyaring.
"Lo, kenapa lo rebut Raden dari gue?!"
Aneska sontak berdiri dengan kening yang mengerut sempurna. "Maksud lo apa, ya?" Tanya Aneska menatap Jesslyn yang saat ini tengah menangis dengan bahu nya yang naik turun.
"Seharusnya lo gak usah masuk ke kehidupan Raden, An!"
"Lo yang seharusnya gak ganggu kehidupan Raden setelah selama ini lo sakiti dia," ucap Aneska membalikkan perkataan Jesslyn.
Tak terima, Jesslyn menampar pipi Aneska keras.
"Lo udah gila, Jess. Harusnya lo bisa terima kalau saat ini Raden udah punya cewek," ujar Aneska dengan nada sedikit meninggi. Satu tangannya memegang pipinya yang memanas.
"Lo udah rebut Raden! Kalau gak ada lo, pasti sekarang gue sama dia bisa sama-sama lagi."
Aneska menaikkan dagunya. "Ucapan lo benar-benar nunjukin kalau lo adalah seorang cewek murahan. Right?" Tanya Aneska memajukan wajahnya pada Jesslyn.
PLAK
"You bitch."
Aneska menegakkan kembali kepala nya setelah mendapat satu tamparan dari Jesslyn- untuk yang kedua kali nya.
"Lo lagi ngomongin diri lo sendiri?" Tanya Aneska tepat setelah menghela napasnya. Membalas perbuatan Jesslyn, itu bukan dirinya. Tidak, Aneska tidak ingin mengotori tangan suci nya.
"Lo-" Jesslyn menarik-narik rambut Aneska karena sudah benar-benar berada di puncak emosi nya.
"Lepas, Jess. Lo udah bener-bener gila tau gak?" Aneska sekuat mungkin mencoba melepas tarikan Jesslyn. Namun sulit karena Jesslyn tidak main-main melakukannya. Kepala Aneska saja sudah mulai terasa sakit.
"Gue mau Raden, An! Dia gak boleh sama orang lain, termasuk lo sekalipun!" Teriak Jesslyn.
Namun hal itu malah membuat bagian dari diri Aneska tergelitik geli mendengarnya. Ternyata pengagum Raden memang luar biasa. Aneska juga tak habis pikir. Ternyata ada orang sekeras kepala Jesslyn.
"Lepas, Jess." Aneska awalnya masih kesulitan melepas tarikan Jesslyn pada rambutnya. Sebelum dengan janggalnya, Jesslyn tiba-tiba saja melepas nya juga membenturkan kepala nya ke dinding.
Aneska sontak menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang sudah Jesslyn lakukan.
Namun tak berapa lama pintu terbuka. Aneska jadi tau kenapa Jesslyn bisa berbuat senekat itu.
"An! Lo apain Jesslyn?!"
Raden berlari dengan cepat. Menghampiri Jesslyn yang terbaring di bawah sana. Ia lalu mengangkat tubuh Jesslyn, berniat membawa nya ke UKS.
"Gue?" Aneska menunjuk dirinya sendiri. Sebelum akhirnya ia tertawa. "Dia yang udah sakiti gue, Den. Lo gak lihat?" Tanya Aneska seraya menunjuk pipi nya yang memerah. Harusnya Raden juga bisa melihat rambut Aneska yang tidak rapi akibat perlakuan Jesslyn.
"Tapi gak gini caranya! Lo pikir lo keren karena udah balas dia dengan cara kayak gini?"
"Kayak apa, Den?! Itu bahkan bukan ulah gue. Dia sendiri yang lakuin itu." Aneska tak mau kalah. Ia membela dirinya karena memang itu kenyataan nya.
"Jesslyn is a big problem."
"Yup!" Dikta menimpali ucapan Rafael.
"Gue kok jadi ikut pusing, ya?" Tanya Rafael.
Lain dengan Arshaka yang hanya menghela napasnya. Juga Lion yang terdiam dengan banyak nya kata di kepala. Tatapan Lion menatap Aneska dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.
Ke-empatnya ini sebenarnya ingin mengikuti Raden untuk ke kelas. Tapi terhenti karena ternyata ada kejadian yang mereka sendiri tak tahu apakah Aneska benar-benar melakukannya?
Hening memenuhi ruang kelas ini. Mata Aneska bahkan sudah berkaca. Hati nya sakit karena ternyata Raden lebih memercayai drama yang tengah Jesslyn buat.
"Lo cemburu itu wajar, An. Tapi gue gak sangka kalau rasa cemburu lo itu udah buat lo jadi cewek kayak gini."
Napas Aneska memburu. Semakin sesak saja hatinya mendengar ucapan menyakitkan Raden.
"Lo bukan cewek yang gue kenal," lanjut Raden menatap Aneska dengan kecewa.
"Dan lo bukan Raden. Semenjak ada Jesslyn, gue kehilangan lo. Gue gak tau lo siapa."
- 🦋 -
Aneska menenggelamkan kepalanya di antara lipatan kaki nya. Dengan seragam nya yang sudah acak-acakan, Aneska lebih memilih untuk duduk di pinggir jalan dekat halte bus yang sebenarnya masih jauh dengan rumah nya. Entah, Aneska hanya belum mau pulang. Ia ingin sendiri saat ini.
"Gue sakit, Den. Jesslyn yang tampar gue duluan dan bahkan gue gak pernah lakuin itu." Sudut mata nya membasah. Bertepatan dengan rintik hujan yang tiba-tiba saja turun dari langit.
"Dan semua nya jadi lebih sakit setelah gue sadar kalau lo lebih percaya sama Jesslyn. Kenapa, Den?"
Aneska bahkan tak berniat untuk meneduh walau ia tahu jika di belakang nya ada sebuah halte. Persetan dengan hujan yang mengguyur tubuhnya begitu cepat dan meninggalkan dingin di sana. Aneska justru senang karena hujan menemani tangis dan juga luka nya saat ini.
"Jesslyn benar, seharusnya gue gak pernah masuk ke kehidupan lo."