48 || Raden, Serius

4.1K 232 5
                                    

Hai, bruv!

Jangan lupa vote komennya<3

Aneska dan Violet membalikkan badannya, saling menatap satu sama lain sebelum akhirnya meloncat senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aneska dan Violet membalikkan badannya, saling menatap satu sama lain sebelum akhirnya meloncat senang.

"Astaga, jadi juga akhirnya."

Violet mengangguk. "Iya. Gue kira acara nya gak akan jadi."

Aneska kembali melebarkan senyumnya. Setelah melihat papan pengumuman bahwa acara tahunan yang semula sempat ditunda itu akan kembali dilaksanakan. Tepat dua hari lagi.

"Tapi kayaknya kurang seru kalau gak sama Kiera," ucap Violet menundukkan kepalanya.

Aneska jadi terdiam. Ia tentu merasakan hal yang sama seperti Violet. Tapi tak ingin semakin menambah suasana yang tiba-tiba menjadi sedih ini, Aneska menyunggingkan senyum tipisnya. Merangkul pundak Violet dan menekan pipi gadis itu lembut.

"Pulang sekolah kita jenguk Kiera. Setuju?"

Violet tersenyum dan mengangguk dengan kedua jempol tanganya yang terangkat.

- 🦋 -

Lorong yang semula terisi penuh oleh sunyi, kini menjadi sedikit lebih berisik dengan derap langkah kaki.

Aneska menghela napasnya, lelah. Sejak tadi ia mencoba menghubungi Raden, berniat untuk memberitahu jika ia akan pulang terlambat.

Sejak saat satu pelajaran terakhir, Raden sudah tidak terlihat. Ya, laki-laki itu membolos. Dan Aneska sama sekali tak tahu kemana Raden pergi dan dalam urusan apa.

Eh? Kenapa juga Aneska harus sebegitu rajin nya memberi kabar kepada Raden? Sedangkan Raden saja seolah tak pernah peduli tentang ke khawatiran Aneska jika laki-laki itu tak memberi nya kabar.

Dengan segera Aneska meletakkan kembali ponselnya ke dalam saku. Ia lalu menatap Violet yang berada di sampingnya dengan tersenyum.

Seperti rencana mereka tadi siang, kedua nya akan pergi untuk menjenguk Kiera. Dan di sinilah mereka sekarang. Kamar rawat bernomor 52.

Dan begitu pintu dibuka, seorang perempuan berwajah pucat menjadi hal paling pertama yang mereka lihat.

"An, Vio."

Keduanya pun sedikit mempercepat langkah mereka. Memeluk Kiera bersamaan dengan sesak menyelimuti mereka tanpa henti.

"Gue kangen."

Aneska melepaskan pelukannya. Menatap Kiera dengan tersenyum sakit. "Gue lebih kangen."

"Gue juga. Gue lebih-lebih kangen sama lo." Violet duduk di atas ranjang kosong di samping Kiera yang baru saja mengubah posisinya menjadi duduk. "Ra, lo gak bosen apa hirup udara rumah sakit terus? Lo harus sembuh."

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang